Malam ketika aku lihat dunia
Aku saksikan segalanya dengan sentuhan senja
Siluet maroon juga tak kalah membentur lara
Menandakan bahwa aku mungkin tengah murka
Di malam ketika aku buka cakrawala
Kulihat apa-apa yang buatku sedih
Kuselusuri segala hal yang memberatkan hati
Aku tak tahu apakah puisi ini akan tetap berlanjut
Mengingat dan mengenang yang ke-100 sudah lenyap
Aku tak yakin apakah ini dapat menjadi pelipur lara
Ataukah ini penyempurna duka
Semua masih terkunci rapat-rapat bersama kebisuan si Sanjani
Kawan...
Apakah puisi ini akan berakhir rapuh?
Seiring tertorehnya luka di sini
Luka yang terbalut oleh malam
Luka yang terpaut oleh senja
Luka yang ada bersama dia di negeri antah berantah
Monday, December 06, 2010
SI SANJANI 77
Labels:
SASTRA
Lamunan di Atas Atap
Aku tengah terjaga di tengah sunyi senyapnya malam
Merayap sambil tengah kedinginan dan mencekam
Mengamati burung hantu yang keluar dari sarang dan siap menerkam
Aku sembunyi di balik pohon-pohon rukam
Sembunyikan diri dari taktik musuh-musuh yang kejam
Kubawa bedil, parang dan senjata tajam
Kukalungkan laras panjang penembus raga dan nyawa musuh bebunyutan
Kini mereka makin dekat
Sedekat mentari di waktu ini
Kini mereka semakin tak terlihat
Dengan beribu cindai yang menghijab antek-antek berbahaya
Kuamati kembali mereka dari jauh
Di antara tali-tali sauh yang kian dekat dan merapuh
Kupandangi lekat-lekat seakan mereka pergi jauh
Dan akupun tak mau bersedih di kala itu
Lamunanku terbang rupanya, Kawan...
Terbang dan nyangkut di atas atap dan dijepit bunga flamboyan
Lamunanku terbawa topan dan badai yang kencang
Menutup hari-hariku dengan bertambahnya kedukaan
Merayap sambil tengah kedinginan dan mencekam
Mengamati burung hantu yang keluar dari sarang dan siap menerkam
Aku sembunyi di balik pohon-pohon rukam
Sembunyikan diri dari taktik musuh-musuh yang kejam
Kubawa bedil, parang dan senjata tajam
Kukalungkan laras panjang penembus raga dan nyawa musuh bebunyutan
Kini mereka makin dekat
Sedekat mentari di waktu ini
Kini mereka semakin tak terlihat
Dengan beribu cindai yang menghijab antek-antek berbahaya
Kuamati kembali mereka dari jauh
Di antara tali-tali sauh yang kian dekat dan merapuh
Kupandangi lekat-lekat seakan mereka pergi jauh
Dan akupun tak mau bersedih di kala itu
Lamunanku terbang rupanya, Kawan...
Terbang dan nyangkut di atas atap dan dijepit bunga flamboyan
Lamunanku terbawa topan dan badai yang kencang
Menutup hari-hariku dengan bertambahnya kedukaan
Labels:
SASTRA
Monday, October 18, 2010
MALAM BERKABUNG
Malam berkabung bersama nuansa sunyi yang menyelinap
Terhambur di bias-bias air mata yang terurai
Tergelung dihimpit ikatan ombak kegetiran
Amboi rasanya malam yang sangat berkabung
Di tengah hamparan duka yang berpita nestapa
Angin kembali sapa jalak-jalak nelangsa di tepian hati yang duka
Malam ini malam yang berkabung
Aku utarakan sajak-sajak pengenang diri
Pembalut sukma dan raga yang terkoyak
Bersama malam yang kian berkabung
Aku tiupkan roh-roh hitam yang kian garang
Biar saja semuanya kacau
Karena kumau itu
Bersama malam yang berkabung dengan nuansa sunyi yang menyelinap
Kuhimpit sesak nada-nada yang gelisah
Kubiarkan tangis-tangis pecah
Biar nestapa
Biar berduka
Biar kegelapan menyeruak diantara ribuan mata yang gelisah
Terhambur di bias-bias air mata yang terurai
Tergelung dihimpit ikatan ombak kegetiran
Amboi rasanya malam yang sangat berkabung
Di tengah hamparan duka yang berpita nestapa
Angin kembali sapa jalak-jalak nelangsa di tepian hati yang duka
Malam ini malam yang berkabung
Aku utarakan sajak-sajak pengenang diri
Pembalut sukma dan raga yang terkoyak
Bersama malam yang kian berkabung
Aku tiupkan roh-roh hitam yang kian garang
Biar saja semuanya kacau
Karena kumau itu
Bersama malam yang berkabung dengan nuansa sunyi yang menyelinap
Kuhimpit sesak nada-nada yang gelisah
Kubiarkan tangis-tangis pecah
Biar nestapa
Biar berduka
Biar kegelapan menyeruak diantara ribuan mata yang gelisah
Labels:
SASTRA
BERMAIN BERSAMA BANGAU
Bertempat di tepian danau tenang
Bangau-bangau tersenyum sambil datang
Menepis lara seraya terbang
Tinggalkan sebuah kenangan yang tak lekang
Aku bermain bersama kanak-kanak kota
Yang bias tawanya menyembul diantara suka cita
Aku berujar sambil menata
Hati-hati kecil yang pernah terselubung duka
Kawan...
Jika alam dapat angkat tangan
Ingin ia buktikan bahwa relung tak tenang
Dapatlah juga ia patrikan semangat yang kian terkuatkan
Seandainya alam memang paham
Cindai-cindai sutera yang tutup segala kegundahan
Bangau-bangau tersenyum sambil datang
Menepis lara seraya terbang
Tinggalkan sebuah kenangan yang tak lekang
Aku bermain bersama kanak-kanak kota
Yang bias tawanya menyembul diantara suka cita
Aku berujar sambil menata
Hati-hati kecil yang pernah terselubung duka
Kawan...
Jika alam dapat angkat tangan
Ingin ia buktikan bahwa relung tak tenang
Dapatlah juga ia patrikan semangat yang kian terkuatkan
Seandainya alam memang paham
Cindai-cindai sutera yang tutup segala kegundahan
Labels:
SASTRA
DEBU NEGERIKU
Debu negeriku tercium selalu
Bersama malam yang semakin kelabu
Bernaungkan sebatang pohon waru
Di tengah angkasa dan semangat yang menggebu
Debu negeri terasa getir mengalir di dalam nadi
Membanjiri hati dengan beribu kerinduan sunyi
Menguatkan tekad untuk bangkit berdiri
Berharap dapat tampak lagi pucuk-pucuk nipah dari tanah ini
Riau...
Kurindukan dikau sepanjang malam di pelataran kecil cita-cita
Kuinginkan kehangatan kotamu di tajuk wacana setiap suara
Kulambaikan tangan seolah kau lihat aku dari sana
Riau...
Janjiku untuk kembali dan dekap eratmu tanpa batas
Takkan kulepas sampai berbekas
Kan slalu kupeluk kau Riau-ku...
Karena kini kurasa aku tlah jatuh cinta padamu
Bersama malam yang semakin kelabu
Bernaungkan sebatang pohon waru
Di tengah angkasa dan semangat yang menggebu
Debu negeri terasa getir mengalir di dalam nadi
Membanjiri hati dengan beribu kerinduan sunyi
Menguatkan tekad untuk bangkit berdiri
Berharap dapat tampak lagi pucuk-pucuk nipah dari tanah ini
Riau...
Kurindukan dikau sepanjang malam di pelataran kecil cita-cita
Kuinginkan kehangatan kotamu di tajuk wacana setiap suara
Kulambaikan tangan seolah kau lihat aku dari sana
Riau...
Janjiku untuk kembali dan dekap eratmu tanpa batas
Takkan kulepas sampai berbekas
Kan slalu kupeluk kau Riau-ku...
Karena kini kurasa aku tlah jatuh cinta padamu
Labels:
SASTRA
Saturday, October 16, 2010
PERGERAKAN MATAHARI
Kutatapi wajahnya sejenak penuh tanya
Apakah ia akan mengutarakan kegalauan yang terus ada?
Atau, ia masih saja menimbun dedaunan layu?
Membuatku menanti dengan dungu
Pergantian matahari kini tengah kunanti
Tapi tak kunjung tibanya ia ke muka bumi
Apa yang terjadi?
Di rimba kabut pagi yang kelam
Di hamparan padang yang telah gersang
Gersang dengan kelamnya malam yang senantiasa datang dan abadi
Kapan pergantian matahari?
Desiran angin pun menanti
Kicauan burung pun mogok karena ini
Apakah aku akan selalu di tengah rimba kelam dua sisi?
Antara harapan dan kekecewaan
Antara kemenangan dan kekalahan
Antara kejujuran dan kemunafikan
Kapan matahariku berganti?
Aku tengah menanti dan menanti
Di kota kelam yang pernah cerah dengan sinarmu
Apakah ia akan mengutarakan kegalauan yang terus ada?
Atau, ia masih saja menimbun dedaunan layu?
Membuatku menanti dengan dungu
Pergantian matahari kini tengah kunanti
Tapi tak kunjung tibanya ia ke muka bumi
Apa yang terjadi?
Di rimba kabut pagi yang kelam
Di hamparan padang yang telah gersang
Gersang dengan kelamnya malam yang senantiasa datang dan abadi
Kapan pergantian matahari?
Desiran angin pun menanti
Kicauan burung pun mogok karena ini
Apakah aku akan selalu di tengah rimba kelam dua sisi?
Antara harapan dan kekecewaan
Antara kemenangan dan kekalahan
Antara kejujuran dan kemunafikan
Kapan matahariku berganti?
Aku tengah menanti dan menanti
Di kota kelam yang pernah cerah dengan sinarmu
Labels:
SASTRA
Tuesday, June 22, 2010
PERGERAKAN 1000 DUKA
Tanah dan kota tua yang penuh derita
Kulihat banyak luka dan tumpahan air mata
Jakarta...
Malammu sesak seolah jadi perangkap kata
Siangmu terik menghujam beta
Bila kupikir, amboi rasanya Pariaman
Segar rasanya Cianjur
Bertuah rasanya semenanjung Kampar
Dalam episode hidup yang terbuang
1000 duka ciptakan guratan sayang
Kota ini cantik tapi menantang
Kota ini ternama namun penuh rintang
Jakarta...
Ingin kurobek selimut dukamu
Agar masuk ke dalamnya bisik-bisik keriangan
Ingin kutarik cindaimu
Agar tampak permata suci di cakrawala anak negeri
Jakarta...
Kapan lagi aku lihat engkau layaknya sandiwara 'Si Doel Anak Betawi'?
Kulihat banyak luka dan tumpahan air mata
Jakarta...
Malammu sesak seolah jadi perangkap kata
Siangmu terik menghujam beta
Bila kupikir, amboi rasanya Pariaman
Segar rasanya Cianjur
Bertuah rasanya semenanjung Kampar
Dalam episode hidup yang terbuang
1000 duka ciptakan guratan sayang
Kota ini cantik tapi menantang
Kota ini ternama namun penuh rintang
Jakarta...
Ingin kurobek selimut dukamu
Agar masuk ke dalamnya bisik-bisik keriangan
Ingin kutarik cindaimu
Agar tampak permata suci di cakrawala anak negeri
Jakarta...
Kapan lagi aku lihat engkau layaknya sandiwara 'Si Doel Anak Betawi'?
Labels:
SASTRA
Monday, April 05, 2010
TIRTA DAN IKAN
Beriak kembali air kolam
Sembunyikan ikan-ikan
Tak tampak layaknya siluman
Aku hening
Menyendiri dan diam
Tak tau hendak apa
Air itu beriak
Tersentuh ekor-ekor ikan
Sampai aku heran
Air kolam ribut tak lekang
Aku sedih campur benci
Tirtaku keruh karena ikan
Tirtaku dicuri ikan
Sampai-sampai dadaku sesak
Tirtaku hilang
Biar saja tirta beriak
Biar enyah dari pandangan
Karena kini aku benci
Tirta dan Ikan
Sembunyikan ikan-ikan
Tak tampak layaknya siluman
Aku hening
Menyendiri dan diam
Tak tau hendak apa
Air itu beriak
Tersentuh ekor-ekor ikan
Sampai aku heran
Air kolam ribut tak lekang
Aku sedih campur benci
Tirtaku keruh karena ikan
Tirtaku dicuri ikan
Sampai-sampai dadaku sesak
Tirtaku hilang
Biar saja tirta beriak
Biar enyah dari pandangan
Karena kini aku benci
Tirta dan Ikan
Labels:
SASTRA
Malam Kembang Api
Terserak pecah dalam partikel angin
Terperangkap sinar-sinar yang basah
Mencemburui kembali pilihan yang satu
Aku terbangun bersama malam yang tenang
Mengumpulkan apa saja yang terserak
Tak kubiarkan milikku terperangkap dalam sinar-sinar yang basah
Aku tak lagi termenung diam
Tapi hidup dan bangun dalam kelam
Melampaui malam tanpa tapal batas
Membiarkan angin malam peluk tubuhku
Ketika malam kembali sepi
Kupantulkan sajak-sajak kembang api
Berharap mereka temaniku dengan seribu peri
Biaskan kecewaku bersama
Hapus lukaku kembali
Sampai aku hilang dan pergi
Terperangkap sinar-sinar yang basah
Mencemburui kembali pilihan yang satu
Aku terbangun bersama malam yang tenang
Mengumpulkan apa saja yang terserak
Tak kubiarkan milikku terperangkap dalam sinar-sinar yang basah
Aku tak lagi termenung diam
Tapi hidup dan bangun dalam kelam
Melampaui malam tanpa tapal batas
Membiarkan angin malam peluk tubuhku
Ketika malam kembali sepi
Kupantulkan sajak-sajak kembang api
Berharap mereka temaniku dengan seribu peri
Biaskan kecewaku bersama
Hapus lukaku kembali
Sampai aku hilang dan pergi
Labels:
SASTRA
Kepingan Puzzle yang Kau Cari
Aku bukan kepingan itu
Bukan kepingan puzzle yang kau cari
Bukan pula penyempurna gambar itu
Walaupun suatu ketika kupernah ingin jadi bagian darimu
Tapi aku tak cukup kuat
Melawan angin
Menghela desah nafas para pendahulu
Mereka t'lah curi kau dari aku
Rebut inti raga dan jiwamu
Tapi kau jangan marah dulu
Bukan karena aku mau
Tapi aku tahu kalau aku bukan kepingan puzzle yang kau cari
Yang mampu arungi lautan hati yang beku
Aku adalah mawar
Yang mampu diam dan layu
Laksana angin yang diusir oleh Raja Sulaiman
Aku enyah dari kehidupan
****
Aku bukan si penyempurna puzzle hidupmu
Walaupun selalu aku tahu
Pasti ada peluang untuk itu
Aku bukan kepingan puzzle yang kau cari
Karena sahabatku mampu buat gambarmu jadi lebih indah
Tapi aku kadangkala sedih
Huru hara hatiku
Karena aku bukanlah kepingan puzzle yang kau cari
Bukan kepingan puzzle yang kau cari
Bukan pula penyempurna gambar itu
Walaupun suatu ketika kupernah ingin jadi bagian darimu
Tapi aku tak cukup kuat
Melawan angin
Menghela desah nafas para pendahulu
Mereka t'lah curi kau dari aku
Rebut inti raga dan jiwamu
Tapi kau jangan marah dulu
Bukan karena aku mau
Tapi aku tahu kalau aku bukan kepingan puzzle yang kau cari
Yang mampu arungi lautan hati yang beku
Aku adalah mawar
Yang mampu diam dan layu
Laksana angin yang diusir oleh Raja Sulaiman
Aku enyah dari kehidupan
****
Aku bukan si penyempurna puzzle hidupmu
Walaupun selalu aku tahu
Pasti ada peluang untuk itu
Aku bukan kepingan puzzle yang kau cari
Karena sahabatku mampu buat gambarmu jadi lebih indah
Tapi aku kadangkala sedih
Huru hara hatiku
Karena aku bukanlah kepingan puzzle yang kau cari
Labels:
SASTRA
Subscribe to:
Comments (Atom)