Ketika melihat keadaan sekitar, terkadang ada terbesit di benak kita pengandaian-pengandaian atas keadaan.
Seandainya saya begini, seandainya saya begitu, seandainya saya adalah seorang... Seandainya saya berasal dari.... Tentunya masih banyak lagi pengandaian-pengandaian yang terkadang terlintas di benak kita.
Tidak terhitung.
Namun, untuk selalu bersyukur, adakalanya pengandaian-pengandaian tersebut perlu kita hapuskan untuk sementara.
Mulailah berdiri di kaki sendiri, melihat diri secara lebih dalam dan bersyukurlah.
Ketahuilah bahwa kita semua adalah sosok yang spesial dan berharga.
Setidaknya bagi orang tua kita sendiri.
Di dunia ini, tidak ada hal yang sia-sia yang diciptakan-Nya.
Meskipun itu nyamuk sekalipun. Pasti ada gunanya.
Jika engkau bukan seorang pembesar di negeri ini, berbesar hatilah karena hakikatnya tanpamu tidak akan ada pembesar-pembesar itu. Bayangkan saja jika semua orang sama rata. Betapa membosankannya hidup ini.
Jika engkau bukan seorang yang kaya raya, bersyukurlah karena belum tentu kekayaan yang dimiliki orang lain bermanfaat dan membawa kebahagiaan hakiki bagi diri mereka. Ya... Tentunya kehidupan mengharuskan kita untuk memiliki harta, namun terkadang harta menjadikan seseorang menjadi kurang bersyukur, menggampangkan suatu materi maupun urusan.
Jika engkau bukan seorang yang cendekia, maka bersabarlah. Terkadang pemahaman-pemahaman baik tidak hanya berasal dari jenjang pendidikan tinggi yang engkau dapatkan. Jenjang pendidikan yang tinggi tidak serta merta menjadikanmu seseorang yang dijamin berhasil mendidik orang-orang yang engkau sayangi (anakmu - jika kamu sudah memiliki anak). Sesungguhnya keberhasilan yang engkau miliki saat ini adalah keberhasilan dari orang tuamu. Maka belum tentu seseorang yang tidak pernah mengecap jenjang pendidikan sarjana dikatakan tidak cendekia jika pencapaian hidup yang ia peroleh sama dengan pencapaian hidup yang diperoleh oleh seorang Professor.
Pencapaian hidup di sini bukan hanya berarti pada limpahan harta maupun jabatan tinggi yang diperoleh.
Sejatinya, keberhasilan hakiki dari orang tua adalah anak-anaknya. Maka, pencapaian hidup yang sangat berarti menurut pemahaman saya adalah seberapa cemerlang seorang Ibu/Ayah dalam membimbing anak-anaknya menuju keberhasilan.
Maka, dalam tulisan jelang malam saya saat ini, saya hendak berpesan untuk "Janganlah kita berkecil hati tentang siapa, apa dan darimana kita berasal". Sesungguhnya kehidupan ini masih teramat panjang untuk membuktikan keberhasilan.
Tidaklah benar untuk kita berkecil hati karena kita semua sangat berharga.
Jika kita sudah menua, tentunya pilihan pencapaian kita hanya tersisa dalam hal membimbing anak-anak kita.
Namun, jika kita masih muda, tentunya ada satu pilihan kesuksesan diri yang wajib kita insyafi.
Pilihan hidup ada pada kita. Inginkah kita berharga bagi sesama, bagi bangsa dan negara?
Tulisan ini sejatinya didedikasikan kepada para orang tua yang telah sukses mendidik anak-anaknya untuk menjadi cemerlang seperti bintang dan untuk anak-anak yang bersedia menaikkan derajat orang tuanya beribu-ribu kali lipat atas keberhasilan yang diperolehnya.
Tapi, secara spesial tulisan ini saya dedikasikan untuk Mama Yusni dan Papa Asri yang sudah membimbing, menyayangi dan memberikan segalanya sejak saya masih berada di negeri antah berantah. :)
Seandainya saya begini, seandainya saya begitu, seandainya saya adalah seorang... Seandainya saya berasal dari.... Tentunya masih banyak lagi pengandaian-pengandaian yang terkadang terlintas di benak kita.
Tidak terhitung.
Namun, untuk selalu bersyukur, adakalanya pengandaian-pengandaian tersebut perlu kita hapuskan untuk sementara.
Mulailah berdiri di kaki sendiri, melihat diri secara lebih dalam dan bersyukurlah.
Ketahuilah bahwa kita semua adalah sosok yang spesial dan berharga.
Setidaknya bagi orang tua kita sendiri.
Di dunia ini, tidak ada hal yang sia-sia yang diciptakan-Nya.
Meskipun itu nyamuk sekalipun. Pasti ada gunanya.
Jika engkau bukan seorang pembesar di negeri ini, berbesar hatilah karena hakikatnya tanpamu tidak akan ada pembesar-pembesar itu. Bayangkan saja jika semua orang sama rata. Betapa membosankannya hidup ini.
Jika engkau bukan seorang yang kaya raya, bersyukurlah karena belum tentu kekayaan yang dimiliki orang lain bermanfaat dan membawa kebahagiaan hakiki bagi diri mereka. Ya... Tentunya kehidupan mengharuskan kita untuk memiliki harta, namun terkadang harta menjadikan seseorang menjadi kurang bersyukur, menggampangkan suatu materi maupun urusan.
Jika engkau bukan seorang yang cendekia, maka bersabarlah. Terkadang pemahaman-pemahaman baik tidak hanya berasal dari jenjang pendidikan tinggi yang engkau dapatkan. Jenjang pendidikan yang tinggi tidak serta merta menjadikanmu seseorang yang dijamin berhasil mendidik orang-orang yang engkau sayangi (anakmu - jika kamu sudah memiliki anak). Sesungguhnya keberhasilan yang engkau miliki saat ini adalah keberhasilan dari orang tuamu. Maka belum tentu seseorang yang tidak pernah mengecap jenjang pendidikan sarjana dikatakan tidak cendekia jika pencapaian hidup yang ia peroleh sama dengan pencapaian hidup yang diperoleh oleh seorang Professor.
Pencapaian hidup di sini bukan hanya berarti pada limpahan harta maupun jabatan tinggi yang diperoleh.
Sejatinya, keberhasilan hakiki dari orang tua adalah anak-anaknya. Maka, pencapaian hidup yang sangat berarti menurut pemahaman saya adalah seberapa cemerlang seorang Ibu/Ayah dalam membimbing anak-anaknya menuju keberhasilan.
Maka, dalam tulisan jelang malam saya saat ini, saya hendak berpesan untuk "Janganlah kita berkecil hati tentang siapa, apa dan darimana kita berasal". Sesungguhnya kehidupan ini masih teramat panjang untuk membuktikan keberhasilan.
Tidaklah benar untuk kita berkecil hati karena kita semua sangat berharga.
Jika kita sudah menua, tentunya pilihan pencapaian kita hanya tersisa dalam hal membimbing anak-anak kita.
Namun, jika kita masih muda, tentunya ada satu pilihan kesuksesan diri yang wajib kita insyafi.
Pilihan hidup ada pada kita. Inginkah kita berharga bagi sesama, bagi bangsa dan negara?
Tulisan ini sejatinya didedikasikan kepada para orang tua yang telah sukses mendidik anak-anaknya untuk menjadi cemerlang seperti bintang dan untuk anak-anak yang bersedia menaikkan derajat orang tuanya beribu-ribu kali lipat atas keberhasilan yang diperolehnya.
Tapi, secara spesial tulisan ini saya dedikasikan untuk Mama Yusni dan Papa Asri yang sudah membimbing, menyayangi dan memberikan segalanya sejak saya masih berada di negeri antah berantah. :)