Tuesday, May 14, 2013

SISTEM MANAJEMEN RISIKO



 Dunia konstruksi memiliki keunikan karena setiap proyek memiliki karakter yang berbeda dalam hal penyelesaian dan pengerjaannya. Dunia konstruksi juga memiliki risiko yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan manusia, termasuk aktivitas proyek pembangunan dan proyek konstruksi. Risiko dalam proyek konstruksi cukup besar karena besarnya ketidakpastian di dalam proyek (uncertainty). Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dibutuhkan manajemen risiko yang merupakan suatu tatanan sistem yang akan mengidentifikasi, menganalisa dan memetakan kebijakan langsung dari penanganan risiko yang muncul. Manajemen risiko bukan merupakan black box yang tidak diketahui alurnya. Sistem manajemen risiko bersifat praktis, realistis dan efektif dalam hal penggunaan biaya. Manajemen risiko lebih ke arah sense (rasa), analisa, ketetapan, intuisi, pengalaman dan keinginan dari pembuat kebijakan. Manajemen risiko adalah ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan di masa mendatang yang dapat menimbulkan suatu dampak.
Tahapan membangun sebuah kerangka manajemen risiko adalah :
1.      Identifikasi risiko
2.      Klasifikasi risiko
3.      Analisis risiko
4.      Alur risiko
5.      Respon risiko

IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko berasal dari peristiwa serupa yang sebelumnya terjadi. Biasanya peristiwa ini sudah dipilih dari sejumlah sumber yang mungkin. Sumber dari risiko dan dampaknya ada yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol.
Ada 4 jenis kontrol yang ada pada suatu risiko adalah :
§  Kita sebagai pengontrol faktor
§  Kontrol terletak pada pihak lain yang berkaitan dengan proyek
§  Risiko dapat terjadi akibat adanya keterlibatan fungsi pemerintah dalam menetapkan suatu keputusan
§  Risiko dapat terjadi akibat adanya faktor luar (cuaca)
Sumber risiko terkontrol merupakan jenis sumber risiko yang kejadiannya dapat dikendalikan oleh pelaksana dari suatu kegiatan. Beda halnya dengan sumber risiko tidak terkontrol, keadaannya tidak dapat dikendalikan oleh pembuat keputusan. Sumber risiko yang tidak dapat dikontrol contohnya adalah bencana alam, pajak, politik, cuaca dan keadaaan sosial yang berubah. Perbedaan sumber risiko akan memengaruhi respon dari risiko itu sendiri. Selain sumber risiko yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol juga terdapat jenis sumber risiko yang bebas (tidak memengaruhi hal yang lain) dan yang saling terikat. Sumber risiko terikat memiliki arti bahwa suatu keadaan yang mengandung risiko dapat memengaruhi suatu keadaan lainnya. Contohnya seperti pemilihan jenis lantai pada suatu rumah akan memengaruhi disain dan arsitektur dari bangunan tersebut. Jenis sumber risiko dalam jenis ini terbagi menjadi :
a.       Sumber risiko yang tidak terikat karena variabelnya yang khusus;
b.      Sumber risiko yang terikat total; dan
c.       Sumber risiko yang terikat sebagian.

KLASIFIKASI RISIKO
Risiko terbagi ke dalam tiga klasifikasi besar yaitu :
1.      Menurut konsekuensinya
a)      Frekuensi
Konsekuensi risiko dapat dipengaruhi oleh frekuensinya. Semakin sering frekuensi dari kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak buruk akan meningkatkan risiko.
b)      Dampak
Risiko juga dipengaruhi dampak yang ditimbulkannya. Semakin besar dampak, semakin besar konsekuensinya.
c)      Prediksi
Pembagian jenis risiko berdasarkan konsekuensi juga bergantung pada prediksi dari suatu peristiwa dan prediksi risiko yang mungkin terjadi.
2.      Menurut tipe-nya
a)      Pure Risk (Spesific Risk) – no potential gain
Risiko yang tidak disengaja, yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contohnya adalah risiko kebakaran, perampokan, pencurian dan sebagainya.
b)      Speculative Risk (Market Risk) – possibility of loss or gain
Risiko yang memang sengaja diadakan, agar di lain pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan. Contohnya risiko yang disebabkan dalam hutang piutang, membangun proyek, perjudian, menjual produk, dan sebagainya.
3.      Menurut objek yang terkena dampak dari risiko
a)      Perusahaan
b)      Lingkungan
c)      Pasar/Industri
d)     Proyek/Individu

Hirarki dari Risiko itu sendiri,
Maksud dari hirarki ini adalah komponen yang memiliki kapasitas besar dalam memengaruhi risiko yang diterima dari suatu kegiatan adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan akan memengaruhi sosial, ekonomi dan politik suatu wilayah. Setelah lingkungan, pasar dan industri juga memengaruhi risiko yang akan diterima dari suatu kegiatan. Biasanya pasar dan industri akan memengaruhi daya beli, pajak dan beberapa kebijakan yang berhubungan dengan keadaa lainnya. Setelah itu perusahaan memegang peranan penting dalam memengaruhi risiko yang nantinya akan diterima oleh proyek atau individu.
KONSEKUENSI RISIKO
Perbedaan keadaan dapat memengaruhi konsekuensi dari risiko suatu kegiatan. Seorang profesional biasanya akan memetakan konsekuensi risiko ke dalam suatu tabel likelihood. Konsekuensi sendiri dipengaruhi oleh :
a.       Kemungkinan maksimal dari kerugian
b.      Keseringan dari kerugian yang ditimbulkan
c.       Biaya service dan biaya insurance yang dikeluarkan
d.      Biaya jaminan ketika suatu peristiwa sedang berjalan
e.       Prediksi jalannya kegiatan tersebut
ANALISIS RESIKO
Analisis risiko merupakan hal yang penting dilakukan untuk menentukan kebijakan pada suatu pekerjaan agar terhindar dari risiko yang merugikan. Analisis risiko berfungsi untuk memberikan pandangan terkait apa yang akan terjadi jika suatu proyek tidak berjalan sesuai rencana. Dalam dunia konstruksi, analisis risiko biasanya dilakukan dengan memerhatikan biaya dan durasi dari sebuah proyek.
RESPON DARI RISIKO
Biasanya risiko yang terjadi akan mendapatkan respon dari pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap jalannya proyek tersebut. Respon dari risiko terbagi ke dalam 4 macam yaitu :
1)      Risk Retention
Retensi risiko merupakan respon dari risiko sebelum peristiwa yang memiliki risiko itu terlaksana. Retensi risiko merupakan langkah pencegahan untuk meminimalisir risiko yang dapat terjadi.
Retensi risiko telah menjadi aspek penting dari manajemen risiko ketika perusahaan menghadapi risiko proyek. Retensi risiko adalah perkiraan secara internal, baik secara utuh maupun sebagian, dari dampak finansial suatu risiko yang akan dialami oleh perusahaan. Dalam mengadopsi strategi retensi risiko ini, perlu dibedakan antara 2 jenis retensi yang berbeda.
1.   Retensi risiko yang terencana (planned) adalah  asumsi yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh kontraktor untuk mengenali atau mengidentifikasi risiko. Dengan strategi seperti itu, risiko dapat ditahan dengan berbagai cara, tergantung pada filosofi, kebutuhan khusus, dan juga kapabilitas finansial dari kontraktor itu sendiri.
2.   Retensi risiko yang tidak terencana (unplanned) terjadi ketika kontraktor tidak mengenali atau mengidentifikasi kberadaan dari suatu risiko dan secara tidak sadar mengasumsi kerugian yang akan muncul.
2)      Risk Reduction
Risiko dapat direduksi dengan mengurangi faktor-faktor pembawa kemungkinan dari peristiwa yang berisiko. Adapun kategori dasar untuk mereduksi risiko adalah melakukan pelatihan terhadap staff yang bekerja pada suatu proyek, adanya tim inspeksi yang berfungsi mengecek kemungkinan kecelakaan yang terjadi, adanya sistem yang dirancang secara terintegrasi dan proteksi fisik terhadap barang dan manusia.
3)      Risk Transfer
Kegiatan transfer risiko sering dilaksanakan dalam suatu proyek yang cukup besar. Transfer risiko merupakan kegiatan dimana kita mulai melibatkan pihak ketiga untuk menanggung risiko dari suatu proyek yang kita laksanakan jika pelaksanaannya tidak sesuai rencana. Biasanya dalam proyek konstruksi transfer risiko dilakukan dengan mengasuransikan proyek tersebut.
4)      Risk Avoidance
Pada respon ini kita mencoba menghindar dari risiko yang ada. Kita akan mengurangi hal-hal yang dapat menimbulkan risiko pada suatu proyek. Jenis respon ini merupakan jenis respon risiko yang preventif (pencegahan).

RISK ATTITUDE
Risk attitude merupakan suatu hal yang menggambarkan alur dari risiko itu sendiri dan keputusan apa yang akan diambil. Alur dari risiko perlu dipelajari untuk meminimalisir risiko yang timbul akibat suatu kejadian yang saling terkait. Seperti jenis sumber dari risiko, dengan mengetahui alur risiko kita mampu mereduksi risiko yang timbul akibat adanya peristiwa yang menimbulkan risiko sekunder (memahami bagaimana cara memperilakukan sebuah risiko yang ada).
--- oOo ---

Monday, May 06, 2013

Abstrak INTEGRASI SISTEM PLUMBING DENGAN KONSEP RAINWATER HARVESTING DAN OPTIMALISASI LIMBAH CAIR PADA BANGUNAN TINGGI SEBAGAI REVOLUSI PENGELOLAAN SIKLUS AIR PERMUKAAN DI AREA PADAT PENDUDUK



Kebutuhan suplai air di kawasan perkotaan yang semakin hari semakin meningkat merupakan masalah yang timbul pada kota berkembang saat ini. Padatnya kawasan yang tertutupi oleh perkerasan menimbulkan tingginya volume limpasan hujan sehingga hal ini memperbesar potensi banjir suatu kawasan. Penggunaan air di bangunan tinggi perkantoran juga terbilang cukup besar. Kebutuhan cuci, tanaman dan kebutuhan air domestik menjadikan suplai air di bangunan tinggi perkantoran perlu diperhatikan. Kombinasi antara konsep rainwater harvesting dan pengolahan air limbah bekas cuci merupakan terobosan unik yang dapat diterapkan pada bangunan perkantoran padat penduduk. Kebutuhan cuci, pengairan taman dan flushing di sebuah kantor dapat diminimalisir dengan pemanfaatan sistem RW3 (Rainwater Harvesting and Water Waste) ini. Pemanfaatan air hujan dengan metode filtrasi sederhana dan netralisasi air limbah bekas cuci dengan metode karbon aktif mampu mereduksi jumlah penggunaan air tanah dan air PAM. Dalam penelitian ini diketahui bahwa pemanfaatan air hujan dialokasikan untuk kebutuhan cuci dan safety fire pada bangunan. Sedangkan air hasil netralisasi air limbah bekas cuci dapat dimanfaatkan untuk flushing dan menyiram tanaman atau pengairan taman sebuah gedung.


Kata kunci : Rainwater harvesting, Air limbah bekas cuci, Filtrasi, Reduksi Limpasan
 

Friday, May 03, 2013

DESAIN PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN




Perkembangan populasi memicu kepadatan suatu kota. Banyak kota di dunia yang memiliki densitas populasi yang sangat padat seperti New York, Calcuta, Mumbay, Tokyo dan Jakarta. Kepadatan penduduk yang sedemikian rupa tidak diimbangi dengan desain kota yang mumpuni. Masih banyak kota yang dirancang dengan pendekatan ‘kota untuk mobil’, atau perancangan kota lebih didasarkan pada jaringan transportasi yang ada.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan kota untuk manusia, adalah :
1.      Re-desain Transportasi Publik
Penalosa, merupakan salah satu kota yang berhasil menerapkan konsep perancangan kota untuk manusia. Kota ini memiliki fasilitas untuk pejalan kaki dan trayek sepeda yang baik. Kota ini juga memberikan ruang publik untuk anak-anak. Sarana transportasi umum seperti kereta dan bus di kota ini dirancang secara terintegrasi untuk mereduksi penggunaan kendaraan pribadi. Selain Penalosa juga ada kota Curitiba dan Bogota yang berhasil dengan Bus Rapid Transit (BRT)-nya. Bogota adalah salah satu kota yang mampu mengembangkan sarana transportasi umum bus untuk kepentingan publik sehingga polusi udara di perkotaan berkurang. Kemudian ada juga Singapore yang telah menetapkan kebijakan charge untuk setiap mobil yang memasuki sebuah kota sehingga orang akan berpikir dengan bijak apakah mereka perlu membawa kendaraan pribadinya.

2.      Reduksi Penggunaan Air
Reduksi penggunaan air juga merupakan salah satu cara pendukung dalam perancangan desain suatu kota. Maksud dari reduksi penggunaan air di sini bukan hanya sebatas penggunaan air secara volume saja. Akan tetapi untuk merancang kota untuk manusia diperlukan sistem sanitasi dan drainase yang baik. Selain itu perlindungan sumber air dari pencemar juga menjadi sisi yang harus dipikirkan dalam merancang sebuah kota modern yang berbasis lingkungan. Sistem sanitasi yang buruk akan menimbulkan adanya pencemaran patogen berbahaya dan penyebaran bakteri dan virus yang dapat mengganggu kesehatan populasi di suatu daerah. Saat ini beberapa kota sudah menerapkan penggunaan feses, urine dan limbah organik lainnya menjadi kompos. Penggunaan air pada suatu pemukiman juga semakin mengalami efisiensi karena saat ini air telah menjadi komoditas yang sangat penting. Penggunaan air untuk flushing dan mencuci mengalami efisiensi. Selain itu industri saat ini tidak dapat membuang limbah cairnya sembarangan sehingga hal ini juga turut mereduksi pencemaran air di suatu kota atau pemukiman.
3.      Berkebun di Kota
Kegiatan bercocok tanam atau berkebun di kota merupakan salah satu solusi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar untuk transportasi pangan. Beberapa negara di Eropa telah menerapkan pola bercocok tanam di perkotaan sehingga banyak daerah yang mampu memenuhi beberapa komoditas pangan mereka. Selain di Eropa, di Jepang orang-orang kerap bercocok tanam di pekarangan rumah mereka seperti menanam tomat, sayuran, bawang dan sebagainya. Perilaku ini tentu saja dapat mengurangi volume impor beberapa komoditas ini sehingga secara tidak langsung akan terjadi reduksi bahan bakar untuk transportasi.
Selain tiga hal di atas, proses pembangunan suatu kota untuk peradaban manusia harus diimbangi dengan kegiatan percepatan pertumbuhan kesetaraan taraf hidup. Hal ini sangat berperan penting untuk menciptakan suatu kota yang tenang dan nyaman. Di beberapa daerah, ada program pemerintah yang berfungsi untuk memberikan tempat tinggal kepada orang-orang yang tidak mampu memiliki tanah. Kesetaraan layanan publik kepada setiap orang merupakan salah satu kunci kemajuan pembangunan kota berkelanjutan. Dalam tahap pembangunan kota untuk manusia juga dirancang sistem yang memasyarakatkan manusia dan memanusiakan manusia. Pembangunan fasilitas publik (transportasi umum) yang memadai diharapkan mampu menjadi jawaban dalam pembangunan suatu kota.***