Halo para pembaca blog yang budiman...
Kali ini saya akan menuliskan beberapa opini terkait dengan perkembangan bangsa Indonesia dari kacamata saya sendiri sebagai seorang wanita yang sudah hidup selama 30 tahun. Jadi, sebelum saya memberikan opini saya sendiri, sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa saya berasal dari sebuah desa di Kabupaten Kampar, Riau. Masa kecil saya dihabiskan di Medan dan di Kampar. Sejak SMA saya sudah tidak tinggal bersama orang tua saya lagi karena saya memilih untuk bersekolah di sebuah boarding school di Pekanbaru. Setelah itu saya kuliah S1 dan S2 selama 5 tahun di Universitas Indonesia dan pindah ke Batam untuk bekerja selama kurang lebih 5 tahun.
Di tahun 2020 akhir, saya melanjutkan bekerja di sebuah mega proyek di Madagascar hingga saat ini. Sebelum ke Madagascar, saya pernah mengunjungi beberapa negara di Eropa dan beberapa negara di Southeast Asia. Kebanyakan dari kunjungan itu lebih ke arah travelling.
Dari beberapa negara yang saya kunjungi, jujur saya merasa tempat terbaik itu ada di Bali. Meskipun Eropa terlihat lebih wow atau lebih modern, kehidupan di Bali lebih nyaman dan aman. Di negara-negara Eropa seperti Italia dan Perancis, saya sangat ingat di negara tersebut sangat banyak pencopet. Banyak dari pencopet-pencopet tersebut yang memakai baju rapi dan tampilan mereka juga terlihat seperti orang baik-baik saja.
Saya bandingkan dengan ketika saya di Bali, saya menggunakan tas punggung di tengah kerumunan orang dan saya tidak kehilangan apapun. Selain itu, biaya hidup di Bali yang cenderung lebih affordable menunjang bahwa kota ini menurut saya adalah kota terbaik di mata saya.
Saya juga pernah membandingkan Bali dengan Singapore. Di Singapore, semua hal serba ada. Makanan dari segala penjuru dunia pun ada. Hanya saja, harganya yang sangat mahal, membuat saya terkadang heran dengan negara ini. Jika seandainya anda tinggal di Singapore dan membeli rumah, mungkin seluruh hidup anda hanya dihabiskan dengan membayar cicilan rumah di Singapore (tentu saja ini dengan asumsi gaji standar Singapura).
Singapura itu terlalu mahal untuk kehidupan di masa tua.
Dari sisi pekerjaan, saya juga ingin mencoba membandingkan kualitas pekerjaan orang Indonesia dengan beberapa orang dari negara lain.
Menurut saya, sumber daya Indonesia (kualitas orangnya) itu tergolong bagus dibandingkan beberapa negara. Hal ini dapat terlihat dari kualitas brand-brand seperti Nike yang punya pabrik di Indonesia, kualitas-nya cenderung menjadi nomor 1. Begitu juga di bagian Engineering. Insinyur-insinyur Indonesia itu sungguh sangat bagus menurut saja, hanya saja kita terkadang kalah di 'speak'. Jadi orang Indonesia tidak terlalu suka berdebat, apalagi berdebat kusir dengan orang yang lebih tidak tahu dibanding dia.
Saya ingat dulu sewaktu 2013 pernah bekerja di salah satu lembaga pengaduan online di Indonesia (namanya UKP-P4). Jadi di lembaga ini, sistem kerja kita sudah berbasis online. Begitu juga dengan pembagian tugasnya saat itu kita menggunakan asana.com sebagai Project management platform-nya.
Nah, saya bandingkan dengan beberapa pengalaman saya bekerja di tempat lain, bahkan di negara maju sekalipun, beberapa dari mereka sangat awam dengan pekerjaan berbasis online dan live update. Padahal kalau dari sisi teknologi mereka cenderung lebih duluan dibandingkan kita. Hal ini juga dapat dilihat dari sistem pembayaran di Indonesia. Kalau kalian notice, di negara kita saat ini sistem pembayaran sudah dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa aplikasi online payment. Jadi kita tidak perlu membawa uang cash kemana-mana.
Hal ini sangat berbeda ketika saya ke Eropa yang mana mereka cenderung masih menggunakan uang fisik dan juga dari sistem pelayanan di restaurant yang cenderung lebih lama dibandingkan Indonesia.
Melihat hal ini, saya jujur dapat melihat masa depan yang cerah di Indonesia. Kita sebagai generasi muda dan tua, ayo jangan sampai lengah dan harus membuka diri untuk terus belajar tanpa melupakan asal muasal kita.
Seperti saya, saat ini saya masih bisa berbicara dengan Bahasa Ocu (yang merupakan bahasa tradisional masyarakat Kampar), tetapi saya tidak menutup diri dari bahasa lain seperti Bahasa Inggris, Perancis, Jepang, Turki, Arab dan Jerman. Karena menurut saya dengan memahami beberapa bahasa, kita dapat mengetahui beberapa hal yang sengaja di sembunyikan dari kita. Jadi, memahami bahasa itu sangat penting, khususnya di era globalisasi seperti saat ini.
Toamasina - Madagascar
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3073336426662635"
crossorigin="anonymous"></script>