Wednesday, August 21, 2013

My Research Part 1

This paper insyaallah will present at Unsyiah International Conference in Aceh, next October, 2nd-4th
This is the abstract of the paper. For more information, you can email me... :)



Analysis of Commercial Approach to Non-Organic Domestic Waste Management at Settlement Besides Kampar River
Case Study
: Birandang Island Village and Alai Village in Kampar District (Riau)

1Yelna Yuristiary, 1Rahman Raeyani Kalele, and 1Yusuf Abdurachman Sungkar

1Department of Civil Engineering, Indonesia University, Kampus Baru UI Depok 16424, Indonesia.

Abstract

The area of ​​coverage of waste management services in some areas sometimes only focus on specific areas such as the capital province, district or city. Some areas of the region (district) still do not get special attention for waste management facilities services from local City Sanitation Department. In this study we raised two villages located on the banks of the Kampar River and examined the management of non-organic domestic waste in this area. We choose Birandang Island Village and Alai Village because of the habit this people to throw garbage like non-organic waste (such as paper, plastics, etc) to the Kampar river. This act is very dangerous for the sustainability of water security and can cause silting rivers.
The aims of this research to analyze the influence of commercial approach as a solution to solve waste problem in both villages. Commercial approach is the method applied by giving incentives to people who are sort the non-organic waste according to its kind. Data for this study were collected from observation using 80 questionnaires to 80 respondents from both villages, the Birandang Island village and Alai village. Results of the analysis is also reinforced by opinión from the leaders of them (people) who are likely to reflect the wishes of the people too. The results from this study is the commercial approach (take and give system) which applied in this villages could increase people's enthusiasm in managing domestic waste by sorting waste before it is collected.

Key words: Non-Organic Waste, Commercial Approach, Waste Sorting, Incentives





Friday, August 16, 2013

Ternyata Kita Begitu Dekat

Meskipun telah lama dekat dengan-Mu, namun kesadaran itu belum lama muncul. Rutinitas-rutinitas harian hanya menjadikan aku dan Kau sebagai satu kesatuan dengan dinding tebal yang menghambat kedekatan emosi. Tidak banyak yang dapat terkatakan ketika kita dekat meskipun jauh dahulu. Namun kini aku menyadari bahwa aku merasa begitu dekat dengan-Mu. Bukannya hendak berburuk sangka bahwa Engkau dulu tidak ada. Aku tahu, jauh sebelum aku dilahirkan dari rahim Ibuku Engkau mengenalku begitu dekat, lebih dekat dari nadi yang terletak di urat leher dan lebih dekat melebihi dekat apapun yang ada di dunia ini.

Tahukah Engkau wahai penguasa hati, hamba-Mu kini merasa begitu dekat dan senang dengan-Mu. Bukan karena apa-apa dan siapa-siapa. Mungkin ini yang dinamakan mata hati ketika telah terbuka. Begitu nyaman ketika berbincang dan mendengar nama-Mu. Ingin rasa-rasanya hendak kembali pada-Mu. Namun seketika nyaliku ciut karena tiada bekal yang cukup. Waktu yang selama ini berjalan tiada hendak menyatukan kedekatan yang seperti ini.

Maafkan aku yang selama ini tidak menyadari kasih sayang-Mu kepada ku. Bukannya aku tak punya hati yang tidak dapat merasa. Namun nyatanya rasa itu berbelok dan jahil kepada dunia fana yang telah Engkau ciptakan sehingga bagiku dulu Engkau terasa jauh. Terima kasih kepada apa-apa dan siapa-siapa yang menjadikanku agar lebih mengenal-Mu dan dekat dengan-Mu. Terima kasih atas segala hal yang telah Engkau beri meskipun terkadang aku tengah lupa kepada-Mu. Maafkan aku yang tiada hendak menemui dahulu karena sifat malas yang teramat besar. Maafkan juga ketika kedekatan-Mu sejak dahulu tiada tersadar olehku.

Ternyata kita begitu dekat. Alhamdulillah. Subhanallah... Semoga senantiasa begitu dan semoga kita semakin dekat. Aku mencintai-Mu untuk selamanya.

