Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Monday, October 17, 2011

Menulis itu Sama Dengan Makan



Bagi setiap orang yang rada mirip aku, mungkin menulis itu sama dengan makan. Suatu kebutuhan primer yang TAKKAN TERGANTI (ala Marcell). Menulis itu ibarat makan, awalnya kita mager, tapi kalo udah makan satu suapan aja rasanya pengen lagi, lagi dan lagi. Nulis dan makan itu satu ide dalam menjerumuskan orang (itu sih menurut aku). Dengan banyak menulis, seseorang jadi lupa akan tugas-tugasnya, lupa PR-PR nya, lupa besok pagi ada ujian/kuis, lupa kalo dia belum beres-beres kosan, dan lupa segalanya. Sedangkan makan itu juga menjerumuskan orang sampai orang yang sudah terjerumus terserang obesitas dan ending-endingnya berpenyakitan karena kolesterolnya yang sangat tinggi.

Tapi begitu pula sebaliknya. Kebencian terhadap menulis dan kebencian terhadap makanan juga membuat orang-orang terlunta-lunta. Jika ada seseorang yang tidak mau makan atau membenci makanan ia akan mudah terserang penyakit. Jangan heran kalau saat ini banyak remaja, anak-anak, ibu-ibu bahkan nenek-nenek yang tidak ingin terlihat gendut dan mulai mengasumsikan pikirannya untuk membenci makanan. Padahal hal itu sangat fatal terhadap perkembangan mereka. Walaupun terkadang kita berpikir bahwa makanan hanya akan menjadi cadangan/lemak yang menumpuk di dalam tubuh kita, tapi ingatlah bahwa kekurangan nutrisi atau gizi juga membuat otak kita membeku. Tak ada aktifitas di sana. Tak ada juga perkembangan yang berarti kecuali porsiran-porsiran yang selalu kita lakukan. Maka, kasihanilah otakmu dengan tidak membenci makanan.

Kemudian, jika seandainya kita membenci menulis, hal ini tentu saja menjadi bumerang bagi kita. Khususnya pelajar dan mahasiswa yang sebagian besar waktunya diisi dengan hal tulis-menulis, mereka tidak boleh membenci hal yang namanya menulis. Tapi, apa hendak dikata. Banyak juga saat ini mahasiswa yang membenci menulis dan menganggap remeh tulisan. Yang ada hanya lomba debat sana sini. Contohnya saja sekarang banyak mahasiswa yang rela-rela berpanas-panasan dan mengoceh sana-sini mengkritisi orang lain. Tapi, tahukah kalian bahwa protes-protesmu itu hanya bertahan hingga saat itu. Tidak akan ada lagi yang mengingatnya, bahkan kamu sendiri. Setiap kata yang kau ucapkan saat itu mungkin hanya menjadi simbol maya di dalam hidupmu kalau engkau pernah memprotes MEREKA. Tapi, seandainya kamu coba menuliskan protes-mu itu ke dalam sebuah tulisan. Kau kemas semenarik mungkin, bukan tidak mungkin orang yang kau protes itu membaca tulisanmu dan memahami apa yang ada di pikiranmu. Hanya saja, baru sedikit mahasiswa yang bertindak cerdas seperti itu. Sedangkan masih banyak diantaranya yang hanya adu tenaga dengan matahari dan kehausan untuk menyuarakan suara yang mungkin tertahan oleh dinding-dinding beton tempat perlindungan dari MEREKA-MEREKA yang diprotesnya.

So,,, Ayo menulis...
:)

No comments:

Post a Comment

Entri Populer