Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Sunday, June 24, 2012

PULAU PARI, PULAU NATURAL


Pulau Pari merupakan salah satu destinasi wisata bawah laut yang terletak di Kepulauan Seribu Jakarta. Pulau ini memang belum se-populer dengan Pulau Pramuka, Pulau Bidadari dan Pulau Tidung yang ada di Kepulauan Seribu. Namun, keindahan biota bawah laut di pulau ini lebih mengesankan dibandingkan beberapa pulau yang telah disebutkan sebelumnya. Perjalananku kali ini dimulai tanggal 9 Juni 2012 lalu. Aku dan teman-teman sengaja berkunjung ke Pulau Pari dalam rangkaian kegiatan Green Tourism Act dimana program ini bekerja sama dengan GCUI (Green Community Universitas Indonesia) dan Green Peace. Perjalanan dari Pulau Pari ini dimulai sejak pukul 06.00 pagi dari kampus Universitas Indonesia hingga akhirnya kami tiba di Muara Angke pada pukul 08.10. Satu hal yang harus diketahui oleh para petualang yang hendak berkunjung ke lokasi wisata kepulauan seribu adalah kita harus mengetahui budget yang kita miliki dan waktu yang dimiliki ketika berwisata. Jika anda ingin pelayanan dan service yang mewah, anda bisa menyeberang dari Pelabuhan Marina Ancol dengan menggunakan feri mewah. Namun, jika anda ingin berlama-lama menikmati terombang-ambing di laut dengan kapal kayu bermesin, anda cukup menyeberang lewat Pelabuhan Muara Angke. Tentu saja dari harga yang ditawarkan kedua fasilitas ini memiliki perbedaan pada harga, ketepatan waktu dan tingkat kenyamanannya.
Di hari pertama kedatanganku di Pulau ini kami disambut oleh beberapa warga yang sangat ramah. Perjalananku dimulai dari pelabuhan pulau ini ke villa yang akan kami tempati. Untuk masalah tempat tinggal, pulau ini menyediakan banyak rumah warga yang bersedia ditempati. Selain itu juga ada lokasi LIPI yang biasanya digunakan sebagai tempat penelitian di pulau ini dan para wisatawan juga dapat menginap di gedung LIPI tersebut. Pastinya dengan seizin pihak daerah Pari ini sendiri. Hehehe… Nah, siang itu kami makan di lokasi LIPI kemudian setelah itu segera menuju ke lokasi penanaman bakau. Satu hal yang harus dibawa ke pulau ini adalah sandal jepit. Kenapa? Ya, dengan sandal jepit kita bisa masuk laut tanpa harus terpijak sepihan karang yang tajam. Dengan sandal jepit kita juga bisa makan di warung atau restoran. Maka tak heran jika alas kaki yang paling populer bagi para backpacker adalah sandal jepit. So pasti kita juga harus milih-milih dong sandal jepitnya. Jangan sampai terlalu jelek juga.
