Monday, September 30, 2013

J'ai deux amours

Lagu dalam Bahasa Perancis yang pertama kali dipelajari :)

On dit qu'au dela des mers
La-bas sous le ciel clair
Il existe une cite
Au sejour enchante 
Et sous les grands arbres noirs 
Chaque soir 
Vers elle s'en va tout mon espoir
J'ai deux amours 
Mon pays et Paris
Par eux toujours 
Mon c?ur est ravi 
Manhattan est belle 
Mais a quoi bon le nier 
Ce qui m'ensorcelle 
C'est Paris, c'est Paris tout entier
Le voir un jour 
C'est mon reve joli 
J'ai deux amours 
Mon pays et Paris
Manhattan est belle
 Mais a quoi bon le nier
Ce qui m'ensorcelle 
C'est Paris, c'est Paris tout entier
Le voir un jour 
C'est mon reve joli 
J'ai deux amours 
Mon pays et Paris

Saturday, September 28, 2013

SosAct Fakultas Ekonomi UI

Malam ini duduk di kamar kosan sendiri. Adia sedang pulang ke Jakarta dan aku baru saja kembali dari Bogor untuk ikut acara SosAct (Social Activity)-nya anak FE (Fakultas Ekonomi-red). Kemarin malam berangkat dari Bogor pukul 22.00 dan sampai tengah malam di desa Sadeng, Bogor. Malam ini sampai di kosan pukul 21.00 WIB. Letih rasanya, tetapi senantiasa berkesan. Disana udaranya sejuk, banyak pepohonan dan terasa nyaman meskipun cuaca panas. Di sana kami melaksanakan penyuluhan terkait air bersih dan cara filtrasi-nya.

Sunday, September 22, 2013

Penyakit itu Pembunuh Massal



Tahukah kalian? Endemi merupakan satu-satunya mesin pembunuh umat manusia terbesar yang ada di dunia. Beberapa endemi yang dapat ditimbulkan oleh bencana banjir adalah :

a.       Kolera
Kolera merupakan suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala utama dari penyakit ini merupakan diare dan muntah. Kolera biasanya menular melalui air minum dan makanan yang tercemar. Banjir yang melanda suatu kawasan merupakan bencana yang sangat berpotensi menularkan bakteri kolera dan dapat tumbuh menjadi endemi yang mengancam pertumbuhan masyarakat.

b.      Malaria
Salah satu penyakit ada ketika banjir melanda merupakan malaria yang disebabkan oleh parasit yang dinamakan Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Genangan air yang tidak terkelola dan kondisi lembab mempercepat pertumbuhan nyamuk Anopheles sehingga malaria juga kerap mengancam keselamatan masyarakat yang dilanda banjir. Malaria juga merupakan penyebab kematian di banyak wilayah. Hingga sekarang malaria terus membunuh orang setiap hari, tepatnya 2800 anak setiap hari dan sekitar 2,7 juta orang per tahun.

c.       Pes
Pes merupakan satu penyakit yang disebabkan oleh gigitan kutu tikus yang membawa bakteri Pasteurila pestis. Wabah ini biasanya terjadi di masyarakat pedesaan dan perkotaan, terutama mereka yang berhubungan dengan tikus dan kutu tikus. Pada musim banjir tiba, got-got kotor yang ada di Jakarta pada umumnya meluap dan menyebabkan tikus dan air genangan banjir bercampur baur sehingga penyakit Pes dapat menyerang masyarakat kapanpun.

d.      Flu Spanyol
Pandemi influenza pada tahun 1918-1919 merupakan serangan penyakit yang menewaskan korban melebihi jumlah orang yang tewas pada PD I. Virus ini menyerang dengan kecepatan luar biasa dan disebabkan karena virus. Flu Spanyol telah menewaskan lebih dari 100 juta orang dalam waktu 2 tahun.

So, be careful and save your environment ^_^
This is a little bit from Water Security DKI Jakarta 2030

Uncertainty

Malam ini kembali iseng menulis tentang satu hal, satu kejadian, satu solusi dan satu pikiran.
Ya. Saya memang seorang yang saat ini mendalami tentang Project Management dan di dalam scope pelajaran tersebut ada namanya 'uncertainty' atau istilah bekennya adalah ketidakpastian. Dalam sebuah proyek, ketidakpastian berbanding terbalik dengan jumlah resources yang dikeluarkan dan berbanding lurus dengan risiko.
Bagi yang bukan anak teknik, matematika, statistik atau beberapa bidang kuliah yang njelimet itu, saya akan menerangkan teori 'berbanding lurus', 'terbalik', 'tergulung-gulung' atau apalah itu namanya. Hahaha... *lupakan yang memang buat kita semakin susah.
Oya, sekedar tahu saja kalau malam ini saya menulis postingan ini pukul 02.00 dinihari sambil mendengarkan lagu-lagu dari Mbak Rossa :)

Nah, kembali ke masalah 'uncertainty' itu. Sepertinya setiap project manajer tidak suka dengan hal-hal yang tidak pasti. Jadi, di dalam suatu project, ketidakpastian itu berbanding terbalik dengan jumlah resources yang keluarkan maksudnya adalah semakin tidak pasti suatu project, maka semakin sedikit sumber daya yang akan dikerahkan. Namun, semakin tidak pasti sebuah project maka risikonya semakin besar. Risiko disini lebih kepada risiko kegagalan project tersebut ya :)

Uncertainty dalam siklus project biasanya terjadi di awal fase karena saat itu setiap orang ingin pendapatnya di dengar. Ingin merasa dialah yang paling hebat, kuat dan semangat dalam project itu. Nah, disinilah gunanya seorang konsultan, apalagi kalau bukan sebagai pemberi solusi, tempat berkonsultasi dan terkadang menjadi ibu dari owner project tersebut. Namun ada juga beberapa pemilik project yang berusaha bertindak sebagai anak (yang segalanya ingin ini, ingin itu banyak sekali) #tapi sayangnya di masa kini belum ada kantong ajaib.

Oke. Jadi dalam project manapun, keadaan uncertainty itu pasti selalu ada..

Saturday, September 14, 2013

Semua Memang Terbatas

Tulisan malam ini adalah salah satu tulisan random di September ini. Berbicara masalah September, sepertinya ada seseorang yang sedang berulang tahun di sana...

"SELAMAT ULANG TAHUN...  SEMOGA SEGALA APA YANG DICITA-CITAKAN TERCAPAI DAN SENANTIASA DIBERIKAN YANG TERBAIK OLEH-NYA"

Skip masalah tanggal.
Malam ini seperti biasa di kosan Enelis sambil memperhatikan banyak hal lewat jendela semu, berkabut dan tidak jelas. Meski jendelanya semu dan tidak jelas, masih saja tetap berniat melihat ke dalamnya, mengamati, terkadang kesal dan sedikit celetukan-celetukan usil keluar.

Ditulisan ini mari kita bicarakan setiap hal yang ada di dunia (jika terlalu luas, mari kita berbicara tentang semua yang ada di sekitar kita). Baik itu air, udara, minyak, gas alam, tanaman, hewan, tumbuhan dan segala macamnya. Oya, perlu diketahui malam ini kita tidak berbicara masalah lingkungan, dunia sipil, konstruksi, efisiensi atau apapun yang berhubungan dengan logika.

Malam ini mari kita lupakan semua dan tenggelam dalam rasa-rasa. Kembali ke poin awal, di dunia ini tidak ada yang tiada berbatas, mulai dari air, tanah, udara dan segalanya. Tidak terkecuali perasaan, tiada juga perasaan yang tiada batasannya. Semuanya terbatas. Jika kelak tiba waktunya, maka jangan salahkan ia berbalik, terburai, menghilang dan melesap di kegelapan dan tiada pernah kembali.

Kembali saya ingatkan dalam postingan kali ini kita tidak membicarakan masalah logika. Disini kita hanya bicarakan masalah 'rasa-rasa'. Tahukah kalian mengapa seorang guru/dosen mengajari kita banyak hal? Itu semua karena mereka ingin ilmu yang diperolehnya dapat diturunkan kepada seseorang yang ia percaya. Baginya, seseorang yang dapat mewarisi ilmunya adalah replika dan pengukir sejarah baginya kelak. Seperti kata pepatah, 'manusia itu egois'. Tiada yang cuma-cuma melainkan segalanya 'kebutuhan'. Kebutuhan disini bukan hanya terbatas pada kebutuhan materi, namun kebutuhan nurani juga. Seperti dosen tadi, nuraninya berkata bahwa dosen/guru yang sukses adalah pengajar yang mampu memberikan pelajaran terbaik dan ilmu terbaik kepada mahasiswa/siswanya. Setelah itu tercapai, nuraninya akan secara otomatis merasa puas dan terpenuhilah segala kebutuhannya.

Begitu juga dengan sedekah. Seseorang yang sedang bersedekah itu adalah seseorang yang sebenarnya sangat membutuhkan. Ya... Dia membutuhkan pertolongan dan ridho dari Tuhannya untuk menerima dan memberi kelapangan hati, keberkahan hidup dan ketentraman jiwa selama hidupnya. Secara tidak langsung, sedekahnya adalah jalan bagi dia untuk memenuhi kebutuhannya. Begitu juga dengan orang tua. Orang tua butuh seorang anak yang dapat menjadi cerminannya dan dapat sebagai estafet hidup baginya. Hidupnya seorang anak merupakan kehidupan kedua bagi orang tua. Dan itu murni berasal dari hati yang membutuhkan keabadian dan keberkahan dari Tuhan. Maka... Secara tidak langsung, baik disadari maupun tidak, segala yang ada itu hanyalah kebutuhan. Maka untuk tetap menjadi yang dibutuhkan, mulailah dari sekarang untuk berbuat baik, memberikan yang terbaik dan jadilah orang-orang baik. Dengan adanya tindakan itu, maka tiada lagi hal yang terbatas untukmu...

^_^

Thursday, September 12, 2013

POPULASI DAN LINGKUNGAN KITA


Malam ini menyempatkan diri mendengarkan lagu Badarsila oleh Siti Nurhaliza. Kira-kira begini kutipannya :

“Bagaikan di lentur sutera
Mentari meminjam sinarnya
Bagaikan di suluh hatinya
Menetap di persada
Bagaikan diseru rindunya
Di awan tersembunyi wajahnya
Bagaikan dirisik malunya
Tersingkap di hamparan...”

Hmm... Entah kenapa Melayu begitu menyenangkan untuk dirasa, dihayati setiap makna dari syair-syairnya dan gurindam pada setiap bait-baitnya.
Well, dalam tulisan ini saya tidak akan membahas banyak tentang etnis Melayu yang satu ini karena saat ini (11 September 2013, pukul 21.50 WIB) kita akan berbicara tentang isu global yang melanda dunia.

Pertama, permasalahan utama yang dihadapi lingkungan saat ini bukanlah sampah, krisis air, banjir, kebakaran hujan dan segala macam jenis masalah lingkungan yang sering diheboh-hebohkan oleh media massa.

1.   In-efisiensi, merupakan masalah utama yang dapat menyebabkan kekacauan harmonisasi dari lingkungan itu sendiri karena tidak seluruh energi yang keluar dimanfaatkan dengan baik. Seperti contoh nitrogen yang diperoleh dari udara bebas merupakan asal mula kehidupan dan urat nadi kehidupan yang sangat penting. Di lingkungan, siklus nitrogen dimulai dari tumbuhan dan dilanjutkan oleh hewan (baik karnivora maupun herbivora). Pada fase –fase peralihan inilah efisiensi dari penggunaan nitrogen berkurang. Sehingga hal ini menyebabkan siklus nitrogen tidak berjalan dengan baik. In-efisiensi juga terjadi pada siklus karbon dan air. Seperti di wilayah Jakarta, siklus air yang tidak harmonis lagi menyebabkan Jakarta kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Siklus peresapan air terganggu karena adanya penutupan terhadap sebagian besar permukaan tanah di Jakarta sehingga hal ini memperbesar koefisien run-off (limpasan hujan)
2.   Degradasi dan Akumulasi. Hal ini merupakan dua keadaan yang pasti selalu ada di kota yang belum sustain dalam mengelola lingkungan. Degradasi dan akumulasi dapat menimbulkan kekurangan di satu lokasi dan kelebihan di lokasi lainnya. Degradasi dan akumulasi disebabkan oleh rantai makanan yang terganggu dan campur tangan manusia dalam mempertahankan kebutuhannya seperti membangun bendungan sehingga menyebabkan gangguan pada imigrasi ikan-ikan di sebagian kawasan.
3.   Man made cycle.
Dalam kasus man made cycle, diketahui bahwa ciptaan manusia bukan merupakan suatu hal yang sempurna dan dapat mengganggu kestabilan lingkungan. Setiap proses alam yang terjadi sesuai hukum alam merupakan satu tindakan bagi lingkungan (bumi dan segala isinya) untuk memperbaiki dan mempertahankan dirinya. Bumi sudah cukup pintar untuk mengatur dirinya dengan fenomena-fenomena seperti perubahan iklim dan intensitas gempa yang semakin banyak dari tahun ke tahun. Sehingga man made cycle merupakan satu sumbangsih manusia untuk menambah tugas bumi dalam hal menyeimbangkan dirinya sendiri.

Berbicara masalah daya dukung lingkungan, terdapat dua hal yang sangat penting diperhatikan. Daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas daya tampung (assimilative capacity). Jadi, tidak masalah jika jumlah penduduk bumi meningkat sedemikian cepat menjadi 7 miliar saat ini. Hanya saja yang paling penting kita harus dapat memastikan bahwa kapasitas penyediaan bumi terkait kebutuhan kita dan kapasitas daya tampungnya masih mencukupi (berimbang).

Populasi maksimum juga dapat dirumuskan dengan :

I = P X A X T

Dimana Environmental Impact harus sama dengan hasil kali antara Populasi, Affluence dan Technology yang ada.

Thursday, August 29, 2013

Renungan Tuhan itu Maha Adil dan Tak Ada yang Sempurna

Malam ini ditemani suara televisi di ruang tengah rumah, Riau. 22.15 WIB.
Yeyen dan mama sudah tertidur sedangkan suara televisi yang menyairkan program Discovery Channel tentang ular-ular masih terdengar dari ruangan ini. Baru saja aku menyelesaikan satu buah paper terkait sistem manajemen persampahan di rural area. Tidak menarik. Biasa saja. Mungkin suatu saat aku bisa menemukan hal yang lebih baru, lebih aneh dan unik.
Tadi malam sempet baca tweet-nya Raditya Dika tentang sedikit tausiyahnya tentang menulis. Sejak masuk dunia perkuliahan rasa-rasanya aku jarang menulis. Kebanyakan main dan senang-senang sampai lupa daratan (lupa pekerjaan). Di semester 7 ini ingin rasanya berubah. Hahaha... Bukan berubah gimana-gimana. Hanya saja ingin menjadi lebih rapi dibanding sebelumnya dan ingin bersinar seperti orang-orang di luar sana.

