Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Thursday, September 25, 2014

Integrasi Penggunaan Aplikasi BIM (Building Information Modelling) dan BBS (Behaviour Based Safety) Management Technique dalam Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja (Oleh: Yelna Yuristiary)



Building Information Modelling atau yang lebih dikenal dengan BIM merupakan sebuah perangkat yang umum digunakan oleh pelaksana konstruksi di negara maju untuk merencanakan dan mengawasi proses pelaksanaan konstruksi yang sedang berlangsung. BIM memiliki banyak fitur yang memungkinkan pihak kontraktor, konsultan dan owner mengawasi setiap perkembangan yang terjadi pada proyek mereka. Perangkat BIM juga dikenal dengan kemampuan 4D-nya yang dapat menggabungkan gambar 3D dan schedulling pada sebuah proyek dalam satu dokumen yang lengkap dan terintegrasi. Pada beberapa proyek di Singapura, BIM digunakan sejak tahap feasibility study hingga kegiatan operasional dan perawatan dari sebuah bangunan.
Saat ini di industri konstruksi BIM tidak hanya digunakan untuk merencanakan design (baik dalam tahap penyusunan waktu maupun biaya) dan penggunaan energi yang digunakan. Aplikasi fitur-fitur dari sistem ini lebih lanjut digunakan untuk menganalisa kemungkinan hazard jatuh yang ada pada sebuah design konstruksi. Pembangunan sistem perencanaan hazard jatuh pada sebuah proyek konstruksi dibangun dengan beberapa fase, yaitu:
1)      Design dan perencanaan pembangunan, dimana pada tahap ini setiap rancangan dari dimensi, waktu, biaya, penggunaan energi hingga suplai material dan alat akan direncanakan dengan baik.
2)      Identifikasi keadaan sementara. Keadaan sementara yang dimaksud adalah beberapa keadaan yang mungkin terjadi selama masa pembangunan proyek. Dalam hal ini setiap aktifitas yang terjadi pada sebuah proyek akan ditinjau sequence-nya sehingga diketahui beberapa peristiwa penting yang memiliki potensi hazard.
3)      Perencanaan tindakan
Tindakan direncanakan setelah diketahui beberapa peristiwa yang memiliki hazard. Tindakan direncanakan dengan menganalisis tingkatan hazard dan probabilitas terjadinya kecelakaan.
4)      Integrasi tindakan dan jadwal proyek
Setelah tindakan pencegahan maupun tindakan eksekusi dari sebuah hazard ditentukan, maka setiap tindakan ini diintegrasikan dengan jadwal proyek yang ada. Dalam artian, kapan saja setiap rambu dapat dipasang, suatu peringatan dapat menjadi yang utama dan beberapa tindakan yang lain dapat muncul ketika jadwal dari proyek sudah terintegrasi dengan aksi dari setiap potensi hazard yang ada.
Pada konsep penggunaan BIM, potensi hazard (khususnya hazard jatuh) dapat diidentifikasi dengan menggunakan jadwal proyek. Permodelan dan rencana dari konstruksi dapat menghasilkan sebuah sistem pencegahan kecelakaan jatuh. Selain itu, BIM juga membantu pekerja untuk dapat lebih aware dengan hazard jatuh yang mungkin timbul dalam proses konstruksi.
Aplikasi BIM digunakan dengan menerapkan sistem checking process yang mana tahapan sistem ini membentuk suatu kesatuan penopang sistem perencanaan manajemen resiko jatuh yang timbul. Adapun peraturan/rule yang ada dalam sistem checking process ini, adalah:
1.      Rule interpretation
Pada rule ini dilakukan interpretasi atas setiap rancangan yang ada. Interpretasi tidak hanya terbatas pada design dari bangunan melainkan juga keadaan manusia dan mesin yang bekerja di dalamnya.
2.      Building model preparation
Pada rule ini dilakukan persiapan permodelan dari bangunan. Permodelan sudah diintegrasikan dengan sistem manajemen K3L.
3.      Rule execution
Rule selanjutnya adalah tahap eksekusi dari setiap tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang ada. Selain itu jika terjadi kecelakaan kerja, tindakan proaktif yang dilaksanakan juga harus sesuai dengan rencana. Salah satu fungsi dari BIM dalam proses manajemen K3L yaitu penggunaan aplikasi ini dapat menghasilkan guideline tersendiri bagi sebuah proyek.
4.      Rule checking reporting
Pada rule ini ditetapkan bahwa setiap kecelakaan dan tindakan yang dilakukan harus dirangkum dalam sebuah catatan aplikasi BIM sehingga setiap stakeholder mengetahui perkembangan yang terjadi dalam sebuah proyek.
5.      Safety correction
Meskipun perencanaan pencegahan kecelakaan telah dilakukan, tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat kekurangan dalam rencana keselamatan di proyek. Maka dari itu diperlukan rule ini untuk meng-upgrade setiap tindakan yang harus dilakukan.
Keuntungan dari penggunaan BIM dalam industri konstruksi adalah kemudahan dalam melakukan update. Setiap tindakan dan perubahan yang terjadi pada proyek dapat seta merta diakses oleh setiap stakeholder dari manapun dan dari kapanpun. BIM juga dapat meningkatkan pemahaman dan komunikasi antar pekerja sehingga hal ini dapat meningkatkan tingkat keselamatan di proyek konstruksi.
Selain BIM, dapat proyek konstruksi saat ini juga dikenal adanya BBS (Behaviour Based Safety) yang merupakan teknik manajerial yang menanamkan kepedulian dan pemahaman terkait keselamatan di dunia konstruksi. Seperti sebuah penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia, aplikasi teknik BBS dapat meningkatkan 6% performa keselamatan pada sebuah proyek. Teknik BBS yang diterapkan pada proyek ini adalah dengan Design Checklist dimana setiap tindakan yang dilakukan harus dicatat sehingga nantinya dapat diketahui oleh orang banyak.
Selain itu, design checklist juga memungkinkan setiap pekerja untuk melakukan kegiatan pada sebuah proyek sesuai dengan panduan yang ada sehingga tidak ada satu butir tahap yang tertinggal dalam proses pengerjaannya. Penggunaan teknik BBS ni dilakukan dengan mengintegrasikan pemahaman manajemen proyek dengan tujuan, feedback, komitmen dan setiap pengukuran performa pada sebuah proyek. 

Referensi:
1. Zhang, S., dkk. 2014. BIM-based fall hazard identification and prevention in construction safety planning. Safety Science Journal, pg. 31-45.

2. Choudhry, R. 2014. Behaviour-based safety on construction sites: A case study. Accident Analysis and Prevention Journal, pg. 14-23.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer