Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Thursday, April 11, 2013

Penurunan Jumlah Minyak dan Ketahanan Pangan

Resume dari buku Plan B
 
Pada tahun 1900 dunia memproduksi 150 juta barel minyak dan pada tahun 2000 dunia mampu menghasilkan 28 miliar barel minyak per hari. Peningkatan ini terjadi lebih dari 180 kali lipat. Minyak mulai mempercepat ledakan pertumbuhan di seluruh dunia dalam hal produksi pangan, penduduk, urbanisasi dan mobilitas manusia. Pada tahun 2006 dunia memompa 31 miliar minyak, namun hanya 9 miliar barel minyak cadangan yang ditemukan. Fakta ini menggambarkan bahwa penggunaan minyak tidak sesuai dengan cadangannya. Sehingga kita perlu untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak di dunia. Banyaknya jumlah minyak yang dipompa dan persediaan minyak yang terbatas untuk di tahun selanjutnya disebabkan karena jumlah minyak yang diekstraksi sejak 1981 melampau penemuan baru atau tidak seimbang dengan penemuannya. Total penemuan minyak yang ada di dunia berjumlah 2 triliun barel dimana 1 triliunnya termasuk jenis minyak yang mudah di peroleh, 1/2 triliunnya merupakan minyak yang sulit diperoleh dan sisanya sangat-sangat sulit diperoleh karena akan menyebabkan gempa dalam proses eksplorasinya.
            Beralih dari minyak ke pangan, harga gabah saat ini meningkat pesat karena pangan dan energi saat ini memiliki hubungan yang kuat. Seperti contoh gandum saat ini dapat diolah menjadi bahan bakar (etanol). Harga minyak saat ini sudah meningkat pesat karena dianalisis bahwa jumlahnya akan berkurang. Sehingga hal ini menyebabkan peningkatan harga pangan seperti gandum dan biji-bijian. Kenaikan harga pangan juga disebabkan karena menipisnya persedian minyak di sebuah negara. Pendekatan sebuah negara terkait produksi minyak dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti pendekatan pembagian negara penghasil minyak seperti daerah dengan produksi minyak yang sudah jatuh, produksi yang masih meningkat dan diambang penurunan. Seperti saat ini negara yang sedang meningkat produksi minyaknya adalah Aljazair, Angola, Brazil, Nigeria dan Qatar.
Penurunan jumlah minyak di negara-negara yang terkenal sebagai penghasil minyak mulai terjadi. Seperti Arab Saudi dan Meksiko. Menurut Geologist yang bernama Walter Youngquist menyatakan bahwa tidak mungkin Meksiko akan menjadi importir minyak di tahun 2015. Cadangan minyak perusahaan-perusahaan besar juga menyusut setiap tahunnya. Hal ini karena adanya peningkatan dan pengembangan eksplorasi minyak yang melebihi ambang batas. Menurut ahli geologi bahwa 95% minyak di dunia telah ditemukan dan dieksplore besar-besaran. Saat ini banyak ladang minyak yang sulit menghasilkan minyak meskipun dengan teknologi yang canggih. Dalam suatu kajian dengan menggunakan kurva Hubbert dianalisis bahwa pada tahun 2020 produksi minyak dunia 106 juta barel per hari (penurunan dari tahun-tahun sebelumnya). Hal ini terjadi dengan asumsi bahwa puncak jumlah minyak terbesar terjadi pada tahun 2006. Selain itu, karena keterbatasan jumlah minyak nantinya bukan tidak mungkin jika di kawasan Arktik atau kutub akan terjadi kegiatan pegeboran minyak disana.
Selain minyak yang diperoleh dari kegiatan umum, minyak juga dapat diperoleh dari ekstraksi minyak yang terdapat di dalam pasir. Hanya saja kegiatan mendapatkan minyak dari pasir ini sarat akan pencemaran karbon dan penggunaan energi berlebih hanya untuk mengambil satu barel minyaknya. Produksi yang mahal, gangguan iklim dan proses yang banyak memakan waktu merupakan kerugian yang ditimbulkan dari proses ekstraksi minyak dari pasir.