Setelah puas menanam bakau di pesisir pantai pulau ini kami menuju pelabuhan pari untuk menemui bapak-bapak yang sampannya sudah kami sewa untuk mengantarkan kami ke tempat snorkeling. Di Pulau ini kita sangat mudah dalam hal menemukan tempat penyewaan alat-alat snorkeling karena sebagian besar masyarakatnya menjadikan jasa penyewaan alat-alat snorkeling sebagai profesi mereka. Snorkeling di pulau pari ini sangat menyenangkan. Saat itu aku kebagian snorkeling di daerah antara pulau Pari dan pulau Tikus dimana lokasi snorkeling ini sangat dijaga kebersihan dan tingkat pencemarannya. Nah, dalam ber-snorkeling inilah aku kewalahan melaksanakannya karena kegiatan ini adalah hal yang baru bagiku. Untuk snorkeling digunakan beberapa peralatan seperti snorkel (pipa untuk bernapas), kacamata air, pelampung dan fin (kaki katak). Pertama kali si bapak membagikan peralatan snorkeling awalnya aku hanya diam saja dan urung mengikuti beberapa temanku yang sudah kegirangan akan snorkeling. Phobia-ku terhadap laut (takut tenggelam karena tak bisa berenang) menjadikan kami (aku dan temanku vivi) semakin menjauhi alat-alat snorkeling ini. Namun, melihat kegirangan orang-orang di dalam laut itu aku pun tergerak untuk mengambil alat-alat snorkeling dan mulai menggunakannya. Pertama kali menggunakan snorkel, aku rasanya mau muntah karena di dalam snorkel itu masih ada sisa-sisa air laut yang asin dan aku membayangkan alat snorkel itu adalah bekas mulut orang lain sebelumnya. Setelah menggunakan alat snorkel, aku pun berlatih bernafas sebentar dan mulai menggunakan kacamata air. Dasarnya orang udik, aku tidak sengaja bernafas di dalam kacamata tersebut sehingga muncullah embun di kacamataku ini.
Namun, aku seolah-olah sudah sangat mahir dan mulai menceburkan diri ke dalam laut dengan terlebih dahulu menggunakan pelampung. Nah, ketika menceburkan diri mulai timbul rasa takut di dalam diriku. Entah kenapa rasanya ombak di tempat itu menjadi arus yang sangat mengerikan bagiku dan akhirnya aku cuma nempel di tangga sampan kami. Penasaran dengan terumbu karang, sesekali aku mencelupkan wajahku untuk melihat karang-karang yang indah di lokasi ini. Namun, hingga akhirnya kegiatan snorkeling selesai aku hanya bisa nempel di tangga dan sesekali mencelupkan muka. Kalau diingat-ingat, rasanya aku pengen belajar berenang deh supaya nggak rugi lagi.
Setelah snorkeling usai, kami pun pulang karena perjalanan sudah magrib. Perjalanan pulau dari lokasi ini sungguh menyenangkan. Hal ini disebabkan karena sunset di tengah laut yang dapat kalian nikmati secara jelas seakan memberi tahu kalian batas cakrawala dari pantai pulau ini. Hingga akhirnya, malam pun tiba dan kami melanjutkan beberapa acara seperti talkshow dan hiburan malam bersama di pulau ini.
Keesokan harinya, aku dan vivi mulai mencari sampel air yang akan kami teliti nantinya sepulang dari acara ini. Maklum, kami dikirim kesini dalam misi riset yang mana hal ini juga membuka peluang jalan-jalan gratis bagi kami. Kami pun mulai mencari sampel air di sekitar dermaga LIPI yang lumayan banyak sampahnya. Ya, itung-itung melihat sisi lain dari pulau ini. Hehehe… Setelah itu kami pun menuju Pantai Pasir Perawan yang sangat populer di pulau ini.
Berbicara tentang Pasir Perawan, sepertinya nama ini sangat cocok buat pantai yang satu ini. Disini kalian dapat melihat pantai pasir putih dengan beberapa tumbuhan laut seperti bakau dan pandan laut yang sangat mempesona. Tidak jarang juga terdapat karang-karang di pantai ini karena ketika kami kesana sepertinya pantai sedang dalam posisi surut. Satu hal yang sangat mengesankan tentang pantai ini adalah pasir putihnya yang sangat halus dan terlihat masih perawan (maksudnya belum banyak diinjek orang). Pantai ini terbilang cukup sepi dan sangat cocok untuk dijadikan lokasi ‘Me Time’. Di Pulau Pari juga terdapat Pohon Abadi yang merupakan pohon tua yang sudah ada sejak zaman dulu kala. Pohon ini sangat rindang dan dapat dijadikan lokasi nongkrong yang sangat bagus di siang bolong yang panas. Tentunya dengan ditemani es kelapa muda yang dapat ditemukan di warung-warung pulau ini.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer