Monday, November 19, 2018

Sejarah Pembangunan Jalan di Indonesia


ABSTRAK

Percepatan pembangunan didukung oleh infrastruktur yang memadai. Salah satu infrastruktur fisik yang memengaruhi percepatan permbangunan di sebuah negara adalah jalan. Proses pembangunan jalan sebagai sarana pelengkap kebutuhan manusia akan transportasi dimulai sejak akhir abad 18 tepatnya ketika Indonesia masih dijajah Belanda. Pembangunan jalan dengan perkerasan yang pertama kali ini ternyata menjadikan negara kita terus memperbaharui sistem pembangunan jalannya. Saat ini, di wilayah Indonesia yang luasnya mencapai 5.193.252 km2 telah dibangun sejumlah jalan yang sangat memudahkan masyarakat untuk berpindah atau memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan adanya proses pembangunan jalan yang dimulai dengan sejarah jalan, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat karena kebutuhan transportasi terpenuhi. Sejarah pembangunan jalan secara simultan mengalami perkembangan. Berbagai metode seperti Telford dan Makadam pun dikenalkan di Indonesia dan mulai menjadi acuan dalam proses perkerasan jalan. Kombinasi dari dua metode ini juga sering digunakan dalam tahap perkerasan jalan. Secara umum, pemilihan metode perkerasan disesuaikan dengan kondisi tanah sebagai pondasi jalan serta beberapa parameter lainnya.

Keywords
Kebutuhan, Transportasi, Metode Telford-Makadam, Infrastruktur


1. PENDAHULUAN

Infrastruktur merupakan modal yang sangat memengaruhi perkembangan suatu negara di era globalisasi ini. Listrik, telekomunikasi, dan jalan merupakan beberapa infrastruktur fisik penting yang harus dibangun dan dikembangkan oleh suatu Negara untuk dapat bersaing dengan Negara lainnya. Wilayah Indonesia sangat luas, hingga mencapai 5.193.252 km2 terdiri dari beribu pulau dan lima pulau besar yang dipisahkan perairan [1]. Wilayah yang luas ini juga membutuhkan jalan sebagai infrastruktur terpenting dalam proses pembangunan dan sarana transportasinya. Pada tahun 2002, besarnya mobilitas perekonomian melalui jaringan jalan baik nasional maupun provinsi rata-rata mencapai sekitar 210 juta kendaraan per kilometer [2]. Perkembangan jalan di Indonesia sebenarnya dimulai sejak beratus tahun yang lalu ketika masa penjajahan Belanda. Saat itu sejumlah pribumi dipaksa untuk bekerja membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan. Proyek jalan yang pertama dibangun di Indonesia ini menghabiskan sumber daya dan waktu yang begitu besar dari pihak pribumi sendiri. Berbagai kebijakan politik di masa penjajahan menjadikan proyek jalan pertama di Indonesia itu terlaksana dengan baik. Sejak saat itu, mulailah berbagai jenis jalan di Indonesia diciptakan demi memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia untuk berpindah.

2. PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA

Pembangunan jalan di sebuah daerah awalnya dipengaruhi keinginan manusia sebagai mahluk sosial untuk berkomunikasi. Namun, akibat jauhnya jarak yang terjadi antar manusia mulailah muncul ide untuk menciptakan suatu alat pemenuh kebutuhan untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya, yaitu jalan. Awalnya jalan berupa jejak-jejak manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring perkembangan waktu akhirnya jalan dibuat menjadi jalan setapak. Dengan munculnya berbagai alat transportasi seperti kuda, hewan, gerobak, dan lainnya maka mulailah jalan dibuat dengan perkerasan atau diratakan.
Perkembangan jalan di Indonesia dimulai sejak zaman kerajaan Tarumanegara mulai tahun 400-1519 M. Pada masa itu jalan dibuat untuk menunjang kegiatan perdagangan yaitu untuk mengangkut bahan-bahan untuk pembuatan candi sebagai sarana ibadah. Perkembangan jalan yang lebih maju di Indonesia diawali dengan kedatangan VOC yang dipimpin William Daendles pada tahun 1808-1811. Kedatangan Belanda itu ternyata membawa perubahan besar dalam hal pembangunan jalan di Indonesia. Jalan Daendles (1000 km) merupakan proyek jalan terbesar yang dibangun oleh Belanda di masa penjajahannya. Pembangunan jalan ini dilaksanakan dari Anyer di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur. Panjang jalan yang dibangun ini sekitar 1000 km dan dibangun dengan istilah kerja paksa (romusha). Adapun tujuan dari pembangunan jalan ini yakni memudahkan Belanda dalam mengangkut hasil bumi yang terdapat di daerah Jawa dimana pada masa ini program tanam paksa juga diwajibkan bagi rakyat Indonesia. Pembangunan Jalan Daendles belum direncanakan secara teknis baik geometrik maupun perkerasannya. Perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru dikenal sekitar pertengahan tahun 1960 kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 1980.
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan sehingga dapat memenuhi, fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan optimum (keamanan dan kenyamanan) pada arus lalu-lintas dan sebagai akses kerumah-rumah. Perencanaan geometrik jalan tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan walaupun dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan jalan seutuhnya, demikian pula dengan drainase jalan.
Adapun tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisien dalam pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan modal awal pembangunan suatu jalan. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik jika jalan tersebut memberikan rasa aman dan nyaman kepada penggunanya. Pada umumnya jalan yang tidak baik menyebabkan beberapa musibah yang berakibat fatal terhadap pengguna jalan.
Penemuan terkait konstruksi perkerasan jalan di Indonesia dipengaruhi oleh penemuan Thomas Telford dari Skotlandia (1757-1834) ahli jembatan lengkung dari batu pada akhir abad 18. Thomas menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya hampir sama dengan jembatan lengkung seperti ilustrasi di bawah ini :
Di dalam gambar terlihat prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan
Konstruksi perkerasan ini dapat dikatakan berhasil karena mulai dianut oleh orang-orang dari mancanegara. Konstruksi perkerasan yang ditemukan oleh Thomas Telford pun dikenal dengan Sistem Telford.
Tidak hanya sistem Telford, John Mc Adam (1756 – 1836) juga memperkenalkan kontruksi perkerasan dengan prinsip “tumpang-tindih”. Adapun maksud dari tumpang-tindih itu sendiri adalah dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3 inch). Perkerasan sistem ini sangat berhasil. Sistem ini juga merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal/mekanis (dengan mesin). Sistem perkerasan yang dibawa oleh Mac Adam ini dikenal dengan sistem Makadam.
SUMBER : INTERNET
Gambar 2. Sistem Perkerasan Mc. Adam

Di Indonesia hingga saat ini sistem perkerasan Telford dan Mac Adam masih sering digunakan di beberapa daerah di Indonesia. Kombinasi dari dua sistem ini dikenal dengan sistem Telford-Makadam. Dalam proyek perkerasan jalan dengan kombinasi sistem ini, biasanya sistem Telford untuk bagian bawahnya dan sistem Mac Adam untuk bagian atasnya.
SUMBER : INTERNET
Gambar 3. Rute jalan Daendles yang dibangun dari Anyer hingga Panarukan
Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM. Perkembangan perkerasan aspal di Indonesia mulai dikenal di abad ke 19. Proses perkerasan aspal dimulai dengan tahap awal berupa konstruksi Telford dan Makadam yang kemudian diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar yang kemudian berkembang menjadi lapisan penetrasi (Lapisan Burtu, Burda Buras). Tahun 1980, Indonesia diperkenalkan dengan perkerasan jalan dengan aspal yakni berupa emulsi dan Butas. Hanya saja dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya yang kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastic [3]. Perkembangan konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas (hot mix) mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti aspal beton (AC) dan lain-lain.
Sistem perkerasan jalan dengan semen sebagai bahan pengikatnya awalnya ditemukan pada tahun 1928 di London. Hanya saja konstruksi perkerasan ini mulai berkembang pesat sejak tahun 1970 ketika mulai diperkenalkan pembangunan perkerasan jalan.


3. KESIMPULAN

Infrastruktur jalan merupakan salah satu komponen yang memengaruhi perkembangan suatu daerah khususnya di bidang ekonomi. Namun, sebelum membicarakan perkembangan ekonomi tersebut, jalan ternyata merupakan jejak sejarah manusia untuk memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial. Di Indonesia sejarah pembangunan jalan dimulai sejak adanya proyek perkerasan jalan dari Anyer sampai Panarukan (akhir abad 18). Pembangunan jalan ini dilaksanakan untuk memudahkan pemerintah Hindia Belanda untuk memindahkan hasil bumi Indonesia. Pembangunan Jalan Daendles (jalan dari Anyer-Panarukan) belum direncanakan secara teknis baik geometrik maupun perkerasannya. Sistem perkerasan jalan baru dikenal masyarakat Indonesia sejak masuknya sistem perkerasan Telford dan Mac Adam yang mulai berkembang di abad 18. Kedua sistem perkerasan jalan ini masih digunakan dalam hal pembangunan jalan. Tidak jarang kombinasi dari dua sistem perkerasan ini juga menjadi akulturasi sistem baru dalam pembangunan jalan-jalan di Indonesia. Selain kedua sistem perkerasan ini, perkembangan perkerasan jalan dengan menggunakan aspal, beton dan semen pun mulai diperkenalkan dalam tahap konstruksi jalan. Setiap jenis perkerasan baik yang menggunakan semen, aspal maupun beton memiliki karakteristik yang berbeda. Penggunaan perkerasaan dengan suatu material dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi dari jalan sehingga pembangunan jalan yang awalnya hanya sebagai jejak manusia untuk berkomunikasi dapat dimanfaatkan secara efisien dan tepat guna.



