Oleh : Tim Riset Pulau Pari dalam rangkaian acara Green Tourist Act 2012
Perkembangan wisata Pulau Pari saat
ini merupakan salah satu dampak dari apresiasi global masyarakat terhadap
lingkungan dan kehidupan bawah laut. Wisata bawah laut Pulau ini dapat dikatakan
sedang berkembang, namun bisa jadi perkembangan ini mengancam kehidupan biota
laut di daerah ini.
Pemandangan
wisata bawah laut Pulau Pari memang terbilang lebih memukau dibandingkan Pulau
Tidung yang saat ini sudah banyak dikunjungi oleh banyak turis baik domestik
maupun mancanegara. Pulau Pari yang memiliki luas sebesar 40,32 ha dengan
jumlah penduduk sekitar 697 jiwa merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu
yang masih tergolong cukup alami. Keadaan inilah yang memancing beberapa
wisatawan untuk berkunjung ke pulau ini dan menikmati pemandangan bawah lautnya
yang mengesankan.
Pulau
Pari pernah dikenal sebagai salah satu daerah penghasil rumput laut. Namun saat
ini hanya beberapa masyarakat saja yang mengelola dan membudidayakan rumput
laut ini sebagai mata pencahariannya. Sebagian besar masyarakat di Pulau Pari
terlihat lebih tertarik dengan pengembangan wisata pulau ini sehingga saat ini
banyak terlihat berbagai jenis villa, sepeda, dan peralatan snorkeling
yang disewakan di pulau ini.
Pada
tanggal 9-11 Juni 2012 lalu, tim riset sampel air dari Green Community UI
berhasil melakukan riset kecil mengenai sampel air laut di Pulau Pari ini.
Adapun tujuan dari riset ini untuk mengetahui tingkat kekeruhan, DO (oksigen
terlarut), TDS (Total Dissolve Solid),
pH, dan warna dari air laut pulau ini yang diambil di dua titik sebagai sampel.
Pengujian air dilakukan di Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan
Universitas Indonesia.
Sampel
air yang diambil dalam riset ini terdiri dari 2 jenis sampel yakni sampel A
(air laut yang diambil dengan jarak ± 0,2 km dari garis pantai) dan sampel B
(air laut yang diambil dengan jarak ± 5 km dari garis pantai). Berikut adalah
hasil dari pengujian dua sampel air tersebut.
Parameter yang diuji
|
Sampel A
|
Sampel B
|
Alat yang digunakan
|
pH
|
7,75
|
7,79
|
pH-meter
|
TDS (mg/L)
|
31400
|
32700
|
TDS-meter
|
Warna (PtCo)
|
37
|
2
|
Spektrofotometri DR 2000
|
Kekeruhan (NTU)
|
8,43
|
0,68
|
Turbidimeter
|
DO (mg/L)
|
2,83
|
5,90
|
DO-meter
|
Dari
hasil pengujian yang dilakukan, diketahui bahwa sampel air A memiliki perbedaan
karakteristik dengan sampel B. Pengujian air dengan lima parameter ini
sesungguhnya belum mencukupi untuk pengujian air baku air minum layak konsumsi
atau tidak. Dalam riset ini, tim GC UI merujuk kepada Permenkes Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan PP RI No 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air. Dari kelima
parameter yang diuji, terdapat beberapa perbedaan nilai yang cukup signifikan
antara kedua sampel khususnya di parameter warna, oksigen terlarut, dan
kekeruhan sampel ini.
Sampel A memiliki nilai yang cukup
tinggi untuk warna dan kekeruhan sehingga berpengaruh pada nilai DO (oksigen
terlarut dalam air) yang semakin rendah. Hal ini disebabkan karena semakin
keruh suatu air maka kemampuan fotosintesis tumbuhan air akan semakin rendah akibat
kurangnya atau terhalangnya cahaya matahari yang masuk sehingga hal ini
menyebabkan produksi oksigen dalam air semakin sedikit. Minimnya oksigen di
dalam air laut akan menyebabkan sulitnya biota laut untuk hidup. Warna pada
sampel air dengan jarak 0.2 km tidak memenuhi Permenkes tersebut di atas dengan
kadar maksimum 15 PtCo (TCU).
Selain
itu dari segi kekeruhan pun sampel A tidak memenuhi standar pada Permenkes
Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 dengan kadar maksimum 5 NTU. Nilai DO (oksigen
terlarut) yang hanya sebesar 2.83 mg/L juga hanya memenuhi air kelas IV (batas
minimum 0) untuk mengairi pertanaman dan menunjukkan pencemaran tingkat sedang
(rentang 2.0-4.4 pada tabel status kualitas air sumber Lee et. al., 1978).
Dengan kondisi parameter air di atas maka perkembangbiakan ikan berkemungkinan
kecil atau tidak ada karena kandungan oksigennya yang rendah. Selain warna dan
keruhnya air yang menghambat proses aerasi (masuknya oksigen dari udara ke
dalam air), nilai DO yang kecil juga disebabkan adanya polutan baik organik dan
anorganik seperti plastik, kayu, sterofoam, yang ditemukan di pinggir pantai
dan kemungkinan sisa dari pembangunan yang tampak di seberang lokasi
pengambilan sampel. Tidak adanya tumbuhan air yang berfotosintesis menghasilkan
oksigen, juga dapat menjadi faktor pendukungnya.
Pada
sampel B, parameter warna memenuhi Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan PP RI No 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air. Meskipun begitu, air pada titik ini
tidak bisa diputuskan aman dikonsumsi karena banyak parameter lainnya yang
harus dipenuhi. Nilai kekeruhan yang hanya di bawah 5 NTU yaitu 0.68 sangat
baik sehingga hal ini memungkinkan untuk fitoplankton berfotosintesis dengan
baik. Hal ini terlihat dari nilai DO sebesar 5.90 yang dapat dikatakan baik dan
masuk kelas II dalam PP RI No 82 Tahun 2001. Menurut peraturan tersebut,
peruntukan air jenis ini (kelas II) cocok untuk tempat rekreasi. Dari riset
lapangan secara kasat mata juga dapat dilihat pada lokasi pengambilan sampel
ini telah dijadikan salah satu titik snorkeling (melihat terumbu di
dasar laut dari permukaan) oleh para wisatawan yang berkunjung ke pulau ini karena
terumbu karang yang hidup di dalam air laut ini dapat berkembang dengan baik.
Dengan kandungan DO seperti itu, organisme air lain juga dapat berkembang
dengan cukup baik.
Sedangkan,
untuk nilai pH sampel A dan B sebesar 7.75 dan 7.79 menunjukkan tingkat air
yang cukup netral (rentang 6.5-8.5), tidak terlalu asam maupun basa. Untuk
nilai TDS, kedua sampel ini memiliki nilai yang besar yaitu berturut-turut
31400 dan 32700 mg/L yang mana sesuai Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 bernilai maksimum
500 dan PP RI No 82 Tahun 2001 kelas IV (kelas paling rendah) bernilai maksimum
2000 mg/L. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya kandungan garam yang
cukup besar sehingga TDS (kandungan residu solid/ padatan terlarut dalam air)
yang menyebabkan rasa pada air, cukup besar pula.


No comments:
Post a Comment