Dunia konstruksi
memiliki keunikan karena setiap proyek memiliki karakter yang berbeda dalam hal
penyelesaian dan pengerjaannya. Dunia konstruksi juga memiliki risiko yang
berbeda antara satu dan yang lainnya. Risiko adalah hal yang tidak akan pernah
dapat dihindari pada suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan manusia,
termasuk aktivitas proyek pembangunan dan proyek konstruksi. Risiko dalam
proyek konstruksi cukup besar karena besarnya ketidakpastian di dalam proyek (uncertainty). Dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dibutuhkan manajemen risiko yang merupakan
suatu tatanan sistem yang akan mengidentifikasi, menganalisa dan memetakan
kebijakan langsung dari penanganan risiko yang muncul. Manajemen risiko bukan
merupakan black box yang tidak
diketahui alurnya. Sistem manajemen risiko bersifat praktis, realistis dan
efektif dalam hal penggunaan biaya. Manajemen risiko lebih ke arah sense (rasa), analisa, ketetapan,
intuisi, pengalaman dan keinginan dari pembuat kebijakan. Manajemen risiko
adalah ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan di masa mendatang yang dapat
menimbulkan suatu dampak.
Tahapan membangun sebuah kerangka manajemen
risiko adalah :
1.
Identifikasi risiko
2.
Klasifikasi risiko
3.
Analisis risiko
4.
Alur risiko
5.
Respon risiko
IDENTIFIKASI
RISIKO
Identifikasi risiko berasal dari
peristiwa serupa yang sebelumnya terjadi. Biasanya peristiwa ini sudah dipilih
dari sejumlah sumber yang mungkin. Sumber dari risiko dan dampaknya ada yang
dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol.
Ada 4 jenis kontrol yang ada pada suatu
risiko adalah :
§ Kita
sebagai pengontrol faktor
§ Kontrol
terletak pada pihak lain yang berkaitan dengan proyek
§ Risiko
dapat terjadi akibat adanya keterlibatan fungsi pemerintah dalam menetapkan
suatu keputusan
§ Risiko
dapat terjadi akibat adanya faktor luar (cuaca)
Sumber risiko terkontrol merupakan jenis
sumber risiko yang kejadiannya dapat dikendalikan oleh pelaksana dari suatu
kegiatan. Beda halnya dengan sumber risiko tidak terkontrol, keadaannya tidak
dapat dikendalikan oleh pembuat keputusan. Sumber risiko yang tidak dapat
dikontrol contohnya adalah bencana alam, pajak, politik, cuaca dan keadaaan
sosial yang berubah. Perbedaan sumber risiko akan memengaruhi respon dari
risiko itu sendiri. Selain sumber risiko yang dapat dikontrol dan tidak dapat
dikontrol juga terdapat jenis sumber risiko yang bebas (tidak memengaruhi hal
yang lain) dan yang saling terikat. Sumber risiko terikat memiliki arti bahwa
suatu keadaan yang mengandung risiko dapat memengaruhi suatu keadaan lainnya.
Contohnya seperti pemilihan jenis lantai pada suatu rumah akan memengaruhi
disain dan arsitektur dari bangunan tersebut. Jenis sumber risiko dalam jenis
ini terbagi menjadi :
a.
Sumber risiko yang tidak terikat karena variabelnya
yang khusus;
b.
Sumber risiko yang terikat total; dan
c.
Sumber risiko yang terikat sebagian.
KLASIFIKASI
RISIKO
Risiko terbagi ke dalam tiga klasifikasi
besar yaitu :
1.
Menurut konsekuensinya
a) Frekuensi
Konsekuensi risiko dapat
dipengaruhi oleh frekuensinya. Semakin sering frekuensi dari kemungkinan
terjadinya suatu peristiwa yang berdampak buruk akan meningkatkan risiko.
b) Dampak
Risiko juga dipengaruhi dampak yang
ditimbulkannya. Semakin besar dampak, semakin besar konsekuensinya.
c) Prediksi
Pembagian jenis risiko berdasarkan
konsekuensi juga bergantung pada prediksi dari suatu peristiwa dan prediksi
risiko yang mungkin terjadi.
2.
Menurut tipe-nya
a) Pure
Risk (Spesific Risk) – no potential gain
Risiko yang tidak disengaja, yang
jika terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contohnya adalah
risiko kebakaran, perampokan, pencurian dan sebagainya.
b) Speculative
Risk (Market Risk) – possibility of loss or gain
Risiko yang memang sengaja
diadakan, agar di lain pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan.
Contohnya risiko yang disebabkan dalam hutang piutang, membangun proyek,
perjudian, menjual produk, dan sebagainya.
3.
Menurut objek yang terkena dampak dari
risiko
a) Perusahaan
b) Lingkungan
c) Pasar/Industri
d) Proyek/Individu
Hirarki dari Risiko itu sendiri,
Maksud dari hirarki ini adalah komponen
yang memiliki kapasitas besar dalam memengaruhi risiko yang diterima dari suatu
kegiatan adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan akan memengaruhi sosial,
ekonomi dan politik suatu wilayah. Setelah lingkungan, pasar dan industri juga
memengaruhi risiko yang akan diterima dari suatu kegiatan. Biasanya pasar dan
industri akan memengaruhi daya beli, pajak dan beberapa kebijakan yang
berhubungan dengan keadaa lainnya. Setelah itu perusahaan memegang peranan
penting dalam memengaruhi risiko yang nantinya akan diterima oleh proyek atau
individu.
KONSEKUENSI
RISIKO
Perbedaan keadaan dapat
memengaruhi konsekuensi dari risiko suatu kegiatan. Seorang profesional
biasanya akan memetakan konsekuensi risiko ke dalam suatu tabel likelihood. Konsekuensi sendiri
dipengaruhi oleh :
a.
Kemungkinan maksimal dari kerugian
b.
Keseringan dari kerugian yang
ditimbulkan
c.
Biaya service dan biaya insurance yang
dikeluarkan
d.
Biaya jaminan ketika suatu peristiwa
sedang berjalan
e.
Prediksi jalannya kegiatan tersebut
ANALISIS
RESIKO
Analisis risiko
merupakan hal yang penting dilakukan untuk menentukan kebijakan pada suatu
pekerjaan agar terhindar dari risiko yang merugikan. Analisis risiko berfungsi
untuk memberikan pandangan terkait apa yang akan terjadi jika suatu proyek
tidak berjalan sesuai rencana. Dalam dunia konstruksi, analisis risiko biasanya
dilakukan dengan memerhatikan biaya dan durasi dari sebuah proyek.
RESPON
DARI RISIKO
Biasanya risiko yang
terjadi akan mendapatkan respon dari pihak-pihak yang bertanggung jawab
terhadap jalannya proyek tersebut. Respon dari risiko terbagi ke dalam 4 macam
yaitu :
1) Risk Retention
Retensi
risiko merupakan respon dari risiko sebelum peristiwa yang memiliki risiko itu
terlaksana. Retensi risiko merupakan langkah pencegahan untuk meminimalisir
risiko yang dapat terjadi.
Retensi risiko
telah menjadi aspek penting dari manajemen risiko ketika perusahaan menghadapi
risiko proyek. Retensi risiko adalah perkiraan secara internal, baik secara
utuh maupun sebagian, dari dampak finansial suatu risiko yang akan dialami oleh
perusahaan. Dalam mengadopsi strategi retensi risiko ini, perlu dibedakan
antara 2 jenis retensi yang berbeda.
1. Retensi risiko yang terencana
(planned) adalah asumsi yang secara sadar dan sengaja dilakukan
oleh kontraktor untuk mengenali atau mengidentifikasi risiko. Dengan strategi
seperti itu, risiko dapat ditahan dengan berbagai cara, tergantung pada
filosofi, kebutuhan khusus, dan juga kapabilitas finansial dari kontraktor itu
sendiri.
2. Retensi risiko yang tidak
terencana (unplanned) terjadi ketika kontraktor tidak mengenali atau
mengidentifikasi kberadaan dari suatu risiko dan secara tidak sadar mengasumsi
kerugian yang akan muncul.
2) Risk Reduction
Risiko
dapat direduksi dengan mengurangi faktor-faktor pembawa kemungkinan dari
peristiwa yang berisiko. Adapun kategori dasar untuk mereduksi risiko adalah
melakukan pelatihan terhadap staff yang bekerja pada suatu proyek, adanya tim
inspeksi yang berfungsi mengecek kemungkinan kecelakaan yang terjadi, adanya
sistem yang dirancang secara terintegrasi dan proteksi fisik terhadap barang
dan manusia.
3) Risk Transfer
Kegiatan
transfer risiko sering dilaksanakan dalam suatu proyek yang cukup besar.
Transfer risiko merupakan kegiatan dimana kita mulai melibatkan pihak ketiga
untuk menanggung risiko dari suatu proyek yang kita laksanakan jika
pelaksanaannya tidak sesuai rencana. Biasanya dalam proyek konstruksi transfer
risiko dilakukan dengan mengasuransikan proyek tersebut.
4) Risk Avoidance
Pada respon ini
kita mencoba menghindar dari risiko yang ada. Kita akan mengurangi hal-hal yang
dapat menimbulkan risiko pada suatu proyek. Jenis respon ini merupakan jenis
respon risiko yang preventif (pencegahan).
RISK
ATTITUDE
Risk attitude merupakan
suatu hal yang menggambarkan alur dari risiko itu sendiri dan keputusan apa
yang akan diambil. Alur dari risiko perlu dipelajari untuk meminimalisir risiko
yang timbul akibat suatu kejadian yang saling terkait. Seperti jenis sumber
dari risiko, dengan mengetahui alur risiko kita mampu mereduksi risiko yang
timbul akibat adanya peristiwa yang menimbulkan risiko sekunder (memahami
bagaimana cara memperilakukan sebuah risiko yang ada).
--- oOo ---