Malam ini menyempatkan
diri mendengarkan lagu Badarsila oleh Siti Nurhaliza. Kira-kira begini
kutipannya :
“Bagaikan di lentur sutera
Mentari meminjam sinarnya
Bagaikan di suluh hatinya
Menetap di persada
Bagaikan diseru rindunya
Di awan tersembunyi
wajahnya
Bagaikan dirisik malunya
Tersingkap di hamparan...”
Hmm... Entah kenapa Melayu
begitu menyenangkan untuk dirasa, dihayati setiap makna dari syair-syairnya dan
gurindam pada setiap bait-baitnya.
Well, dalam tulisan ini saya
tidak akan membahas banyak tentang etnis Melayu yang satu ini karena saat ini
(11 September 2013, pukul 21.50 WIB) kita akan berbicara tentang isu global
yang melanda dunia.
Pertama, permasalahan
utama yang dihadapi lingkungan saat ini bukanlah sampah, krisis air, banjir,
kebakaran hujan dan segala macam jenis masalah lingkungan yang sering
diheboh-hebohkan oleh media massa.
1. In-efisiensi,
merupakan masalah utama yang dapat menyebabkan kekacauan harmonisasi dari
lingkungan itu sendiri karena tidak seluruh energi yang keluar dimanfaatkan
dengan baik. Seperti contoh nitrogen yang diperoleh dari udara bebas merupakan
asal mula kehidupan dan urat nadi kehidupan yang sangat penting. Di lingkungan,
siklus nitrogen dimulai dari tumbuhan dan dilanjutkan oleh hewan (baik
karnivora maupun herbivora). Pada fase –fase peralihan inilah efisiensi dari
penggunaan nitrogen berkurang. Sehingga hal ini menyebabkan siklus nitrogen
tidak berjalan dengan baik. In-efisiensi juga terjadi pada siklus karbon dan
air. Seperti di wilayah Jakarta, siklus air yang tidak harmonis lagi
menyebabkan Jakarta kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan.
Siklus peresapan air terganggu karena adanya penutupan terhadap sebagian besar
permukaan tanah di Jakarta sehingga hal ini memperbesar koefisien run-off
(limpasan hujan)
2. Degradasi
dan Akumulasi. Hal ini merupakan dua keadaan yang pasti selalu ada di kota yang
belum sustain dalam mengelola lingkungan. Degradasi dan akumulasi dapat
menimbulkan kekurangan di satu lokasi dan kelebihan di lokasi lainnya. Degradasi
dan akumulasi disebabkan oleh rantai makanan yang terganggu dan campur tangan
manusia dalam mempertahankan kebutuhannya seperti membangun bendungan sehingga
menyebabkan gangguan pada imigrasi ikan-ikan di sebagian kawasan.
3. Man
made cycle.
Dalam
kasus man made cycle, diketahui bahwa ciptaan manusia bukan merupakan suatu hal
yang sempurna dan dapat mengganggu kestabilan lingkungan. Setiap proses alam
yang terjadi sesuai hukum alam merupakan satu tindakan bagi lingkungan (bumi
dan segala isinya) untuk memperbaiki dan mempertahankan dirinya. Bumi sudah
cukup pintar untuk mengatur dirinya dengan fenomena-fenomena seperti perubahan
iklim dan intensitas gempa yang semakin banyak dari tahun ke tahun. Sehingga
man made cycle merupakan satu sumbangsih manusia untuk menambah tugas bumi
dalam hal menyeimbangkan dirinya sendiri.
Berbicara masalah daya
dukung lingkungan, terdapat dua hal yang sangat penting diperhatikan. Daya
dukung lingkungan dipengaruhi oleh kapasitas penyediaan (supportive capacity)
dan kapasitas daya tampung (assimilative capacity). Jadi, tidak masalah jika
jumlah penduduk bumi meningkat sedemikian cepat menjadi 7 miliar saat ini.
Hanya saja yang paling penting kita harus dapat memastikan bahwa kapasitas
penyediaan bumi terkait kebutuhan kita dan kapasitas daya tampungnya masih
mencukupi (berimbang).
Populasi maksimum juga
dapat dirumuskan dengan :
I = P X A X T
Dimana Environmental
Impact harus sama dengan hasil kali antara Populasi, Affluence dan Technology
yang ada.