Thursday, August 08, 2013

Sanjungan Tertinggi

Sanjungan tertinggi kini ada pada Dia
Tidak lagi pada engkau atau mereka
Kini asa itu telah merebak bersama angin semilir yang menjadi sampah
Tiada hendak lagi kembali karena hanya tak mampu bicara

Tahukah kalian kepada siapa sanjungan tertinggi
Tentu kepada budak-budak hati yang sempat tertawan sedih
Tetapi tiada hendak lagi
Karena sang puteri telah temui satu sajak penyambung telepati

Sanjungan tertinggi tiada hendak terkata
Tiada hendak juga untuk menjadi sajak dan tumpah ruah
Sanjungan tertinggi cukup terbenam dalam cindai sutera
Tiada pula mudah terbalikkan oleh sendunya angin yang menyapa
Sanjungan tertinggi kini berhenti
Tidak untuk menyapa apalagi beretorika panjang pendek hingga mati
Sanjungan tertinggi biar saja tertawan di hati

Wahai kalian-kalian penggerus sajak
Tidakkah mungkin isi pikiranmu terbajak
Oleh tipu muslihat yang sedemikian pelik dan mencekat
Kemudikan sanjungan tertinggimu menembus batas hingga hakikat


By : Yelna Yuristiary
Kampar, 8 Agustus 2013
'bersama malam yang hendak akan pagi'

CAT (Cekungan Air Tanah) Jakarta



Mungkin banyak orang yang belum memahami pengertian air tanah yang sebenarnya. Dalam konteks ini, air tanah yang dimaksud bukan berupa air permukaan seperti sungai dan danau yang dapat dilihat. Air tanah lebih bersifat kepada jenis air baku yang berasal dari dalam tanah dengan kedalaman tertentu. Biasanya masyarakat kota mendapatkan air tanah dengan membuat sumur atau sumur bor. Saat ini, sebagian besar masyarakat Jakarta menggunakan air tanah sebagai sumber pemenuh kebutuhan airnya. Bukan hanya wilayah pemukiman saja yang menggunakan pasokan air tanah sebagai sumber kebutuhan air, akan tetapi air tanah juga digunakan pada apartemen, industri dan fasilitas umum lainnya. Meskipun saat ini telah terdapat hukum yang mengatur tentang eksploitasi air tanah, namun ketegasan terkait aplikasi dari hukum ini belum berjalan dengan baik. Air tanah Jakarta senantiasa digunakan secara masif tanpa adanya pengisian kembali air tanah. Meskipun hujan turun di wilayah Jakarta, cekungan air tanah yang sebagian besar telah disedot tidak terisi dengan optimal karena adanya beberapa faktor yang memengaruhi besarnya volume limpasan air hujan. Perlu untuk kita ketahui bahwa saat ini di Jakarta kurang dari 10% ruang terbuka hijau yang ada. Sisanya telah dibangun dengan pemukiman dan segala fasilitas pendukung kegiatan manusia. Tidak adanya ruang terbuka hijau yang mencukupi dan minimnya upaya peresapan air hujan agar kembali mengisi cekungan air tanah menjadikan sumber air baku yang berasal dari cekungan air tanah Jakarta semakin menipis.
Adanya paradigma bahwa cekungan air tanah Jakarta itu memiliki kesatuan yang sama dengan cekungan air tanah yang berada di wilayah Bogor atau Jawa Barat ternyata salah besar. Cekungan air tanah Jakarta dan daerah sekitarnya berbeda karena adanya perbedaan batuan dan lapisan penyusunnya. Penyimpanan air tanah di dalam muka bumi ini cenderung membentuk kantung-kantung air yang serta merta dapat habis jika senantiasa disedot. Pengambilan air tanah secara masif tanpa mengisi cekungan yang tersisa menyebabkan pori-pori tanah diisi oleh padatan tanah sehingga terjadi suatu kasus yang dinamakan land subsidience (penurunan muka air tanah). Khusus untuk wilayah Jakarta yang merupakan delta city, permukaan tanah yang memiliki jarak hanya beberapa meter dari permukaan laut sangat mengkhawatirkan jika terjadi penurunan muka tanahnya.

Wednesday, July 24, 2013

Contoh Latar Belakang Dokumen AMDAL Pembangunan Jembatan Selat Sunda



Percepatan pembangunan sarana transportasi merupakan salah satu program pencapaian peningkatan perekonomian Indonesia. Pembangunan yang dilakukan di Indonesia dilaksanakan secara terpadu dengan mengkombinasikan pembangunan sarana transportasi darat, laut dan udara. Dalam proses pembangunan Negara Republik Indonesia dibutuhkan infrastruktur penghubung yang terkait dalam kemajuan dan percepatan pembangunan. Satu dari infrastruktur pembangunan yang sangat penting adalah jembatan sebagai penghubung antara dua wilayah sehingga tercapainya proses akulturasi dan saling melengkapi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Kelengkapan infrastruktur sendiri merupakan komponen utama untuk menarik investor baik dalam maupun luar negeri sehingga tercapainya kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Pulau Jawa dan Sumatera sebagai dua pulau terpadat penduduknya di Indonesia memiliki potensi dalam hal pengembangan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Dalam proses pengembangan tersebut dibutuhkan adanya suatu penghubung dimana jembatan antara kedua pulau ini merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan dalam prosesi kemajuan bangsa.
PT. GRAHA BANTEN LAMPUNG SEJAHTERA sebagai pemrakarsa ikut berperan serta dalam kegiatan pencapaian perkembangan dan kemajuan ekonomi Republik Indonesia dengan mengikuti kegiatan pembangunan Jembatan Selat Sunda yang akan menghubungkan Pulau Sumatera (Lampung) dan Pulau Jawa (Banten). Pembangunan infrastruktur pendukung kemajuan perekonomian Jembatan Selat Sunda dilakukan dari daerah Anyer (Banten) hingga Sumur Ketapang (Lampung) dengan melewati Pulau Sangiang. Fasilitas jembatan yang memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di daerah Pulau Jawa dan Pulau Sumatera berupa jalan yang tergabung ke dalam struktur jembatan dengan dilengkapi jalur rel kereta api sehingga proses percepatan pembangunan di Indonesia dapat dilaksanakan secara simultan dan memiliki progress yang cepat. Jembatan yang memiliki bentang sekitar 29 km ini status kepemilikannya akan diserahkan kepada pemerintah sebagai sarana infrastuktur umum Republik Indonesia.
Saat ini studi pembangunan infrastruktur jembatan Selat Sunda telah sampai pada tahap diskusi dan kajian terkait dampak dari pembangunan serta sumber daya yang akan terlibat di dalam mega proyek ini. Peletakan batu pertama tapak jembatan Selat-Sunda akan dilaksanakan pada tahun 2013 sehingga saat ini tahap pembangunan struktur bawah atau atas jembatan masih belum dilaksanakan (0%). Oleh karena itu demi kelansungan kegiatan dan kelestarian lingkungannya, maka pihak pemrakarsa, yaitu PT. Graha Banten Lampung Sejahtera akan melakukan penelaahan terhadap dampak yang ditimbulkan, baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 tahun 2006 tentang Kegiatan -  Kegiatan Wajib AMDAL serta berdasarkan PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL, maka PT. Graha Banten Lampung Sejahtera sebagai pemrakarsa kegiatan wajib melakukan penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang mencakup penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang mencakup penyusunan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa nantinya akan lebih menitik beratkan pada fungsi pencegahan penurunan kualitas lingkungan, baik ekosistem darat, udara maupun perairan, sehingga kondisi lingkungan sekitar kegiatan tetap baik dan sehat bagi kehidupan makhluk hidup, terutama manusia yang berada di sekitarnya. Di samping upaya pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan, juga akan dilakukan pengelolaan yang bersifat penanggulangan masalah yang akan timbul, sehingga permasalahan tersebut dapat dikurangi atau bila mungkin dihilangkan.

Sunday, July 14, 2013

PERASAAN

Jangan pernah salahkan atas perasaan
Jangan juga pernah bermain atas nama perasaan
Ketahuilah satu yang berlaku bagimu belum tentu baginya
Yang berlaku bagi mereka, belum tentu untuk kita
Berlakulah tegas dan jangan bermain lagi
Karena begitu Amboi rasanya jika teringkaari

Perasaan bukan hanya objek penelitian
Bukan juga layaknya preparat-preparat yang seketika dapat dibuang
Apalagi seperti mesin yang dapat di-off dan di-on-kan sembarangan

Perasaan itu selayaknya rumput di musim semi
Meski telah dicabut akan tumbuh serta merta
Jadi, tetaplah kau berdiri di atasnya
Agar ia tak lagi tumbuh di atas tanah itu


Depok @Wisma Enelis, 14 Juli 2013

Tuesday, July 09, 2013

10 FAKTA TERKAIT KRISIS AIR DI DUNIA

There is 10 water scarcity facts :
1. Water scarcity occurs even in areas where there is plenty of rainfall or freshwater. How water is conserved, used and distributed in communities, and the quality of the water available can determine if there is enough to meet the demands of households, farms, industry and the environment.

2. Water scarcity affects one in three people on every continent of the globe. The situation is getting worse as needs for water rise along with population growth, urbanization and increases in household and industrial uses.

3. Almost one fifth of the world's population (about 1.2 billion people) live in areas where the water is physically scarce. One quarter of the global population also live in developing countries that face water shortages due to a lack of infrastructure to fetch water from rivers and aquifers.

4. Water scarcity forces people to rely on unsafe sources of drinking water. It also means they cannot bathe or clean their clothes or homes properly.

5. Poor water quality can increase the risk of such diarrhoeal diseases as cholera, typhoid fever and dysentery, and other water-borne infections. Water scarcity can lead to diseases such as trachoma (an eye infection that can lead to blindness), plague and typhus.

6. Water scarcity encourages people to store water in their homes. This can increase the risk of household water contamination and provide breeding grounds for mosquitoes - which are carriers of dengue fever, malaria and other diseases.

7. Water scarcity underscores the need for better water management. Good water management also reduces breeding sites for such insects as mosquitoes that can transmit diseasees and prevents the spread of water-borne infections such as schistosomiasis, a severe illness.

8. A lack of water has driven up the use of wastewater for agricultural production in poor urban and rural communities. More than 10% of people worldwide consume foods irrigated by wastewater that can contain chemicals or disease-causing organisms.

9. Millennium Development Goal number 7, target 10 aims to halve, by 2015, the proportion of people without sustainable access to safe drinking water and basic sanitation. Water scarcity could threaten progress to reach this target.

10. Water is an essential resource to sustain life. As governments and community organizations make it a priority to deliver adequate supplies of quality water to people, individuals can help by learning how to conserve and protect the resource in their daily lives.

Saturday, June 29, 2013

RINGKASAN METODE KERJA SEGMENTAL ERECTION BOX GIRDER DENGAN ALAT LAUNCHING GANTRY PADA PROYEK BORR


 
   Konsep instalasi LG adalah dengan cara zig-zag (yang dipasang duluan adalah yang sebelah utara)

ü  Kemudian dipasang temporary foundation blocks yang memiliki berat 430 ton dimana per m perseginya dapat menahan beban 20 ton

ü  Barulah setelah itu di susun box girdernya (Assembly and Installation Sequence)

ü  Setelah disusun dilakukan proses erection segmental

ü  Dalam setiap setengah span terdapat 18 segmen dimana jarak segmen dan Pier Head 50 mm

ü  Setelah di erection dilakukan temporary hanging pada first segment

ü  Setelah itu dilakukan temporary hanging untuk semua segment

ü  Setelah di hanging  akan ada proses positioning and fixing of segment 1

ü  Kemudian akan ada penyambungan semua segmen dengan epoxy glue dan temporary PT

ü  Dalam tahap erection dan penggabungan segmen dengan Pier Head dilakukan 3 survey yakni Precamber, Survey monitoring selama erection dan adjustment method

ü  Setelah terpasang segmen, maka akan ada pengecoran pada Wet Joint (10 – 15 cm)

ü  Ada juga grouting pada segmen expansion joint (EJ)

ü  Setelah di grouting dan di cor Wet Joint, barulah dilakukan instalasi tendon (dalam proyek ini terdapat tendon eksternal dan tendon internal)

ü  Jika instalasi tendon telah dilakukan, saatnya prestressing dilakukan. Prestressing dilakukan inside the box dan outside the box

ü  Setelah di stressing, barulah dilakukan releasing segmen dari LG. Pada tahap ini beban tidak lagi ditampung oleh LG, akan tetapi oleh kabel tendon dan Pier/Kolom

ü  Barulah dilakukan pemindahan LG ke span selanjutnya

Wednesday, June 26, 2013

Kebutuhan Air Bersih Jakarta



Kota Jakarta memiliki kesamaan dengan kota-kota lainnya yang memerlukan akses air bersih yang memadai, apalagi dengan jumlah populasinya yang semakin membengkak. Beban populasi Jakarta ternyata juga memiliki imbas positif dalam hal perkembangan ekonomi daerah ini. Dari hasil keputusan yang perkumpulan negara-negara se-Asia Tenggara, Singapura, Jakarta dan Kuala Lumpur ditetapkan sebagai prominent hub di wilayah ASEAN. ASEAN Community yang akan diimplementasikan pada tahun 2015 mendatang menuntut Jakarta untuk setara dengan European Community baik dalam hal ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan Jakarta dapat menjadi prominent hub dari ASEAN Community bersama Singapura dan Kuala Lumpur. Dalam hal perkembangannya Jakarta dituntut untuk terus melangkah lebih cepat dibandingkan dengan ibukota negara-negara di ASEAN lainnya agar posisinya tidak tergantikan dengan negara lain. Seiring perkembangannya, hingga saat ini Jakarta tengah mengalami tiga masalah terbesar yang tengah dihadapi yakni implementasi pertumbuhan kota yang berbeda dengan rancangan tata kota, populasi yang terus berkembang dan masalah air bersih. Oleh sebab itu, permasalahan terkait air bersih di Jakarta yang nantinya akan menjadi daerah prominent hub sangat penting diselesaikan secara saksama. Permasalahan air bersih mulai menjadi perhatian pemerintah sejak tahun 1997 dengan adanya permbentukan kerjasama antara PD PAM dengan Lyonnaise des Eaux (sekarang Suez Environment) dari Perancis dan Thames Water International dari Inggris. Namun, kerjasama yang dilakukan tidak mendapat hasil yang maksimal karena saat ini masih terdapat beberapa permasalahan terkait sumber air bersih Jakarta.
Berbicara mengenai air bersih sama halnya dengan berbicara tentang kehidupan di masa yang akan datang. Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan. Ketersediaan air bersih disetarakan dengan pemenuhan kebutuhan hak asasi setiap manusia. Hal ini terlihat juga dalam UUD 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa segala sumber daya yang memenuhi hajat hidup orang banyak dikelola oleh negara. Oleh sebab itu penting bagi pemerintah untuk melaksanakan program pembangunan yang berkelanjutan, dimana nanti pelaksanaannya juga bergantung pada aspirasi masyarakat dan pihak ketiga yang berkepentingan. Berdasarkan hasil perkiraan para ahli, dari sejumlah besar kebutuhan air bersih yang dibutuhkan Jakarta saat ini baru 33%-nya yang dapat dipenuhi oleh PAM Jaya. Hal ini dapat terjadi karena semakin hari semakin banyak permintaan (demand) air bersih baik dari segi kuantitas (akibat pertumbuhan populasi dan ekonomi) dan kualitas (semakin kritisnya konsumen dan aktivitas kota yang semakin kompleks).
Belum terpenuhinya kebutuhan air Jakarta pada umumnya disebabkan oleh kinerja pelayanan air bersih yang tidak memadai, keterbatasan sumberdaya finansial, cakupan pelayanan yang sangat rendah, serta tingkat kehilangan air yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil survey, pada tahun 1996 cakupan area pelayanan air bersih di Jakarta hanya mencapai 41%, dimana tingkat Non Revenue Water (NRW) yang mencapai 57% selain itu kondisi pasokan air untuk memenuhi kebutuhan air Jakarta masih dianggap lemah. Dalam hal penyediaan air bersih, pelanggan yang tersambung dengan akses air PAM ternyata belum tentu mendapatkan pasokan air yang memadai. Sebagian besar masyarakat Jakarta yang tidak tersambung dengan akses air bersih cenderung menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air hariannya. Tidak hanya itu, ternyata langkah ini juga diikuti oleh sebagian besar industri dan komersial (seperti hotel, apartemen, restoran dan lain sebagainya), sehingga penggunaan air tanah secara berlebihan menyebabkan penurunan muka tanah di Jakarta. Fakta  yang mengejutkan (Hasanuddin Z. Abidin, 2005) mendapati bahwa penurunan muka tanah di Jakarta dapat mencapai level 12 cm per tahun (dimana keadaan ini terjadi di Jakarta Timur bagian utara dan Jakarta Barat bagian Utara). Sehingga dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa penting adanya suatu sistem terintegrasi yang dapat mengatur siklus air dan mengoptimalkan suplay air bersih yang ada di Jakarta.
Selain faktor suplay air yang belum maksimal di Jakarta, kualitas air bersih yang ada di Jakarta juga masih tergolong jauh dari jenis air yang ada di negara-negara maju (hal ini ditandai dengan air keran yang dapat langsung diminum). Hal ini tentu saja akan menimbulkan efek domino lain berupa peningkatan kebutuhan energi dalam hal pematangan air untuk siap diminum. Selain itu, tarif rata-rata PAM Jakarta yang lebih tinggi di banding dengan kota-kota besar di Asia Tenggara (seperti Bangkok, Manila, Kuala Lumpur, Johor Baru dan Singapura) karena belum tercapainya efisiensi proses provision, produksi dan delivery air bersih. Selain itu, kondisi air baku yang semakin rusak akibat adanya perubahan lingkungan secara signifikan menyebabkan air bersih di Jakarta semakin langka meskipun sumber mata airnya melimpah.