Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Tuesday, August 07, 2018

Pahami Ilmu Menilai Dalam Kehidupan


Cinta itu selalu benar. Tidak ada cinta yang salah. Cinta adalah level tingkat lanjut dari fase syukur seorang hamba terhadap karunia Tuhan. Hanya saja, ada beberapa orang yang memperoleh cinta yang fana, namun tidak sedikit pula yang menemui cinta yang hakiki. Maksud saya fana di sini adalah ada beberapa orang yang jatuh cinta teramat sangat terhadap benda mati seperti kekayaan, popularitas, rumah yang mewah, mobil yang canggih dan segala macam tetek bengek yang dalam satu jam saja bisa hilang tanpa bekas. Selama saya hidup, lebih kurang 25 tahun sudah, banyak orang yang salah mengartikan rasa cintanya. Ada sebagian dari mereka yang rela meninggalkan keluarga hanya untuk popularitas. Ada juga yang rela berkata tidak sopan kepada orang yang lebih miskin materi dibandingkan dirinya. Banyak macam-macam jenis manusia ini.

Saya juga pernah merasakan rasa sakit hati kepada seseorang yang merasa dirinya adalah mahluk tuhan yang paling kaya raya di dunia ini. Ada beberapa orang yang merampas kekayaan dari orang lain dengan cara curang. Saya katakana disini merampas karena mereka bukan kaya raya secara materi karena aset atau ilmu yang dapat menghasilkan uang. Mereka kaya karena melakukan korupsi sana sini hingga akhirnya mereka menjadi kaya raya dan disegani banyak orang. Orang-orang ini cenderung memiliki sifat gila hormat. Mungkin saja hal ini karena sebelumnya mereka memang senantiasa dihormati karena nilai materi yang dimilikinya. Dalam acara-acara sosial dapat dikatakan orang-orang ini adalah penyumbang terbesar di acara tersebut. Alasan mereka menyumbang pun masih sama mirisnya dengan alasan mereka menjadi kaya mendadak (ya, mereka cenderung mau show off terkait kekayaan mereka). Pengalaman saya mengenal orang yang seperti ini adalah pengalaman yang paling baik dan bermanfaat menurut saya. Kebaikan dan keburukan seseorang dapat menjadi contoh terbaik dalam hidup kita. Kalau ibu saya bilang itu “ambil yang baiknya dan buang yang jeleknya”.

Jadi itu pengalaman mengenal orang ini sudah berlangsung cukup lama, kira-kira sejak tahun 2008 hingga 2018. Sepuluh tahun adalah waktu yang tidak sedikit untuk mengenal seseorang. Apalagi jika kita pernah satu rumah atau pernah bepergian dengan orang tersebut. Maka sifat asli seseorang kita dapat mengetahuinya dengan cukup jelas. Seperti satu keluarga yang saya kenali ini, mereka terlihat sebagai keluarga yang sangat perfect dari luar. Siapa sangka di dalam kehidupannya mereka saling memakai topeng satu sama lain. Istri memakai topeng, suami memakai topeng, anak-anak tidak diajarkan budi pekerti dan tata cara bersosialisasi yang baik dan semua hal yang ada di dalamnya penuh dengan kepalsuan. Ya… Saya bisa bilang kepalsuan karena kalian bisa bayangkan, istri mana yang senang menceritakan kekurangan suaminya. Kemudian ada lagi orang tua yang menganggap gadget adalah produk yang paling diinginkan oleh anak-anak mereka. Alhasil jika kalian pergi mengunjungi mereka di rumah, semua orang akan terlihat sibuk dengan gadget mereka. Si ibu sibuk dengan gadget, ayah sibuk dengan gadget, anak pun sibuk dengan gadget. Mungkin salah satu hal yang bisa menyatukan mereka jika tiba-tiba wifi off dan aliran listrik mati berhari-hari. Di saat seperti itu mungkin saja mereka akan dekat satu sama lain atau malah saling menyalahkan karena secara emosional memang tidak ada kedekatan antar personil keluarga di rumah tersebut.