Dalam kasus lain proses produksi pertanian dunia sangat bergantung pada penggunaan bahan bakar fosil. Pompa irigasi, proses produksi pupuk dan traktor menggunakan bahan bakar untuk menjalankannya. Tidak hanya pertanian akan tetapi pertambangan, manufaktur dan transportasi memerlukan minyak dalam prosesnya. Sebenarnya proses penggunaan energi dalam hal penyediaan pangan tidak hanya pada proses bertani, akan tetapi jauh lebih kompleks dibanding itu karena pangan yang telah dihasilkan membutuhkan energi untuk packaging dan transportasi agar dapat sampai kepada konsumen. Minyak banyak mendominasi pada proses produksi dan listrik mendominasi penggunaan energi pada kegiatan konsumsi. Banyak pangan yang dikonsumsi suatu daerah yang berasal dari daerah lainnya.
Pada tahun 2005, peningkatan jumlah biji-bijian meningkat dan mulai mengalami ujian untuk dijadikan bahan baku pembuatan etanol untuk kendaraan bermotor. Setelah sebelumnya gandum mendapatkan perhatian khusus karena juga mampu menghasilkan bahan bakar pengganti minyak. Pertumbuhan penduduk tidak lagi seimbang dengan kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhannya karena lahan pertanian semakin berkurang. Selain itu global warming dan beberapa peristiwa kekeringan yang melanda lahan pertanian telah mengurangi jumlah produksi pangan seperti di China. 25 tahun setelah tahun 1978 minyak dari tumbuhan sangat berkembang pesat seperti di Amerika Serikat yang mengembangkan biji-bijian untuk bahan bakar.
Lain Amerika, lain Brazil yang mengembangkan tebu menjadi etanol. Kemudian dilanjutkan dengan Eropa yang mengkonversi minyak nabati menjadi bahan bakar. Mulailah proses persaingan etanol dari tumbuhan terjadi di berbagai belahan dunia. Hanya saja, ternyata kebutuhan dunia akan bahan bakar etanol belum juga terpenuhi karena dari seluruh panen gandum di AS jika diubah menjadi etanol, maka bahan bakar itu hanya memenuhi 18% kebutuhan bahan bakar di Amerika. Saat ini kebutuhan manusia akan pangan berhimpitan dengan kebutuhan bahan bakar dunia sehingga banyak orang yang kelaparan. Kenaikan harga minyak diikuti oleh harga pangan (seperti gandum dan biji-bijian).
Perkembangan zaman saat ini menuntut agar masyarakat dapat meminimalisir penggunaan bahan bakar meskipun harga pangan tetap naik. Kenaikan harga pangan disebabkan karena banyak lahan yang telah digunakan sebagai daerah pemukiman, jalan, area industri dan area lainnya sehingga pangan harus didatangkan dari daerah yang jauh. Hal ini secara otomatis meningkatkan biaya pangan. Selain itu perubahan iklim yang signifikan juga menyebabkan gagal panen di sebagian daerah. Berbagai sarana transportasi semakin mahal karena meningkatnya harga minyak dan di kota-kota besar saat ini mulai diterapkan sarana transportasi umum yang lebih ekonomis dan menghemat penggunaan bahan bakar. Saat ini ancaman kekurangan pangan sangat mungkin terjadi karena adanya perubahan pangan untuk energi seperti etanol. Menurut data oleh Ford Runge dari Universitas Minnesota menyatakan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi peningkatan jumlah orang yang kelaparan karena peningkatan harga gandum. Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan menggunakan gandum dan biji-bijian sebagai bahan bakar alternatif sehingga harga komoditas pangan ini semakin meningkat mengikuti peningkatan harga bahan bakar di pasar dunia. Beberapa negara seperti Afganistan, Pakistan, Somalia, Sudan dan Zimbabwe telah mengalami krisis pangan seperti ini.***

Oleh : Yelna Yuristiary

Entri Populer