Pulau Pari merupakan salah satu
destinasi wisata bawah laut yang terletak di Kepulauan Seribu Jakarta. Pulau
ini memang belum se-populer dengan Pulau Pramuka, Pulau Bidadari dan Pulau
Tidung yang ada di Kepulauan Seribu. Namun, keindahan biota bawah laut di pulau
ini lebih mengesankan dibandingkan beberapa pulau yang telah disebutkan
sebelumnya. Perjalananku kali ini dimulai tanggal 9 Juni 2012 lalu. Aku dan
teman-teman sengaja berkunjung ke Pulau Pari dalam rangkaian kegiatan Green
Tourism Act dimana program ini bekerja sama dengan GCUI (Green Community
Universitas Indonesia) dan Green Peace. Perjalanan dari Pulau Pari ini dimulai
sejak pukul 06.00 pagi dari kampus Universitas Indonesia hingga akhirnya kami
tiba di Muara Angke pada pukul 08.10. Satu hal yang harus diketahui oleh para
petualang yang hendak berkunjung ke lokasi wisata kepulauan seribu adalah kita
harus mengetahui budget yang kita miliki dan waktu yang dimiliki ketika
berwisata. Jika anda ingin pelayanan dan service yang mewah, anda bisa
menyeberang dari Pelabuhan Marina Ancol dengan menggunakan feri mewah. Namun,
jika anda ingin berlama-lama menikmati terombang-ambing di laut dengan kapal
kayu bermesin, anda cukup menyeberang lewat Pelabuhan Muara Angke. Tentu saja
dari harga yang ditawarkan kedua fasilitas ini memiliki perbedaan pada harga,
ketepatan waktu dan tingkat kenyamanannya.
Di hari pertama kedatanganku di Pulau
ini kami disambut oleh beberapa warga yang sangat ramah. Perjalananku dimulai
dari pelabuhan pulau ini ke villa yang akan kami tempati. Untuk masalah tempat
tinggal, pulau ini menyediakan banyak rumah warga yang bersedia ditempati.
Selain itu juga ada lokasi LIPI yang biasanya digunakan sebagai tempat
penelitian di pulau ini dan para wisatawan juga dapat menginap di gedung LIPI
tersebut. Pastinya dengan seizin pihak daerah Pari ini sendiri. Hehehe… Nah,
siang itu kami makan di lokasi LIPI kemudian setelah itu segera menuju ke
lokasi penanaman bakau. Satu hal yang harus dibawa ke pulau ini adalah sandal jepit.
Kenapa? Ya, dengan sandal jepit kita bisa masuk laut tanpa harus terpijak sepihan
karang yang tajam. Dengan sandal jepit kita juga bisa makan di warung atau
restoran. Maka tak heran jika alas kaki yang paling populer bagi para
backpacker adalah sandal jepit. So pasti kita juga harus milih-milih dong sandal
jepitnya. Jangan sampai terlalu jelek juga.
Setelah puas menanam bakau di pesisir
pantai pulau ini kami menuju pelabuhan pari untuk menemui bapak-bapak yang
sampannya sudah kami sewa untuk mengantarkan kami ke tempat snorkeling. Di
Pulau ini kita sangat mudah dalam hal menemukan tempat penyewaan alat-alat
snorkeling karena sebagian besar masyarakatnya menjadikan jasa penyewaan
alat-alat snorkeling sebagai profesi mereka. Snorkeling di pulau pari ini
sangat menyenangkan. Saat itu aku kebagian snorkeling di daerah antara pulau
Pari dan pulau Tikus dimana lokasi snorkeling ini sangat dijaga kebersihan dan
tingkat pencemarannya. Nah, dalam ber-snorkeling inilah aku kewalahan
melaksanakannya karena kegiatan ini adalah hal yang baru bagiku. Untuk
snorkeling digunakan beberapa peralatan seperti snorkel (pipa untuk bernapas),
kacamata air, pelampung dan fin (kaki katak). Pertama kali si bapak membagikan
peralatan snorkeling awalnya aku hanya diam saja dan urung mengikuti beberapa
temanku yang sudah kegirangan akan snorkeling. Phobia-ku terhadap laut (takut
tenggelam karena tak bisa berenang) menjadikan kami (aku dan temanku vivi) semakin
menjauhi alat-alat snorkeling ini. Namun, melihat kegirangan orang-orang di
dalam laut itu aku pun tergerak untuk mengambil alat-alat snorkeling dan mulai
menggunakannya. Pertama kali menggunakan snorkel, aku rasanya mau muntah karena
di dalam snorkel itu masih ada sisa-sisa air laut yang asin dan aku
membayangkan alat snorkel itu adalah bekas mulut orang lain sebelumnya. Setelah
menggunakan alat snorkel, aku pun berlatih bernafas sebentar dan mulai
menggunakan kacamata air. Dasarnya orang udik, aku tidak sengaja bernafas di
dalam kacamata tersebut sehingga muncullah embun di kacamataku ini.
Namun, aku seolah-olah sudah sangat
mahir dan mulai menceburkan diri ke dalam laut dengan terlebih dahulu
menggunakan pelampung. Nah, ketika menceburkan diri mulai timbul rasa takut di
dalam diriku. Entah kenapa rasanya ombak di tempat itu menjadi arus yang sangat
mengerikan bagiku dan akhirnya aku cuma nempel di tangga sampan kami. Penasaran
dengan terumbu karang, sesekali aku mencelupkan wajahku untuk melihat karang-karang
yang indah di lokasi ini. Namun, hingga akhirnya kegiatan snorkeling selesai
aku hanya bisa nempel di tangga dan sesekali mencelupkan muka. Kalau
diingat-ingat, rasanya aku pengen belajar berenang deh supaya nggak rugi lagi.
Setelah snorkeling usai, kami pun
pulang karena perjalanan sudah magrib. Perjalanan pulau dari lokasi ini sungguh
menyenangkan. Hal ini disebabkan karena sunset di tengah laut yang dapat kalian
nikmati secara jelas seakan memberi tahu kalian batas cakrawala dari pantai
pulau ini. Hingga akhirnya, malam pun tiba dan kami melanjutkan beberapa acara
seperti talkshow dan hiburan malam bersama di pulau ini.
Keesokan harinya, aku dan vivi mulai
mencari sampel air yang akan kami teliti nantinya sepulang dari acara ini. Maklum,
kami dikirim kesini dalam misi riset yang mana hal ini juga membuka peluang
jalan-jalan gratis bagi kami. Kami pun mulai mencari sampel air di sekitar
dermaga LIPI yang lumayan banyak sampahnya. Ya, itung-itung melihat sisi lain
dari pulau ini. Hehehe… Setelah itu kami pun menuju Pantai Pasir Perawan yang
sangat populer di pulau ini.
Berbicara tentang Pasir Perawan,
sepertinya nama ini sangat cocok buat pantai yang satu ini. Disini kalian dapat
melihat pantai pasir putih dengan beberapa tumbuhan laut seperti bakau dan
pandan laut yang sangat mempesona. Tidak jarang juga terdapat karang-karang di
pantai ini karena ketika kami kesana sepertinya pantai sedang dalam posisi
surut. Satu hal yang sangat mengesankan tentang pantai ini adalah pasir
putihnya yang sangat halus dan terlihat masih perawan (maksudnya belum banyak
diinjek orang). Pantai ini terbilang cukup sepi dan sangat cocok untuk
dijadikan lokasi ‘Me Time’. Di Pulau Pari juga terdapat Pohon Abadi yang
merupakan pohon tua yang sudah ada sejak zaman dulu kala. Pohon ini sangat
rindang dan dapat dijadikan lokasi nongkrong yang sangat bagus di siang bolong
yang panas. Tentunya dengan ditemani es kelapa muda yang dapat ditemukan di
warung-warung pulau ini.
No comments:
Post a Comment