Kini sudah banyak camar yang datang
Mengendus bau semerbak warna-warni
Menggenggam setiap asa dan karsa
Ketika camar masih tegak di sini
Kepingan jiwa tengah terpecah
Terburai bersama dendam dan logika
Mengambang terbang melayang
Melanglang buana senatero negeri
Ketika itu Sanjani hanya diam
Terkunci rapat di balik bilik bambu
Sepertinya ingin ia suarakan satu kata
Lemah lembut angin
Membisikkan kerinduan yang terkubur
Bersama angin sore yang mendesing
Kukayuh lagi sepeda tua yang kumiliki
Masih bersama camar yang membatu
Menjejakkan kaki di tanah yang usang
Hingga aku lelah,
akan kukayuh sepeda tua sampai Sanjani bicara
Kubang, 16 November 2009
Oleh : Yelna Yuristiary
Saturday, January 02, 2010
SI SANJANI 71
Labels:
SASTRA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment