Building Information Modelling
atau yang lebih dikenal dengan BIM merupakan sebuah perangkat yang umum
digunakan oleh pelaksana konstruksi di negara maju untuk merencanakan dan
mengawasi proses pelaksanaan konstruksi yang sedang berlangsung. BIM memiliki banyak
fitur yang memungkinkan pihak kontraktor, konsultan dan owner mengawasi setiap
perkembangan yang terjadi pada proyek mereka. Perangkat BIM juga dikenal dengan
kemampuan 4D-nya yang dapat menggabungkan gambar 3D dan schedulling pada sebuah proyek dalam satu dokumen yang lengkap dan
terintegrasi. Pada beberapa proyek di Singapura, BIM digunakan sejak tahap
feasibility study hingga kegiatan operasional dan perawatan dari sebuah
bangunan.
Saat
ini di industri konstruksi BIM tidak hanya digunakan untuk merencanakan design (baik dalam tahap penyusunan
waktu maupun biaya) dan penggunaan energi yang digunakan. Aplikasi fitur-fitur
dari sistem ini lebih lanjut digunakan untuk menganalisa kemungkinan hazard
jatuh yang ada pada sebuah design konstruksi. Pembangunan sistem perencanaan
hazard jatuh pada sebuah proyek konstruksi dibangun dengan beberapa fase,
yaitu:
1) Design
dan perencanaan pembangunan, dimana pada tahap ini setiap rancangan dari
dimensi, waktu, biaya, penggunaan energi hingga suplai material dan alat akan
direncanakan dengan baik.
2) Identifikasi
keadaan sementara. Keadaan sementara yang dimaksud adalah beberapa keadaan yang
mungkin terjadi selama masa pembangunan proyek. Dalam hal ini setiap aktifitas
yang terjadi pada sebuah proyek akan ditinjau sequence-nya sehingga diketahui beberapa peristiwa penting yang
memiliki potensi hazard.
3) Perencanaan
tindakan
Tindakan
direncanakan setelah diketahui beberapa peristiwa yang memiliki hazard.
Tindakan direncanakan dengan menganalisis tingkatan hazard dan probabilitas
terjadinya kecelakaan.
4) Integrasi
tindakan dan jadwal proyek
Setelah
tindakan pencegahan maupun tindakan eksekusi dari sebuah hazard ditentukan,
maka setiap tindakan ini diintegrasikan dengan jadwal proyek yang ada. Dalam
artian, kapan saja setiap rambu dapat dipasang, suatu peringatan dapat menjadi
yang utama dan beberapa tindakan yang lain dapat muncul ketika jadwal dari
proyek sudah terintegrasi dengan aksi dari setiap potensi hazard yang ada.
Pada
konsep penggunaan BIM, potensi hazard (khususnya hazard jatuh) dapat
diidentifikasi dengan menggunakan jadwal proyek. Permodelan dan rencana dari
konstruksi dapat menghasilkan sebuah sistem pencegahan kecelakaan jatuh. Selain
itu, BIM juga membantu pekerja untuk dapat lebih aware dengan hazard jatuh yang
mungkin timbul dalam proses konstruksi.
Aplikasi
BIM digunakan dengan menerapkan sistem checking
process yang mana tahapan sistem ini membentuk suatu kesatuan penopang
sistem perencanaan manajemen resiko jatuh yang timbul. Adapun peraturan/rule yang ada dalam sistem checking process ini, adalah:
1.
Rule
interpretation
Pada
rule ini dilakukan interpretasi atas
setiap rancangan yang ada. Interpretasi tidak hanya terbatas pada design dari
bangunan melainkan juga keadaan manusia dan mesin yang bekerja di dalamnya.
2.
Building
model preparation
Pada
rule ini dilakukan persiapan
permodelan dari bangunan. Permodelan sudah diintegrasikan dengan sistem
manajemen K3L.
3.
Rule
execution
Rule
selanjutnya adalah tahap eksekusi dari setiap tindakan yang dilakukan harus
sesuai dengan perencanaan yang ada. Selain itu jika terjadi kecelakaan kerja,
tindakan proaktif yang dilaksanakan juga harus sesuai dengan rencana. Salah
satu fungsi dari BIM dalam proses manajemen K3L yaitu penggunaan aplikasi ini
dapat menghasilkan guideline
tersendiri bagi sebuah proyek.
4.
Rule
checking reporting
Pada
rule ini ditetapkan bahwa setiap
kecelakaan dan tindakan yang dilakukan harus dirangkum dalam sebuah catatan
aplikasi BIM sehingga setiap stakeholder mengetahui
perkembangan yang terjadi dalam sebuah proyek.
5.
Safety
correction
Meskipun
perencanaan pencegahan kecelakaan telah dilakukan, tidak menutup kemungkinan
bahwa masih terdapat kekurangan dalam rencana keselamatan di proyek. Maka dari
itu diperlukan rule ini untuk meng-upgrade
setiap tindakan yang harus dilakukan.
Keuntungan
dari penggunaan BIM dalam industri konstruksi adalah kemudahan dalam melakukan update. Setiap tindakan dan perubahan
yang terjadi pada proyek dapat seta merta diakses oleh setiap stakeholder dari
manapun dan dari kapanpun. BIM juga dapat meningkatkan pemahaman dan komunikasi
antar pekerja sehingga hal ini dapat meningkatkan tingkat keselamatan di proyek
konstruksi.
Selain
BIM, dapat proyek konstruksi saat ini juga dikenal adanya BBS (Behaviour Based Safety) yang merupakan
teknik manajerial yang menanamkan kepedulian dan pemahaman terkait keselamatan
di dunia konstruksi. Seperti sebuah penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia,
aplikasi teknik BBS dapat meningkatkan 6% performa keselamatan pada sebuah
proyek. Teknik BBS yang diterapkan pada proyek ini adalah dengan Design Checklist dimana setiap tindakan
yang dilakukan harus dicatat sehingga nantinya dapat diketahui oleh orang
banyak.
Selain
itu, design checklist juga
memungkinkan setiap pekerja untuk melakukan kegiatan pada sebuah proyek sesuai
dengan panduan yang ada sehingga tidak ada satu butir tahap yang tertinggal
dalam proses pengerjaannya. Penggunaan teknik BBS ni dilakukan dengan
mengintegrasikan pemahaman manajemen proyek dengan tujuan, feedback, komitmen dan setiap pengukuran performa pada sebuah
proyek.
Referensi:
1. Zhang, S., dkk. 2014. BIM-based fall hazard identification and
prevention in construction safety planning. Safety Science Journal, pg.
31-45.
2. Choudhry, R. 2014. Behaviour-based safety on construction sites: A case study. Accident Analysis and Prevention Journal, pg. 14-23.
2. Choudhry, R. 2014. Behaviour-based safety on construction sites: A case study. Accident Analysis and Prevention Journal, pg. 14-23.