Collaborative Innovation of FukuBio Methods
and Leachate Utilitation on Landfill Liquid Waste Management to Increase Biogas
Production and Methane Concentration
Ade
Permata Suryaa, Ema Fiki Munayab , Yelna Yuristiaryc
Continuity of producing waste in society is one
of the global issues that is worrying. Some of waste’s pill in landfill (TPA)
is almost reached its culmination, in fact there are already overloaded. The
increasing of that waste is also affects
the production of leachate (liquid waste dissolving soluble material waste).
Leachate which is a type of liquid waste is one of the causes of damage to
water bodies or groundwater of an area around the landfill. In general,
treatment of leachate from the rubbish heap neutralization was limited only to
eventually discharge into water bodies. In general, treatment of leachate from
the waste’s pill is only the neutralization of that leachate to eventually discharge
into the water bodies. Leachate which is initially not compatible with water
quality standars is sterilized so can be
dumped and it doesn’t pollute the environment.
This paper presents a methode of leachate management and it’s utilitation so
that leachate can provide a big impact than
sterilization and reuse the leachate only. Mergering between Fukuoka
method (one kind methods of waste management semi-aerobic) and utilization of
leachate to increase the production of biogas and methane concentrations
are effective collaboration in liquid
waste management problems that exist in the landfill. Quality standards and
systems of work in FukuBio methods (Fukuoka-Biogas) is also expected conform to the existing standards. Later,
this method can be used as an alternative FukuBio for enterprise developers
Biogas and waste management so that the liquid waste has a negative impact on
the environment can be resolved. Applicating of the FukuBio method is also
fundamental to the implementation of this method because wide area is needed as
biogas production localization and localization of the waste. By the utilization of leachate FukuBio
method, pollution of water bodies due to liquid waste (by type leachate) can be
solved in the area of the landfill.
Keywords: leachate, fukuBio methode, biogas, Fukuoka
methode
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses
pengelolaan sampah menjadi hal yang sangat fundamental
dalam penanganan kesehatan lingkungan saat ini. Berbagai metode yang diterapkan
masih memiliki beberapa masalah yang terkait dengan efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat yang sangat penting
dalam tahap pengelolaan sampah. Berdasarkan data SLHI tahun 2007 tentang
kondisi TPA di Indonesia, sebagian besar merupakan tempat penimbunan sampah
terbuka (open dumping) sehingga
menimbulkan masalah pencemaran pada lingkungan. Hal ini terbukti dari data
bahwa 90% TPA dioperasikan dengan open
dumping dan hanya 9% yang dioperasikan dengan controlled landfill dan sanitary
landfill (Anonim, 2011). Selain
itu berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral
Cipta Karya dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2009-2014,
pada tahun 2010 dari 378 buah TPA di Indonesia dengan luas keseluruhan 1.886,99
ha, sebanyak 80,6 % masih menggunakan metode open dumping, 15,5 % menggunakan metode controlled landfill dan hanya 2,8 yang menerapkan metode sanitary landfill.
(Titien, tanpa tahun)
Berdasarkan data
di atas terlihat bahwa sistem operasi sebagian besar TPA yang ada di Indonesia
cukup memprihatinkan karena ternyata sistem open
dumping ini memiliki banyak kerugian yaitu membuat masyarakat sekitar lebih
rentan terkena penyakit dan mendatangkan banyak masalah lingkungan seperti pertumbuhan vektor
penyakit, pencemaran udara, asap pembakaran, pencemaran lindi, kebisingan,
pandangan dan bau tak sedap, serta dampak sosial. Oleh sebab itu, Kementerian
Pekerjaan Umum (PU) mengeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa mulai tahun
2013 TPA dilarang menggunakan sistem open
dumping (Kementerian PU, 2012, Damanhuri dan Tri Padmi, 2010).
Oleh sebab itu
dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi dalam sistem TPA yang ada saat ini.
Awalnya sistem sanitary landfill dan controlled landfill telah dilakukan di
beberapa TPA besar yang ada di Indonesia seperti di Bantar Gebang. Namun,
efisiensi dari proses pengolahan limbah ini dapat ditingkatkan agar tercapainya
efektifitas dari limbah itu sendiri. Sebagai solusi, gagasan yang ditawarkan disini adalah penggabungan antara
metode fukuoka dan bioreactor landfill dengan sistem semi aerobik yang memanfaatkan air lindi untuk meningkatkan produksi biogas dan
selanjutnya disebut sebagai metode fukubio.
Metode Fukubio ini mejadi suatu alternatif baru dalam proses pengelolaan
limbah, gas metana dan air lindi yang diciptakan.
Sistem
Pengelolaan Sampah di Indonesia
Sampah
pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang dibuang karena sudah tidak
digunakan lagi oleh pemiliknya. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2005 , sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan
atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan.
Sedangkan dalam Undang-Undang No.18 tahun 2005 tentang Pengelolaan Sampah
dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
dari proses alam yang berbentuk padat. Walaupun telah dibuang, sampah dapat
mendatangkan manfaat apabila dikelola secara benar. Pengelolaan Sampah adalah
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah (Kementrian Lingkungan Hidup, 2007).
Indonesia sampai saat ini masih mempunyai masalah
dalam pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Berdasarkan data
SLHI tahun 2007 dalam Pemrosesan Akhir Sampah (http://www.sanitasi.or.id.pdf)
tentang kondisi TPA di Indonesia, sebagian besar TPA di Indonesia merupakan
tempat penimbunan sampah terbuka (open
dumping) sehingga menimbulkan masalah pencemaran pada lingkungan. Data
menyatakan bahwa 90% TPA dioperasikan dengan
open dumping dan hanya 9% yang
dioperasikan dengan sistem landfill .
Metode
Open Dumping dan Landfill di Indonesia
Open
dumping (penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill (pembuangan secara
sehat) adalah dua metode pengelolaan sampah yang sering digunakan selama ini.
Pada sistem open dumping, sampah
ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara
sanitary landfill, sampah ditimbun
secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup.
Dalam Draf Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Sampah oleh
Japan International Cooperation Agency (JICA) disebutkan bahwa proses sanitary landfill adalah pembuangan
sampah yang didesain, dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan cara
menggunakan pengendalian teknis terhadap potensi dampak lingkungan yang timbul
dari pengembangan dan operasional fasilitas pengelolaan sampah (JICA 2005).
Metode sanitary landfill ini
merupakan salah satu metoda pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi
yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuanagan Akhir), kemudian sampah
dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya di tutup dengan tanah, sehingga Cara
ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi
sistem saluran lindi yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah atau ke
lingkungan. Pada metode sanitary landfill
tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas
penguraian sampah.
Banyaknya TPA di
Indonesia yang menggunakan sistem Open
dumping menyebabkan beberapa
masalah, diantaranya adalah:
1. Pertumbuhan
vektor penyakit: Sampah merupakan sarang yang sesuai bagi berbagai vektor
penyakit. Berbagai jenis rodentisida dan insektisida seperti, tikus, lalat,
kecoa, nyamuk, sering dijumpai di lokasi ini.
2. Pencemaran
udara: Gas metana (CH4)
yang dihasilkan dari tumpukan sampah ini, jika konsentrasinya mencapai 5–15 %
di udara, maka metana dapat mengakibatkan ledakan.
3. Pandangan
tak sedap dan bau tak sedap: Meningkatnya jumlah timbulan sampah, selain sangat
mengganggu estetika, tumpukan sampah ini menimbulkan bau tak sedap.
4. Asap
pembakaran Apabila dilakukan pembakaran, akan sangat mengganggu terutama dalam
transportasi dan gangguan kesehatan .
5. Pencemaran
lindi: lindi merupakan air hasil dekomposisi sampah, yang dapat meresap dan
mencemari air tanah.
6. Kebisingan:
Gangguan kebisingan ini lebih disebabkan karena adanya kegiatan operasi kendaraan berat dalam TPA (baik angkutan
pengangkut sampah maupun kendaraan yang digunakan meratakan dan atau memadatkan
sampah).
7. Dampak
sosial : Keresahan warga setempat akibat gangguan-gangguan yang disebutkan di
atas.
Banyaknya
permasalahan yang timbul dengan metode pengelolaan Open Dumping ini membuat pemerintah Indonesia mengeluarkan PP Nomor
16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Penyediaan Air Minum yang mensyaratkan bahwa
penanganan sampah yang memadai perlu dilakukan untuk perlindungan air baku air
minum. TPA wajib dilengkapi dengan zona penyangga dan metode pembuangan
akhirnya dilakukan secara sanitary
landfill (kota besar/metropolitan) dan
controlled landfill (kota sedang/kecil). Pemantauan kualitas
hasil pengolahan lindi secara berkala
juga perlu dilakukan. Selain itu terdapat Regulasi UU No. 18 Tahun 2008 yang mengisyaratkan
ketentuan penutupan TPA open dumping menjadi sanitary
landfill dalam waktu 5 (lima) tahun, sehingga diperlukan berbagai upaya
untuk melakukan revitalisasi TPA. Itu
artinya, pada tahun 2013 mendatang semua TPA di Indonesia seharusnya sudah
menggunakan teknologi sanitary landfill dalam
pengelolaan sampahnya.
Pengertian Air
Lindi
Sampah
yang dibuang ke landfill mengalami
beberapa perubahan fisik, kimia dan biologis secara simultan yang diantaranya
menghasilkan cairan yang disebut lindi. Lindi bisa didefinisikan sebagai cairan
yang telah melewati sampah yang telah mengekstrasi material
terlarut/tersuspensi dari sampah tersebut (Tchobanoglous, 1993). Lindi diproduksi ketika cairan melakukan
kontak dengan sampah yang terutama berasal dari buangan domestik, dimana
hal tersebut tidak dapat dihindari pada
lahan pembuangan akhir. Lindi dihasilkan
dari infiltrasi air hujan ke dalam tumpukan sampah di TPA dan dari cairan yang
terdapat di dalam sampah itu sendiri. Apabila tidak terkontrol, landfill yang dipenuhi air lindi dapat
mencemari air bawah tanah dan air permukaan (http://www.sanitasi.or.id.pdf).
Walaupun sanitary landfill lebih baik
daripada open dumping akan tetapi
pencemaran air tanah karena lindi masih dapat terjadi. Lindi dalam sanitary landfill dialirkan dengan pipa
untuk ditampung dalam bak penampungan. Lindi yang tertampung dalam bak
penampungan dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah.
Pada
umumnya karakteristik air lindi (leachate)
adalah cairan berwarna coklat, mempunyai kandungan organik (BOD,COD) tinggi,
kandungan logam berat biasanya juga tinggi dan
berbau septik. Komposisi zat kimia dari air lindi berubah-ubah
tergantung pada beberapa hal antara lain adalah karakteristik dan komposisi
sampah, jenis tanah penutup landfill, musim, pH dan kelembaban umur timbunan (usia
landfill) (http://www.sanitasi.or.id.pdf).
Kandungan bahan organik dan bahan kimia pada lindi cukup
tinggi. Jika tidak dilakukan pengolahan dengan baik akan menjadi sumber
pencemar bagi badan air penerima, air tanah maupun topsoil tanah sebagai tempat tumbuhan mendapatkan nutrisi (Pfeffer,
1992). Keberadaan air lindi tanpa pengolahan yang baik pada akhirnya akan
menjadi sumber penyakit bagi penduduk sekitarnya. Kandungan logam berat yang
tinggi juga akan sangat berbahaya, yang bisa menyebabkan cacat bahkan kematian.
Oleh karena itu perlu dilakukannya pengelolaan pada air lindi.
Air
Lindi untuk Meningkatkan Produksi Biogas
Air
lindi dapat diolah sebagai bahan untuk meningkatkan produksi biogas. Lindi
mengandung berbagai macam zat organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan biogas. Bahan organik yang ada di dalam air lindi ini akan
diuraikan oleh mikroorganisme. Hasil dari penguraian lindi oleh mikroorganisme
ini adalah metana sebagai produk utama dan nitrogen sebagai hasil sampingan.
Air lindi mengandung metana yang merupakan komponen biogas. Gas metana (CH4)
adalah komponen penting dan utama dari biogas karena merupakan bahan bakar yang
berguna dan memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dan mempunyai sifat tidak
berbau dan tidak berwarna.
Pemanfaatan air lindi
untuk meningkatkan produksi metana dapat dilaksanakan dengan metode fukuoka.
Nama lain dari metode fukuoka adalah metode semi-aerobic
landfill. Metode ini terkenal dengan nama metode fukuoka karena metode ini
pertama kali diterapkan di Fukuoka, jepang. Metode fukuoaka adalah metode
penimbunan sampah secara berlapis. Setiap lapisan dalam timbunan sampah ini
biasanya diberi dua pipa yang berguna untuk menyalurkan air lindi dan gas
metana.
Bioreactor
Landfill
Bioreactor landfill
merupakan operasi untuk merubah atau mendegradasi limbah organik. Operasi bioreactor landfill dapat dimanfaatkan
untuk mendegradasi organik yang ada di dalam air lindi (leachete). Proses degradasi zat organik di dalam air lindi
dilaksanakan dengan mengalirkan kembali air lindi (leachete) ke dalam tumpukan sampah. Ketika air lindi telah
dialirkan ke tumpukan sampah, zat organik yang ada akan terdegradasi dan
bereaksi sehingga meningkatkan produksi gas metana. Timbulan gas landfill akan
dihitung berdasarkan berat kering masing-masing komposisi sampah.
Pembahasan
Pengaruh Penggunaan Metode
Landfill dan Open Dumping di Indonesia
Pembuangan akhir sampah merupakan proses
awal dari siklus pengelolaan persampahan formal. Adapun beberapa metode yang
digunakan dalam proses pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA)
yaitu:
- Open
dumping. Metode ini merupakan cara
pembuangan akhir yang sederhana karena sampah hanya ditumpuk menjadi satu
di lokasi tertentu tanpa adanya perlakuan khusus. Penggunaan metode Open dumping ini memberikan banyak
dampak yang besar bagi masyarakat sekitar daerah pengumpulan sampah. Dalam
penggunaan metode ini aspek estetika akan terganggu. Selain itu dengan
adanya metode open dumping akan
ada suatu timbulan sampah dengan jumlah yang relatif besar dan bau yang
menyengat (khususnya jika sampah merupakan bahan organik)
- Controlled
Landfill. Metode ini merupakan
peralihan antara teknik open dumping
dan sanitary landfill. Pada
metode ini sampah ditimbun dan diratakan. Pipa-pipa ditanam pada dasar
lahan untuk mengeluarkan air lindi dan ada juga pipa yang ditanam secara
vertikal untuk mengeluarkan gas metan ke udara. Setelah timbunan sampah
penuh biasanya dilakukan penutupan terhadap hamparan sampah tersebut
dengan cara memadatkan tanah di atasnya. Penggunaan metode ini lebih baik
dibanding dengan metode open dumping.
Hanya saja metode ini melepas gas metan ke udara lepas sehingga nantinya
gas metan yang keluar belum dapat termanfaatkan dengan baik. Selain itu
dalam metode ini air lindi yang keluar biasanya hanya ditampung di suatu
tempat untuk dinetralisasi sebelum dibuang ke badan air.
- Sanitary
Landfill. Metode ini dilakukan dengan
cara penimbunan sampah padat pada suatu hamparan lahan dengan
memperhatikan keamanan lingkungan dengan adanya perlakukan terhadap
sampah. Di dalam teknik ini sampah dihamparkan hingga mencapai ketebalan
tertentu kemudian dipadatkan, dilapisi tanah dan kemudian dipadatkan
kembali. Kegiatan ini dilakukan selang-seling antara tanah dan sampah.
Metode ini merupakan metode yang paling baik digunakan. Hanya saja dalam
aspek ekonomis, metode ini membutuhkan lahan yang luas serta biaya
pengelolaan yang cukup besar. Sedangkan di lain pihak, jumlah timbulan
sampah di Indonesia semakin hari semakin meningkat sehingga metode ini
tidak efisien digunakan.
Penggunaan Metode
Fukuoka di Indonesia
Metode Fukuoka
berasal dari Jepang dan mulai dikenalkan di tahun 1966. Nama Fukuoka berasal
dari pembangunan metode ini yang bekerja sama antara Universitas Fukuoka dan
Kota Fukuoka. Metode Fukuoka merupakan metode pengolahan sampah oleh pemerintah
dengan Universitas Fukuoka dengan menerapkan metode semi-aerobik. Sistem
pengolahan limbah semi-aerobik (metode Fukuoka) dapat digambarkan sebagai
penimbunan sampah secara berlapis. Setiap lapisan biasanya diberi dua pipa yang
berguna untuk menyalurkan air lindi dan gas metana. Pipa pengumpul dalam sistem
ini terdiri atas batu-batuan dan pipa perforasi yang dipasang di bawah lahan
urug (landfill). Tujuan dari pipa
pengumpul ini adalah untuk membuang air lindi secepatnya dari sistem. Air lindi
akan sedapat mungkin dicegah agar tidak ke permukaan kemudian ditampung di bak
penampungan dan kemudian dimurnikan sebelum dibuang atau dimanfaatkan kembali.
Dengan metode Fukuoka, panas yang dihasilkan oleh dekomposisi mikrobiologi
sampah yang menaikkan suhu lahan urug akan dialirkan melalui pipa pengumpul
dengan ventilasi alami. Keadaan ini justru mempercepat dekomposisi sampah.
Keuntungan dari
metode Fukuoka adalah :
- Air
lindi dapat dibuang dengan cepat karena adanya pipa sehingga tekanan air
bawah lapisan sampah dapat berkurang, rembesan air lindi juga berkurang
dan menjaga keanekaragaman hayati di TPA.
- Udara
di sekitar TPA terasa segar serta adanya pemurnian air lindi dalam waktu
yang singkat.
- Emisi
metana (yang memiliki dampak terhadap pemanasan global) berkurang, namun
emisi CO2 meningkat.
- Dengan
metode Fukuoka, kita dapat menerapkan peningkatan pengelolaan pengolahan
limbah padat dengan biaya investasi awal yang rendah.
- Pipa-pipa
pada metode ini dapat memperbesar wilayah aerobik pada tumpukan sampah.
- Proses
stabilisasi TPA tergolong cepat.
Metode Fukuoka
merupakan satu dari teknologi pengolahan limbah yang dapat dimanfaatkan di
banyak tempat di dunia. Tidak seperti tempat pembuangan sampah anaerob yang
mengumpulkan biogas, desain interior TPA dipertahankan dalam keadaan aerob
sebanyak mungkin dengan tujuan stabilisasi yang cepat dan pelestarian
lingkungan. Metode pengelolaan sampah dengan pendekatan metode Fukuoka saat ini
sudah diterapkan di beberapa tempat di Indonesia. Salah satunya di daerah
Nangroe Aceh Darussalam (tepatnya TPA Blang Bintang) yang telah menerapkan
konsep teknologi Sanitary Landfill.
Pemanfaatan Air Lindi
dalam Produksi Biogas
Air lindi merupakan air limbah yang
dihasilkan oleh tumpukan sampah. Lindi (leachate)
adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah dengan membawa materi
terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses dekomposisi materi sampah atau
dapat pula didefinisikan sebagai limbah cair yang timbul akibat masuknya air
eksternal kedalam timbunan sampah melarutkan dan membilas materi terlarut,
termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Zat pencemar
organik dan anorganik yang tinggi biasanya merupakan bagian dari lindi.
Konsentrasi puncak dari COD dan total solid diatas 50.000 mg/L adalah biasa.
Bagaimana pun juga lindi memiliki konsentrasi pencemar yang berbeda beda di
tiap lahan berdasarkan umurnya. Peneliti mengatakan bahwa landfill yang masih
muda memiliki lindi dengan kekuatan tinggi, dilusi dan penggunaan mikroba dapat
menurunkan kekuatan lindi pada landfill yag berumur tua. Lindi yang berasal
dari dekomposisi sampah mengandung bahan pencemar yang dapat menjadi sumber
dari polusi air bila terlepas hingga badan air atau air tanah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Imam Sabari dan Lukman Wibisono, air lindi dapat dimanfaatkan untuk produksi
biogas. Air lindi memaksimalkan produksi biogas dan gas metana yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan air lindi dari TPA Piyungan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi biogas dan konsentrasi gas metana.
Berdasarkan data penelitian diketahui bahwa penambahan air lindi sebanyak 20%
dari total volume substrat dapat meningkatkan produksi biogas hingga 86,64% dan
konsentrasi gas metana sebanyak 28% (Anonim, 2010).
Kolaborasi Metode
Fukuoka dalam Proses Produksi Biogas (FukuBio)
Metode Fukuoka merupakan salah satu
jenis dari metode sanitary landfill semi-aerob karena udara yang masuk ke dalam
tumpukan sampah minim sekali. Dalam sistem pengolahan sampah dengan metode ini,
akan terdapat lapisan sampah. Setiap lapisan biasanya diberi satu pipa yang
berguna menyalurkan air lindi dan satu pipa yang berguna untuk menyalurkan gas
metana. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai kolaborasi metode Fukuoka
dengan peningkatan produksi Biogas.
Metode pengelolaan sampah yang dilakukan
dengan metode Fukuoka memungkinkan air lindi untuk terkumpul di dalam suatu
tempat penampungan sehingga pemanfaatannya sebagai zat yang meningkatkan
produksi biogas dapat diaplikasikan. Biasanya, air lindi yang dihasilkan di
beberapa TPA yang menggunakan sistem sanitary landfill hanya menetralisir air
lindi yang ia hasilkan, kemudian setelah air tersebut telah sesuai dengan
standar baku mutu lingkungan, air tersebut akan dialirkan ke badan air sehingga
biaya dari proses pengolahan ini juga berdampak pada efisiensi pengelolaan
sampah yang dilaksanakan. Air lindi yang merupakan salah satu air limbah
dianggap tidak bermanfaat bagi sebagian orang dan dapat mencemari lingkungan
sebenarnya memiliki manfaat yang sangat baik.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Shad:
“Dan Kami tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah.”
(Shad: 27)
Dalam
hal pemanfaatan air lindi untuk meningkatkan produksi biogas digunakan
bioreactor landfill yang merupakan metode pengembangan dan konvensional
landfill yang bertujuan mempercepat proses degradasi sampah yang tertimbun di
dalam landfill dengan pengumpulan dan pensirkulasian kembali air lindi yang
dihasilkan. Air lindi yang telah disirkulasi secara otomatis akan berkurang
kuantitas kandungan pencemarnya dan dampaknya terhadap potensi gas yang
dihasilkan oleh tumpukan sampah. Karena potensi gas di pengaruhi oleh kandungan
organik yang ada di dalam air lindi, maka proses resirkulasi tersebut sangat
bermanfaat sehingga terjadinya peningkatan produksi gas metan pada TPA. Menurut
penelitian yang dilakukan Ika Bagus dkk, nilai puncak produksi gas metana (CH4)
dengan sirkulasi air lindi terjadi pada sampah segar sebesar 0,292 liter pada
HRT ke-22 dan untuk sampah umur 3-4 bulan 5,195 liter pada HRT ke-34.
Metode FukuBio merupakan metode yang
menawarkan solusi pemanfaatan air lindi yang telah dihasilkan dalam sistem
pengelolaan sampah dengan metode Fukuoka. Penggabungan metode Fukuoka dan
metode Bioreactor Landfill dilakukan dalam integrasi sistem ini agar air lindi
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali dengan resirkulasi untuk
meningkatkan produksi biogas.
Efisiensi Kolaborasi
Metode FukuBio dalam Proses Produksi Biogas
Kolaborasi metode FukuBio merupakan
salah satu inovasi metode yang dapat meningkatkan efektifitas metode
pengelolaan sampah dan meningkatkan produksi metana dari sampah yang dikelola.
Di dalam kolaborasi dua metode ini terdapat sistem overlap antara pengumpulan
air lindi dan pemanfaatan air lindi untuk meningkatkan produksi gas metana.
Pengelolaan sampah dengan metode
sanitary landfill (metode Fukuoka) dilakukan untuk memperoleh air lindi dan
memisahkannya di suatu tempat sehingga tidak mencemari lingkungan. Untuk
penggunaan material sistem pengolahan diusahakan menggunakan material
waterproof sehingga air lindi tidak meresap ke dalam tanah dan mencemari air
tanah sekitar. Setelah air lindi dihasilkan, kemudian air lindi dialirkan ke
sistem pengelolaan sampah yang menerapkan metode Bioreactor Landfill. Dengan
pengaliran air lindi kembali ke dalam sistem ini, bahan organik yang ada di
dalam air lindi berkurang sehingga proses netralisasi air lindi tidak terlalu
dibutuhkan (jika dibutuhkan, konsentrasi penetral yang digunakan akan seminimal
mungkin) sehingga biaya pengelolaan air lindi dapat dikurangi.
Kolaborasi metode Fukuoka dan metode Bioreactor Landfill dapat dikatakan lebih
efisien karena metode ini memanfaatkan lingkungan dalam hal pengerjaan
sistemnya. Metode Fukuoka merupakan satu dari jenis metode sanitary landfill
yang minim biaya. Kemudian, pemanfaatan kembali air lindi dengan
menggabungkannya ke dalam metode Bioreactor Landfill menjadikan peningkatan
produksi biogas sehingga nantinya di dalam satu TPA akan dihasilkan gas metana
dengan jumlah yang lebih besar dengan biaya seminim mungkin. Pengelolaan sampah
dengan kedua metode ini juga mengurangi kasus pencemaran lingkungan akibat
sampah (khususnya pencemaran akibat air lindi). Sehingga metode FukuBio
termasuk ke dalam metode pengelolaan sampah yang efektif dan efisien
dilaksanakan di Indonesia.
Keuntungan Metode
FukuBio
Metode FukuBio yang merupakan kolaborasi
antara metode Fukuoka dan operasi Bioreactor
Landfill memiliki beberapa keuntungan, seperti:
- Memanfaatkan lindi
yang dihasilkan dalam metode Fukuoka.
- Meningkatkan
produksi biogas dengan adanya proses resirkulasi.
- Meminimalisir
penggunaan biaya dalam proses netralisasi lindi.
- Meminimalisir
potensi terpaparnya lindi ke lingkungan sekitar