Baiklah... Aku juga sedikit bingung tentang konten pembicaraan kita di tulisan kali ini. Ah ya, ada satu pelajaran yang hingga saat ini aku kagumi dari mama dan belum tentu aku bisa terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali aku sedikit envy dengan teman-teman yang luar biasa suksesnya, luar biasa hura-hura dan menyenangkan hidupnya, mama selalu bilang 'Tuhan itu maha adil. Tidak ada yang sempurna di dunia ini'.
Well... Sekarang mari kita ambil dua sudut pandang yang berbeda dari kehidupanku.
Kasus 1 :
Bagiku, pulang kampung ke Riau itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Pulang ke rumah. Makan masakan mama. Berdiam dan mengurung diri di rumah itu bukan hal yang membosankan bagiku. Bukan karena aku anak rumahan yang sering di pingit. Hahaha... Dari kecil aku suka keluyuran kesana kemari naik sepeda kesana kesini dengan teman-teman sampai-sampai sering dimarahin mama kalau pulangnya pas Adzan magrib. Tapi sekarang, rumah itu bagaikan tempat paling nyaman di dunia. Biar saja tidak ada koneksi internet, tidak ada HP, tidak ada TV, tidak ada apa-apa asalkan ada mama disana aku senang. Kadangkala aku hanya duduk-duduk di belakang rumah sambil ngeliatin ikan-ikan di kolam bersama mama. Bagi banyak orang itu membosankan dan wasting time. Tapi bagiku itu benar-benar high quality time. Pernah suatu ketika aku sedikit terkejut dengan temanku yang bosan di rumah. Dia bilang kalau liburan terlalu lama itu membosankan, padahal di dekat rumahnya segala fasilitas dapat dengan mudah dijangkau. Bisa jalan-jalan semaunya. Tidak seperti aku di sini yang harus menempuh 1 jam perjalanan untuk mencapai pusat kota. Meski terpencil aku tetap suka. Kembali ke temanku tadi, ternyata dia bosan karena ibunya senantiasa bekerja. Pergi pagi pulang sore... Pergi pagi pulang sore... Di ulang-ulang sampai berjuta-juta hari lamanya, hingga anaknya bosan dan mati kutu sendiri di rumah. Tidak ada teman, tidak ada lawan.

Dari kasus 1 ini aku memahami sedikit perkataan mama yang selalu bilang 'Tuhan itu maha adil'. Keadilan Tuhan memang bermacam jenisnya, dan aku menemukannya di kasus ini. Meski pada hakikatnya keadilan itu ada pada setiap senti sisi kehidupan kita.

Alhamdulillah hingga saat ini Tuhan masih membiarkanku hidup dengan adanya mama, papa dan Yeyen. Meski dari SMA selalu berjauhan, ternyata rasanya begitu dekat. Bagaimana tidak kalau ditelpon 3 kali sehari di jam makan, ditambah 2 kali di subuh hari dan malam hari untuk memastikan apakah sudah bangun dan sudah tidur lagi (malam hari). Berpuluh kali kalau seandainya telponnya tidak diangkat + omelan yang tiada putus2 hingga 5 menit lamanya jika ternyata dering dan getar HP tidak diaktifkan. Ternyata, mama yang kukenal dari kecil sebagai wanita yang super cerewet itu adalah satu-satunya orang yang paling sayang dan mengingat kita dimana-mana. Tidak hanya mama, papa juga begitu. Kalau biasanya papa sedang piket di luar dan mama di rumah, terkadang ada dua panggilan darurat yang ternyata menanyakan satu hal yang sama,
'Lagi dimana? Udah makan? Udah di kosan?'

Hahaha... Meski punya mama yang cerewet dan papa yang pendiam, aku tahu bahwa mereka adalah sosok orangtua yang paling sempurna untukku. Apa jadinya kalau aku punya mama yang pendiam dan papa yang cerewet? Haha... Tidak terbayangkan.

Sudahlah. Ini postingan curcol di malam hari. Thanks sudah membacanya... :)

Monday, August 26, 2013

Reklamasi Pantura dan Pengembangan Teluk Jakarta sebagai Solusi Masa Depan



Kompleksitas permasalahan yang dialami Jakarta telah menjadi momok bagi warga kota. Pesimistis pun berkembang di kalangan masyarakat bahwa tidak mungkin untuk menciptakan Jakarta bersih, rapi dan tertata tanpa adanya berbagai permasalahan lingkungan seperti saat ini. Jakarta yang merupakan delta city dilewati oleh 13 sungai yang kesemuanya berasal dari kawasan penyangga dan bermuara di Teluk Jakarta. Kondisi teluk yang seolah menjadi tempat sampah buangan terbesar masyarakat kota sudah selayaknya diperbaharui dan direvitalisasi keadaannya. Pembangunan dan perubahan besar yang dapat diterapkan pada teluk Jakarta yakni berupa reklamasi pantai dan pengembangan kawasan Pantura (pantai utara) secara terpadu untuk menyeimbangkan progress pembangunan dan perkembangan kawasan kota. Dalam rangka pengembangan dan pembangunan kawasan Teluk Jakarta dan Pantura juga ditetapkan beberapa prinsip mendasar agar dampak dari pembangunan area ini optimal di masa mendatang. Kawasan Teluk Jakarta kelak akan direklamasi dan di sekitar daerah Pulau O akan dibangun landfill seperti yang ada di Semakau Island, Singapore. Pembangunan landfill yang diterapkan Semakau Island merupakan satu dari jenis landfill yang sangat multifungsi dan tepat guna. Landfill tidak hanya disulap menjadi suatu areal lahan bagi warga kota, melainkan juga sebagai lokasi wisata lingkungan dan lokasi rekreasi keluarga. Pengembangan kawasan teluk Jakarta juga dapat mengacu pada penerapan landfill seperti di Semakau Island dengan mengedepankan eco city sebagai trademark dari pembangunan kota. Selain itu proyek pengembangan kawasan Pantura tidak terlepas dari icon zero-waste city, green infrastructure, green design hingga green building. Reklamasi Pantura merupakan mega proyek yang akan dilaksanakan di atas lahan 5100 Ha dengan pembagian 3 sub-kawasan, yaitu :
a.       Sub-Kawasan Barat sebagai kawasan permukiman dengan intensitas sedang, kegiatan rekreasi/wisata dan kegiatan komersial secara terbatas
b.      Sub-Kawasan Tengah sebagai pusat perdagangan/jasa skala internasional, pusat rekreasi/wisata dan permukiman dengan intensitas tinggi.
c.       Sub-Kawasan Timur sebagai pusat distribusi barang, pelabuhan, industri/pergudangan serta permukiman dengan intensitas rendah sebagai penunjang.
Kawasan reklamasi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan maksimal 750.000 jiwa penduduk yang kebanyakan memiliki mata pencaharian berupa nelayan. Untuk memenuhi syarat sebagai eco-city, setiap pulau reklamasi wajib mengembangkan Ruang Terbuka Hijau seluas minimal 30% dan Ruang Terbuka Biru seluas minimal 5% dan wajib menyediakan kawasan pantai publik. Program pembangunan proyek ini juga akan dibangun dengan sistem dan jaringan utilitas yang dilaksanakan secara bertahap secara mandiri agar tidak membebani kawasan daratan. Satu dari cita-cita utama pengembangan kawasan Pantura adalah sebagai pusat pengelolaan sampah dan limbah yang direncanakan menjadi bagian dari Pulau O yang kelak akan bersinergi dengan fungsi dan kegiatan pendukung lainnya.
Reklamasi kawasan Pantura merupakan salah satu solusi jitu Jakarta yang ditawarkan untuk menghasilkan nilai tambah untuk revitalisasi daratan pantai lama melalui subsidi silang. Kawasan reklamasi kelak akan menghasilkan program –program yang mampu meningkatkan kesejahteraan warga kota seperti penyediaan perumahan untuk masyarakat, perbaikan kawasan kumuh, penyediaan infrastruktur yang memadai serta penyediaan lapangan kerja bagi para penduduk di kawasan Jakarta Utara sehingga tercipta peningkatan taraf hidup penduduk. Cita-cita besar Jakarta untuk melakukan pengembangan kawasan Teluk Jakarta tidak hanya sebatas rancangan desain kota dan tata ruang wilayah saja. Akan tetapi proyek besar ini telah merancang rencana mitigasi bagi kawasan Teluk Jakarta atas gelombang besar atau air pasang yang dapat mengganggu kestabilan dan pelaksanaan pengembangan kawasan Pantura. Pembangunan tanggul pengaman pantai pun telah dilakukan sebagai tindak pencegahan tenggelamnya kawasan reklamasi Pantura. Pembangunan tanggul pengaman pantai kelak dilaksanakan dalam 2 tahap, yang pertama (perlindungan sampai 2020) dimana tanggul on land dibangun sepanjang garis pantai dan merupakan solusi jangka pendek untuk pengamanan pantai. Sedangkan pada tahap 2 (perlindungan setelah 2020) akan dibangun tanggul offshore dengan menutup seluruh jalur sungai utama dan tanggul akan dijadikan konstruksi tanggul multi guna di Teluk Jakarta. Pembangunan tanggul (Giant Sea Wall) akan disandingkan dengan pembangunan Waterfront City sebagai kota terintegrasi berwawasan lingkungan yang berkelas internasional dengan sebelumnya diawali dengan penataan polder, normalisasi sungai, penanganan genangan, resevoir dan situ serta revitalisasi besar-besaran daerah kumuh dan sistem sanitasi kota.
Sekelumit rencana pembangunan Teluk Jakarta dan kawasan Pantura merupakan hal terpenting yang dapat diterapkan Jakarta dalam membangun sebuah delta city yang kelak lebih dikenal sebagai ibukota negara yang terawak apik dan asri. Solusi pengembangan kawasan Teluk Jakarta dan Pantura merupakan pemecahan terbaik untuk permasalahan lingkungan, wilayah kumuh, pencemaran teluk dan penuhnya landfill yang terletak di kawasan Jakarta. Pembentukan sea landfill di Pulau O hingga merambat ke kawasan-kawasan sekitarnya diharapkan mampu memberikan banyak keuntungan seperti yang diperoleh Singapore dengan Semakau Landfill nya atau Jepang dengan Tokyo Bay-nya. Jakarta yang memiliki sumber daya (baik berupa alam maupun manusia) yang cukup besar sebaiknya memiliki kemampuan yang lebih dalam mengelola kesempatan ini agar nantinya tercipta suatu keberlanjutan dan pemanfaatan yang terkendali terkait alam. Giant Seawall yang akan dibangun di kawasan Teluk Jakarta juga menjawab langsung permasalahan kenaikan muka air laut dan isu tenggelamnya kota Jakarta di tahun 2050 kelak. Sistem yang terintegrasi diharapkan menjadi jawaban dalam pengoperasian Giant Seawall dan tat kelola air di Jakarta.

Sumber : Bahan Paparan Seminar Internasional tentang Pengembangan Kawasan Teluk Jakarta
diselenggarakan oleh IWI (Indonesia Water Institute) di Ballroom Flores Hotel Borobudur

Wednesday, August 21, 2013

My Research Part 1

This paper insyaallah will present at Unsyiah International Conference in Aceh, next October, 2nd-4th
This is the abstract of the paper. For more information, you can email me... :)



Analysis of Commercial Approach to Non-Organic Domestic Waste Management at Settlement Besides Kampar River
Case Study
: Birandang Island Village and Alai Village in Kampar District (Riau)

1Yelna Yuristiary, 1Rahman Raeyani Kalele, and 1Yusuf Abdurachman Sungkar

1Department of Civil Engineering, Indonesia University, Kampus Baru UI Depok 16424, Indonesia.

Abstract

The area of ​​coverage of waste management services in some areas sometimes only focus on specific areas such as the capital province, district or city. Some areas of the region (district) still do not get special attention for waste management facilities services from local City Sanitation Department. In this study we raised two villages located on the banks of the Kampar River and examined the management of non-organic domestic waste in this area. We choose Birandang Island Village and Alai Village because of the habit this people to throw garbage like non-organic waste (such as paper, plastics, etc) to the Kampar river. This act is very dangerous for the sustainability of water security and can cause silting rivers.
The aims of this research to analyze the influence of commercial approach as a solution to solve waste problem in both villages. Commercial approach is the method applied by giving incentives to people who are sort the non-organic waste according to its kind. Data for this study were collected from observation using 80 questionnaires to 80 respondents from both villages, the Birandang Island village and Alai village. Results of the analysis is also reinforced by opinión from the leaders of them (people) who are likely to reflect the wishes of the people too. The results from this study is the commercial approach (take and give system) which applied in this villages could increase people's enthusiasm in managing domestic waste by sorting waste before it is collected.

Key words: Non-Organic Waste, Commercial Approach, Waste Sorting, Incentives