Saya sendiri akhirnya memutuskan untuk pergi dari keluarga ter-fana ini karena saya menemukan sosok keluarga baru dalam kehidupan saya. Kalau orang-orang bilang itu saya sedang jatuh cinta. Tapi jika kalian mengenal lebih dalam, mungkin hal tersebut bukan hanya sebatas rasa cinta yang fana. Rasa itu lebih kepada kesadaran bahwa ada sosok yang menyayangi kalian melebihi dirinya sendiri. Yakinlah wahai pembaca blog-ku yang aku sayangi, jika kalian menemui sosok orang yang seperti itu, kalian boleh meninggalkan apa-apa yang fana yang kalian miliki. Dan ya… Di awal tahun 2018, saya berjalan menuju sosok yang begitu baik tersebut dan meninggalkan sekumpulan orang ter-palsu di dunia ini. Untungnya seiring saya berjalan, kedua orang tua dan adik saya mendukung dengan sepenuh hati. Sama sekali tidak ada rasa amarah dan benci mereka atas keputusan saya. Karena saya belajar menilai dari apa-apa yang mereka tanamkan sejak kecil. Tahukah kalian kalau dulu khususnya ibu saya pernah bilang, “Kak, kamu jangan rasis. Nilai seseorang dari hatinya”. Hal itulah yang membuat saya mengambil setiap keputusan di hidup saya. Bagi saya, tak apa sedikit teman yang penting mereka tulus berteman dengan saya. Bagi saya, biar saja sedikit saudara asalkan mereka benar-benar membela saya dan berniat baik kepada saya. Toh, apa gunanya punya banyak teman jika mereka hanya akan menenggelamkan kamu saat kamu sedang berjuang untuk berenang?
Buat apa itu semua? Maka saya akan tetap memilih seseorang yang menyayangi saya melebihi dirinya sendiri dibandingkan orang yang selalu menyalahkan saya atas ketidaksempurnaan. Orang yang menyalahkan etnis dan ras orang lain. Orang yang selalu meletakkan kesalahan ke pundak orang lain. Orang yang selalu menilai bernilai atau tidaknya seseorang berdasarkan materi yang mereka miliki. Orang yang lebih memilih atasan mereka dibandingkan adik atau kakak mereka sendiri. Orang yang memiliki dunia yang sempit dan penuh dengan kepalsuan. Jangan tanyakan dua kali kalau saya tidak pernah memperhitungkan anda sebagai seseorang yang perlu saya perjuangkan. Jika kesuksesan palsu dan kekayaan palsu dapat saya tinggalkan, maka setiap orang dapat menyimpulkan bahwa saya adalah orang yang “nothing to lose”. Gagal bukan mematahkan sayap saya karena gagal itu tidak pernah ada dalam kamus hidup saya, yang ada hanya kurang beruntung dan nanti pasti akan beruntung. Hal itu yang selalu saya ingat dan tanamkan.

Bagi beberapa orang yang pernah berniat buruk kepada saya dengan memprediksi saya akan bangkrut dalam 3 bulan dan akan pulang kampung, mungkin kalian bisa mulai menata hidup kalian masing-masing saja dengan mengurusi hal-hal yang menjadi tanggung jawab kalian. Hidup kalian bukan sebatas kesuksesan atau kegagalan saya. Hidup saya juga bukan sebatas izin kalian. Saya dan kalian punya tata cara menilai kehidupan yang berbeda. Maka dari itu coba terima sudut pandang seseorang dalam mengambil keputusan karena sukses bukan hanya kaya raya secara materi. Bagi saya sukses adalah menikmati apa yang saya miliki. Buat apa punya banyak uang tapi tidak bisa berekspresi? Sayang kan perasaannya di nomor duakan melulu.

Ok. Jadi intinya, pahami ilmu menilai dalam kehidupan.

Entri Populer