referensi

[1]   Nurfitriani, Rani. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Jalan Tol di Indonesia. IPB Press, hlm. 1.
[2]   BAPPENAS. 2003. Pengembangan Lembaga Keuangan dan Investasi Infrastruktur. BAPPENAS, Jakarta.
[3]   Tim Penulis Gunadarma. Rekayasa Jalan Raya Jilid 1. Penerbit Gunadarma, hlm. 1-2.

Contoh Instruksi Kerja "PENANGANAN DAN PEMINDAHAN MATERIAL BERBAHAYA"


A.   PERSIAPAN DAN PERSYARATAN
Ketika mendesain area penyimpanan harus memperhatikan persyaratan legal yang harus dipenuhi ketika menyimpan material yang berbahaya adalah :
·       Segregation - Pemisahan jenis material yang berbeda
·       Separation - Pemisahan jenis bahaya dari bangunan, batas dan area kerja
·       Pembendung - Metoda digunakan untuk menangani tumpahan
·       Rambu dan Plakat - digunakan untuk mengenal material dan bahaya
·       Label informasi dan Material Safety Data Sheets (MSDS) - yang memberikan informasi yang diperlukan untuk membuat pekerja aman dengan material tersebut
·       Informasi diperlukan untuk memenuhi peryaratan ini dapat ditemukan dalam pedoman yang dibuat oleh Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Kerja
·       Dalam hal membicarakan tentang  Separation dan Segregation, perlu mengetahui perbedaannya sehingga dapat menyimpan material yang mudah terbakar dan meledak tersebut dengan aman.
Separation adalah jarak material mudah terbakar atau meledak dari bangunan, perbatasan dan tempat kerja
Harus memisahkan material mudah terbakar dan meledak dari area lainnya agar :
·       Melindungi masyarakat umum
·       Melindungi orang yang sedang bekerja atau bergerak di sekitar area tersebut
·       Melindungi property
·       Melindungi material mudah terbakar dan  meledak dari sumber nyala api dan pengaruhnya
·       Allow responding emergency services people room to move.
Segregation artinya adalah untuk  memisahkan material yang tidak dapat disamakan yang dapat bereaksi satu sama lainnya. Hal ini dapat diatasi dengan menjaga jarak antara material atau dengan membangun dinding penghalang.
Semua material dan zat-zat yang berbahaya di klasifikasikan kedalam beberapa kelompok dan peraturan merincikan peryaratan pemisahan, disamping persyaratan legal ini, harus berfikir sehat ketika mendesain dan menangani area penyimpanan.
Beberapa pertimbangan yang akan diperhatikan ketika mengatur area penyimpanan termasuk :
·       Lokasi material - simpan material yang biasanya digunakan dibagian depan
·       Perimbangan penanganan manual - simpan kontener yang berat dan sesah setinggi pinggang
·       Kebersihan yang baik - sediakan tempat sampah yang dapat dipindah-pindah dan pastikan memiliki penutup yang aman
·       Tata ruang tempat kerja yang baik - pastikan memiliki ruang untuk bergerak dan tempat yang cukup untuk melakukan pekerjaan
·       Rak penyimpanan tabung gas mudah terbakar - pastikan tabung gas tersimpan pada posisi tegak dan dijepit atau diikat pada rak.
B.   PERAWATAN AREA PENYIMPANAN
Dikarenakan penyebab insiden yang melibatkan material mudah terbakar dan meledak dapat terjadi pada manusia, property dan lingkungan, maka perawatan diarea kerja sangatlah penting.
Membuat system dimana pemeriksaan teratur dilakukan diarea penyimpanan dan wadah material. Hal ini diharuskan bagi ke area yang luas dan area penyimpanan yang disahkan.
Saat memeriksa area penyimpanan, hal-hal yang perlu dilihat termasuk :
·       Tempat penampungan yang bocor
·        Jebol atau retak pada system pembendungan
·       Cairan atau material di lantau yang menyatakan bocoran atau tumpahan
·       Benda atau material yang menyebabkan terpeleset, tersandung dan terjatuh
·       Benda-benda yang dapat menyebabkan nyala api
·       Penyimpanan material yang salah
·       Rak penyimpanan dan penyanggah yang rusak dan tidak aman
C.   PENANGANAN MATERIAL MUDAH TERBAKAR DAN MELEDAK
Jangan pernah menangani atau bekerja dengan material mudah terbakar atau meledak kecuali  telah dilatih cara menanganinya dan paham Material Safety Data Sheets (MSDS)
Beberapa orang perlu diberikan ijin agar mereka dapat bekerja dengan material tertentu, seperti :
·       Bekerja dengan bahan peledak (Powder Monkeys)
·       Pengendara kendaraan yang digunakan untuk mengangkut material mudah terbakar dan meledak
·       Bekerja dengan fireworks.
Kecuali tidak memerlukan ijin, tetapi diberi pelatihan agar mengetahui potensi bahaya saat menangani material mudah terbakan dan meledak tersebut.
Dalam “Penanganan” material mudah terbakar dan meledak termasuk aktifitas yang besar, seperti :
·       Mengisi bahan bakar di stasiun bahan bakar
·       Menuangkan bahan bakar dari penampung yang satu ke lainnya
·       Bekerja ditempat pencampuran material mudah terbakar dan meledak
·       Gas pengelasan dan pemotongan
·       Penggunaaan korek untuk menyalakan rokok.
Bahan peledak sering mengakibatkan kebakaran pada saat waktu yang sama menyebabkan suatu ledakan.  Kebakaran dan ledakan biasanya disebabkan oleh :
·       Pengapian
·       Tabrakan
·       Campuran material yang tidak boleh disamakan atau dicampur
Penyebab kebakaran dan peledakan termasuk :
·       Merokok disekitar material mudah terbakar dan meledak
·       Pecikan api terjadi dari pekerjaan panas
·       Persikan api yang disebabkan benda metal bergesekan
·       Kontener zat kimia mudah menguap
·       Percikan api disebabkan oleh perkakas yang terjatuh
·       Listrik statis
·       Pencampuran zat kimia yang tidak dapat dicampur dikarenakan kesalahan pemberian label
·       Tumpahnya zat kimia berbahaya
Ketika menangani material mudah terbakar dan meledak, kebakaran dan ledakan bukan hanya bahaya yang perlu di waspadai.  Bersentuhan dengan material ini dapat menyebabkan luka bakar serius atau iritasi.
Cara terbaik menghindari hal ini adalah menggunakan alat yang tepat untuk menangani material tersebut dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti :
·       Face shield dan chemical goggles
·       Pakaian pelindung
·       Pelindung kaki - catat dalam beberapa situasi steel cap boots tidak boleh digunakan dalam situasi peledakan yang sangat tinggi
·       PVC atau sarung tangan karet.
D.   PENGANGKUTAN MATERIAL MUDAH TERBAKAR DAN MELEDAK
Ketika “Mengangkut” material mudah terbakar dan meledak, kita memasukkan pengangkutan dari area kerja yang satu ke area yang lainnya dan pengangkutan didalam area kerja itu sendiri.
Orang yang mengendarai kendaraan pengangkut material mudah terbakar dan meledak harus memiliki izin.
Kendaraan yang digunakan harus memenuhi standard dan harus terbuat dari material yang tidak menimbulkan listrik statis atau sumber pembuat api apapun.
Kendaraan tersebut perlu dilengkapi dengan penghubung statis bumi. Ini berarti membumikan kendaraan ketika bermuatan maupun tidak bermuatan. Pengangkutan didalam area kerja atau diluar area dimana harus memiliki control penuh.
Ketika  memindahkan material mudah terbakar dan meledak di sekitar area kerja, harus memperhatikan selalu :
·       Memeriksa rute yang akan ambil - pastikan memiliki cukup ruang untuk berputar dan tidak ada penghalang
·       Gunakan peralatan yang tepat - pastikan peralatan yang akan digunakan tidak memiliki sumber penyala api
·       Periksa label atau MSDS untuk instruksi khusus - label dan MSDS menjabarkan persyaratan penanganan dan pembersihan
·       Siap untuk keadaan darurat - semua karyawan harus mengetahui prosedur darurat dan lokasi peralatan
·       Gunakan pakaian pelindung yang tepat
·       Gunakan teknik penanganan manual - mengikutinya, bisa menjatuhkan kontener tersebut
·       Membuat orang lain waspada - orang lain perlu mengetahui bahwa sedang dilakukan pemindahkan material berbahaya
E.    PERALATAN DAN PROSEDUR DARURAT
Gambar area penyimpanan material mudah terbakar dan meledak harus membuat pergerakan bebas pada saat dibutuhkan pertolongan darurat.Selanjutnya, perlu memastikan peralatan darurat yang sesuai tersedia untuk dan dapat digunakan saat memberikan batuan darurat
Peralatan darurat harus meliputi :
·       Pemadam Api - memastikan pemadam api sudah tepat untuk digunakan pada material tersebut
·       Penyerap - sekali digunakan ini dapat menjadi mudah terbakar jadi perlu dibuang dengan benar
·       Air - ini tidak boleh digunakan untuk memadamkan kebakaran bahan bakar, hanya material cair
·       Alat pelindung - seperti, breathing apparatus, sarung tangan dan pakaian pelindung
·       Alat  peringatan - termasuk alarm dan rambu-rambu
Perlu memastikan bahwa rencana darurat telah ditulis dan terdapat di lokasi yang dapat dijangkau oleh semua.
Kewajiban memastikan semua yang orang bekerja dengan material mudah terbakar dan meledak telah membaca dan mengerti rencana darurat tersebut yang meliputi :
·       Daftar semua material berbahaya diarea kerja
·       Peralatan digunakan untuk material dalam situasi darurat
·       Cara menghidupkan alarm
·       Nama dan lokasi orang yang bertanggung jawab dalam situasi darurat
·       Perencanaan yang menggambarkan lokasi peralatan darurat
·       Prosedur dan rencana evakuasi menunjukkan tempat berkumpulan
F.    RAMBU-RAMBU DAN PEMBATAS
Cara terbaik menjaga agar orang tidak terluka karena penanganan material mudah terbakar dan meledak, material tersebut harus disimpan jauh. Melakukan pengendalian resiko dengan membarikade/menutup atau memagari. Pagar diperlukan dalam jarak tertentu dari material tersebut dan dari bengunan. Jarak yang dianjurkan tergantung dari material yang dicampur.
Mengunakan rambu untuk membuat orang tahu bahwa material berbahaya sedang tersimpan dan jenis materialnya.
Rambu disekitar tempat penyimpanan bahan campuran harus meliputi :
·       Rambu pembatas - untuk memberitahukan bahwa material mudah terbakar dan meledak tersimpan
·       Rambu material - untuk menunujukkan kelas material apa yand disimpan
·       Rambu peralatan darurat - untuk menunjukkan lokasi pemadam api, pakaian pelindung, dll.
·       Rambu Alat Pelindung Diri - yang menunjukkan apa yang harus  digunakan
·       Rambu tempat berkumpul dan pintu keluar darurat - untuk menunjukkan dimana anda harus berkumpul dan dimana rute keluar dari lokasi
·       Rambu kontak - untuk menunjukan nomor telpon.
G.   KESIMPULAN
Tempat penyimpanan material mudah terbakar dan meledak tercakup dalam perundang-undangan dan standar dan ada banyak informasi tersedia guna memberikan bantuan dalam desain, membuat dan merawat area penyimpanan.
Memastikan bahwa semua material mudah terbakar dan meledak telah diketahui dan terpisah jauh dari manusia dan bangunan. Memastikan bahwa material yang tidak dapat dicampurkan tidak disimpan bersamaan.
Jangan terikat oleh peraturan dan standar dan lihat perawatan diarea ketika membuat tempat penyimpanan bahan berbahaya tersebut.
Lakukan pemeriksaan yang teratur untuk material mudah terbakar dan tempat penyimpanan bahan berbahaya tersebut.
Diskusikan peryaratan pelatihan mengenai hal ini dengan yang berpengalaman
Mengerti  prosedur yang benar dalam menangani material mudah terbakar dan meledak dan apa yang seharusnya dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kecelakaan terjadi.
Memperhatikan keselamatan diri dan orang disekitar ketika memindahkan bahan mudah terbakar dan meledak di sekitar tempat kerja.
Harus mengerti dan mengetahui perlalatan darurat dan perencanaannya sebelum memasuki tiap area yang mengandung material mudah terbakar dan meledak. Baca dan mengeri rambu-rambu disekitar area tersebut.