Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Sunday, April 20, 2014

Cinderella, Bukan Sepatu Kaca (Oleh: Yelna Yuristiary)



DING DONG DING DONG...
Malam telah berada di tapal batas. Cinderella harus pulang karena ilmu sihir dari Ibu Peri akan menghilang seiring datangnya pagi. Ia berlari meninggalkan pangeran yang tercengang. Tidak habis pikir. Ingin rasanya berlama-lama bersama gadis ini, pikirnya. Cinderella menerobos gerombolan tamu yang sebelumnya tengah menyaksikan dirinya dan pangeran berdansa. Sungguh pasangan yang serasi, pikir mereka. Sulit baginya menuruni anak tangga istana Azalia. Tak sengaja, di salah satu anak tangga, hak sepatunya menyangkut di karpet tebal. Sulit untuk ditarik hingga akhirnya terlepas dari kaki jenjangnya. Sementara di belakang, sekitar 15 meter jauhnya, pangeran mencoba meraihnya. Sekadar ingin bertanya nama dan tempat tinggal. Tetapi Cinderella tidak ingin terlihat menyedihkan dengan pakaian compang camping yang ia kenakan beberapa saat lagi. Bagian depan bajunya sudah berubah warna. Lebih kusam dan penuh tambalan sana-sini. Hingga akhirnya, tepat ketika si pangeran akan mengerahkan pasukan untuk mengejarnya, ia sempat meloncat naik menaiki kereta labunya. Hhah... Akhirnya...
Dengan napas tersengal dan peluh yang mengucuri dahinya yang dihiasi anak rambut yang tumbuh rapi, ia tersenyum. Menang sekaligus bahagia. Namun ada sejumput kekecewaan di hatinya. Pikirannya melayang ke masa silam. Sekitar 10 tahun yang lalu ketika ayah masih hidup. Keluarga Cinderella adalah keluarga yang bahagia. Bersama ayah yang senantiasa menyayanginya. Ayah Cinderella bekerja sebagai seorang pengusaha di kota mereka. Setiap hari Cinderella senantiasa dimanja oleh Bi Iyem, pembantu di rumahnya. Meski ibunya telah tiada sejak Cinderella masih bayi, Cinderella tidak pernah kekurangan kasih sayang seorang ibu. Bi Iyem, seorang janda tua yang tidak memiliki anak ini sangat menyayangi Cinderella seperti anaknya sendiri.
Ajaran-ajaran untuk selalu menjadi anak yang baik juga diajarkan Bi Iyem kepada Cinderella. Hingga Cinderella remaja, Bi Iyem senantiasa mengasuhnya. Menemani dan menjadi ibu sekaligus sahabat bagi Cinderella. Sayangnya, 2 bulan setelah ulang tahun Cinderella yang ke-15, Bi Iyem harus meninggalkan ayah dan anak ini selamanya. Ia menghembuskan napas terakhirnya bersama penyakit kanker yang ternyata sudah menggerogoti tubuhnya. Dunia Cinderella seketika menjadi suram. Tiada lagi ibu, tiada lagi sahabat.
Seketika, seorang wanita muda dan dua orang anaknya yang datang dari kota mulai memasuki kehidupan mereka. Nyonya Eli berhasil membuat ayah Cinderella merasakan jatuh cinta untuk yang kedua kalinya setelah sekian lama menutup hatinya untuk perempuan manapun. Di mata ayah Cinderella, Nyonya Eli adalah seorang wanita yang baik, pintar, cerdas dan sayang kepada anaknya. Nyonya Eli memiliki dua orang puteri kembar yang bernama Tina dan Tini. Menurut Cinderella mereka bukan seorang teman yang menyenangkan. Jahil adalah jiwa mereka. Sudah jahil, jahat pula. Cinderella tidak menyukai mereka sehingga sejak Nyonya Eli dan anak kembarnya tinggal di rumah, Cinderella lebih sering mengurung diri di dalam kamar. Ia hanya akan keluar jika Ayahnya pulang dari bekerja di kota.
Tidak disangka, ternyata Nyonya Eli itu bagaikan ular berkepala dua. Kekejaman kedua puterinya merupakan buah dari ajarannya. Nyonya Eli yang saat itu berprofesi sebagai seorang dokter ternyata memiliki rencana jahat yang besar untuk keluarga Cinderella. Keahliannya sebagai seorang dokter digunakan untuk hal-hal yang tidak selayaknya. Seringkali ia membuka praktek aborsi di rumah Cinderella ketika suaminya dinas ke kota. Ia juga kerap mencampurkan obat penambah nafsu makan untuk Cinderella agar gadis ini menjadi gendut dan tidak menarik lagi bagi siapa pun yang melihatnya. Tetapi beruntung bagi Cinderella, pencernaan gadis ini selancar napas yang setiap kali ia hirup. Obat penambah nafsu makan itu tidak berlaku untuknya. Konsumsi sayur dan buah tetap menjadikan Cinderella semakin cantik dari hari ke hari. Sama sekali tidak menjadi gendut.***
Mimpi buruk bagi Cinderella akhirnya terjadi juga. Setahun setelah Nyonya Eli tinggal bersama mereka, kecelakaan besar menimpa ayah Cinderella. Longsor yang terjadi di tebing gunung mengubur ayah Cinderella yang tengah berada di perjalanan menuju kota. Tuan Joe, ayah Cinderella seketika tewas di tempat. Tidak terselamatkan. Meninggalkan kesedihan dan penderitaan bagi anak tunggalnya, Cinderella.***
Kereta labu yang ditumpangi Cinderella pun bergetar. Seketika berubah wujud menjadi buah labu kecil dan kudanya menjadi tikus-tikus teman Cinderella di rumah. Bajunya yang indah juga telah berganti menjadi pakaian kumal yang penuh tambalan di sana sini. Sejak ayahnya meninggal, ia tidak lagi pernah membeli baju. Jika beruntung, baju lungsuran kedua saudara tirinya akan diberikan kepadanya. Seakan kehidupan tidak lagi milik Cinderella. Ia harus berjuang. Bekerja untuk makan dan harus berhenti sekolah.
Sedangkan di istana, pangeran kebingungan. Bingung dan gelisah menanti kabar tentang Cinderella. Seluruh prajurit dikerahkan untuk mencari gadis itu. Satu-satunya cara adalah dengan mencocokkan ukuran kaki setiap gadis dengan sepatu Cinderella yang tertinggal. Pengumuman pencarian sang puteri pun mulai menyeruak. Istana heboh. Rakyat pun heboh. Setiap gadis merasa paling berhak untuk menempati posisi puteri itu. Pencarian puteri pun akan dilaksanakan satu bulan lagi. Gadis-gadis mulai berusaha tampil secantik mungkin. Berharap keputusan pangeran untuk menikahi gadis yang kakinya cocok dengan sepatu itu belum bulat. Pengharapan berkembang menjadi mimpi. Mimpi menimbulkan ambisi dan strategi.
Hal ini jualah yang terjadi di rumah Cinderella. Nyonya Eli yang dikenal sangat pintar pun mulai mencari akal. Ia yang mengetahui bahwa Cinderella-lah puteri yang dicari mulai berusaha memutar otak mengelabui prajurit pangeran. Garis wajah gadis yang berdansa dengan pangeran di pesta itu sangat diingat oleh Nyonya Eli. Garis wajah yang sama dengan Cinderella. Nyonya Eli pun mulai mencari tahu ukuran kaki Cinderella. Mencocokkannya dengan ukuran kedua kaki anaknya. Tina, tidak cocok. Tini, tidak cocok. Masing-masing kaki masih belum sama dengan kaki milik Cinderella. Satu-satunya kaki yang memiliki sedikit kemiripan dengan ukuran kaki Cinderella adalah kaki Tini. Kaki Tini lebih besar sedikit dibanding dengan kaki Cinderella.
Hari pencarian puteri pun dilaksanakan. Setiap prajurit dikerahkan memasuki rumah-rumah penduduk yang memiliki anak perempuan. Hingga akhirnya sampailah di rumah Nyonya Eli. Prajurit mengetuk pintu. Nyonya Eli yang pintar pun mulai meminta satu syarat agar prajurit dapat mencocokkan kaki kedua anaknya dengan sepatu Cinderella. Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah Tina dan Tini baru akan mencoba sepatu itu jika seluruh gadis di wilayah itu sudah mencoba sepatu itu. Akhirnya, dengan berat hati si prajurit meninggalkan rumah Nyonya Eli dan berjanji akan kembali setelah semua kaki gadis telah dicocokkan (dengan catatan jika gadis idaman pangeran belum ditemukan).
Sedangkan Cinderella saat itu hanya dikurung di dalam kamar. Ia tidak diperbolehkan keluar. Nyonya Eli telah memberinya obat tidur agar tidur selama 3 hari lamanya. Hingga hari kedua, prajurit pun kembali ke rumah Nyonya Eli. Gadis idaman pangeran belum ditemukan. Dengan senang hati Nyonya Eli menyuruh Tina mencoba sepatu itu. Namun ternyata sepatu itu lebih besar dibandingkan kakinya yang kecil. Beralih ke Tini. Dengan sedikit sulit ia memasukkan kakinya ke sepatu itu. Hingga... HORE!!! Sedikit berteriak Tini karena kegirangan. Kakinya cocok dengan sepatu ini, meskipun sedikit sempit. Di balik kerudungnya Nyonya Eli tersenyum sinis. Bodoh sekali prajurit ini, pikirnya. Tentu saja sepatu itu akan muat dengan kaki Tini. Bahannya terbuat dari kulit. Jika sering dicoba tentunya sepatu itu akan menjadi longgar dan akan muat kepada kaki yang lebih besar sedikit. Nyonya Eli masih senang dengan kepintarannya. Sedangkan Tini hanya tersenyum bahagia karena tidak menyangka sepatu ini akan muat dengan kakinya yang sedikit lebih besar dibanding kaki Cinderella.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer