Resume dari buku Plan B
Pada
tahun 1900 dunia memproduksi 150 juta barel minyak dan pada tahun 2000 dunia
mampu menghasilkan 28 miliar barel minyak per hari. Peningkatan ini terjadi
lebih dari 180 kali lipat. Minyak mulai mempercepat ledakan pertumbuhan di
seluruh dunia dalam hal produksi pangan, penduduk, urbanisasi dan mobilitas
manusia. Pada tahun 2006 dunia memompa 31 miliar minyak, namun hanya 9 miliar
barel minyak cadangan yang ditemukan. Fakta ini menggambarkan bahwa penggunaan
minyak tidak sesuai dengan cadangannya. Sehingga kita perlu untuk menghemat
penggunaan bahan bakar minyak di dunia. Banyaknya jumlah minyak yang dipompa
dan persediaan minyak yang terbatas untuk di tahun selanjutnya disebabkan karena
jumlah minyak yang diekstraksi sejak 1981 melampau penemuan baru atau tidak
seimbang dengan penemuannya. Total penemuan minyak yang ada di dunia berjumlah
2 triliun barel dimana 1 triliunnya termasuk jenis minyak yang mudah di
peroleh, 1/2 triliunnya merupakan minyak yang sulit diperoleh dan sisanya
sangat-sangat sulit diperoleh karena akan menyebabkan gempa dalam proses
eksplorasinya.
Beralih dari minyak ke pangan, harga
gabah saat ini meningkat pesat karena pangan dan energi saat ini memiliki
hubungan yang kuat. Seperti contoh gandum saat ini dapat diolah menjadi bahan
bakar (etanol). Harga minyak saat ini sudah meningkat pesat karena dianalisis
bahwa jumlahnya akan berkurang. Sehingga hal ini menyebabkan peningkatan harga
pangan seperti gandum dan biji-bijian. Kenaikan harga pangan juga disebabkan
karena menipisnya persedian minyak di sebuah negara. Pendekatan sebuah negara terkait
produksi minyak dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti pendekatan
pembagian negara penghasil minyak seperti daerah dengan produksi minyak yang
sudah jatuh, produksi yang masih meningkat dan diambang penurunan. Seperti saat
ini negara yang sedang meningkat produksi minyaknya adalah Aljazair, Angola,
Brazil, Nigeria dan Qatar.
Penurunan jumlah minyak di negara-negara
yang terkenal sebagai penghasil minyak mulai terjadi. Seperti Arab Saudi dan
Meksiko. Menurut Geologist yang bernama Walter Youngquist menyatakan bahwa
tidak mungkin Meksiko akan menjadi importir minyak di tahun 2015. Cadangan
minyak perusahaan-perusahaan besar juga menyusut setiap tahunnya. Hal ini
karena adanya peningkatan dan pengembangan eksplorasi minyak yang melebihi
ambang batas. Menurut ahli geologi bahwa 95% minyak di dunia telah ditemukan
dan dieksplore besar-besaran. Saat ini banyak ladang minyak yang sulit
menghasilkan minyak meskipun dengan teknologi yang canggih. Dalam suatu kajian
dengan menggunakan kurva Hubbert dianalisis bahwa pada tahun 2020 produksi
minyak dunia 106 juta barel per hari (penurunan dari tahun-tahun sebelumnya).
Hal ini terjadi dengan asumsi bahwa puncak jumlah minyak terbesar terjadi pada
tahun 2006. Selain itu, karena keterbatasan jumlah minyak nantinya bukan tidak
mungkin jika di kawasan Arktik atau kutub akan terjadi kegiatan pegeboran
minyak disana.
Selain minyak yang diperoleh dari
kegiatan umum, minyak juga dapat diperoleh dari ekstraksi minyak yang terdapat
di dalam pasir. Hanya saja kegiatan mendapatkan minyak dari pasir ini sarat
akan pencemaran karbon dan penggunaan energi berlebih hanya untuk mengambil
satu barel minyaknya. Produksi yang mahal, gangguan iklim dan proses yang
banyak memakan waktu merupakan kerugian yang ditimbulkan dari proses ekstraksi
minyak dari pasir.
Dalam kasus lain proses produksi
pertanian dunia sangat bergantung pada penggunaan bahan bakar fosil. Pompa
irigasi, proses produksi pupuk dan traktor menggunakan bahan bakar untuk
menjalankannya. Tidak hanya pertanian akan tetapi pertambangan, manufaktur dan transportasi
memerlukan minyak dalam prosesnya. Sebenarnya proses penggunaan energi dalam
hal penyediaan pangan tidak hanya pada proses bertani, akan tetapi jauh lebih
kompleks dibanding itu karena pangan yang telah dihasilkan membutuhkan energi
untuk packaging dan transportasi agar dapat sampai kepada konsumen. Minyak
banyak mendominasi pada proses produksi dan listrik mendominasi penggunaan
energi pada kegiatan konsumsi. Banyak pangan yang dikonsumsi suatu daerah yang
berasal dari daerah lainnya.
Pada tahun 2005, peningkatan jumlah
biji-bijian meningkat dan mulai mengalami ujian untuk dijadikan bahan baku
pembuatan etanol untuk kendaraan bermotor. Setelah sebelumnya gandum
mendapatkan perhatian khusus karena juga mampu menghasilkan bahan bakar
pengganti minyak. Pertumbuhan penduduk tidak lagi seimbang dengan kemampuan
alam untuk memenuhi kebutuhannya karena lahan pertanian semakin berkurang.
Selain itu global warming dan
beberapa peristiwa kekeringan yang melanda lahan pertanian telah mengurangi
jumlah produksi pangan seperti di China. 25 tahun setelah tahun 1978 minyak
dari tumbuhan sangat berkembang pesat seperti di Amerika Serikat yang
mengembangkan biji-bijian untuk bahan bakar.
Lain Amerika, lain Brazil yang
mengembangkan tebu menjadi etanol. Kemudian dilanjutkan dengan Eropa yang
mengkonversi minyak nabati menjadi bahan bakar. Mulailah proses persaingan
etanol dari tumbuhan terjadi di berbagai belahan dunia. Hanya saja, ternyata
kebutuhan dunia akan bahan bakar etanol belum juga terpenuhi karena dari
seluruh panen gandum di AS jika diubah menjadi etanol, maka bahan bakar itu
hanya memenuhi 18% kebutuhan bahan bakar di Amerika. Saat ini kebutuhan manusia
akan pangan berhimpitan dengan kebutuhan bahan bakar dunia sehingga banyak
orang yang kelaparan. Kenaikan harga minyak diikuti oleh harga pangan (seperti
gandum dan biji-bijian).
Perkembangan zaman saat ini menuntut
agar masyarakat dapat meminimalisir penggunaan bahan bakar meskipun harga
pangan tetap naik. Kenaikan harga pangan disebabkan karena banyak lahan yang
telah digunakan sebagai daerah pemukiman, jalan, area industri dan area lainnya
sehingga pangan harus didatangkan dari daerah yang jauh. Hal ini secara
otomatis meningkatkan biaya pangan. Selain itu perubahan iklim yang signifikan
juga menyebabkan gagal panen di sebagian daerah. Berbagai sarana transportasi
semakin mahal karena meningkatnya harga minyak dan di kota-kota besar saat ini
mulai diterapkan sarana transportasi umum yang lebih ekonomis dan menghemat
penggunaan bahan bakar. Saat ini ancaman kekurangan pangan sangat mungkin
terjadi karena adanya perubahan pangan untuk energi seperti etanol. Menurut data
oleh Ford Runge dari Universitas Minnesota menyatakan bahwa pada tahun 2025
akan terjadi peningkatan jumlah orang yang kelaparan karena peningkatan harga
gandum. Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan menggunakan gandum dan
biji-bijian sebagai bahan bakar alternatif sehingga harga komoditas pangan ini
semakin meningkat mengikuti peningkatan harga bahan bakar di pasar dunia.
Beberapa negara seperti Afganistan, Pakistan, Somalia, Sudan dan Zimbabwe telah
mengalami krisis pangan seperti ini.***
Oleh : Yelna Yuristiary
No comments:
Post a Comment