Berikut sepenggal kutipan novel Salo Rangeng...
Di era 21, setiap orang hidup
berbahagia dengan teknologi temuannya. Era ini dapat dikatakan era keemasan
kehidupan manusia. Selain itu pada era ini masyarakat tidak lagi memikirkan
pangan, energi dan air yang akan mereka gunakan. Kebutuhan sangat melimpah ruah
di abad ini, tidak terbantahkan lagi karena perputaran produksi buah dan sayur
meningkat pesat dan banyak dari sumber makanan ini yang tidak habis dikonsumsi
oleh penduduk dunia. Di era 21 perkembangan melaju dengan segala jenis konsep
bangunan multifungsi, apartemen terbang, penemuan vaksin beberapa penyakit yang
kronis dan masih banyak lagi yang lainnya. Populasi penduduk pada era ini
mencapai sekitar 20 milyar jiwa dengan tingkat kepadatan peenduduk tertinggi
yaitu di negeri China. Di era ini juga muncul banyak penemu-penemu ilmu
rekayasa baik di bidang desain, genetika, biologi, antariksa, psikologi dan
banyak lagi yang lainnya. Era ini dinamakan era pintar oleh penduduk bumi.
Setiap manusia memiliki dunianya sendiri. Mereka bebas untuk melakukan apa saja
di dunia mereka tersebut.
Keegoisan manusia mulai melanda
manusia di era 22. Tepatnya di tahun 2280 terjadi krisis besar yang
menghancurkan sebagian populasi bumi di wilayah barat. Terjadi krisis energi
yang semakin besar. Energi pada masa itu menjadi sangat langka dan merupakan
alat tukar antar sesama manusia. Pada awalnya krisis energi dimulai dengan
tergantikannya sumber energi fosil di belahan bumi barat. Pada masa itu,
pasokan bahan bakar setiap negara tidak lagi disimpan di dalam tanah karena
adanya rasa tidak nyaman antar negara-negara ini. Mulailah muncul pertikaian
hingga terjadi pemusnahan bahan bakar fosil di Sao Paulo. Pemusnahan ini memicu
perang krisis energi antar negara satu dengan negara lain. Di masa itu terjadi
kelangkaan yang demikian besar sehingga satu-satunya negara yang bertahan atas
krisis ini adalah negara-negara yang terletak di jalur cincin api, kepulauan,
daerah yang sering diserang badai dan topan serta daerah dengan suhu tertinggi
di dunia. Daerah-daerah inilah yang mampu bertahan dari serangan krisis ini.
Di lain sisi, krisis energi yang
terjadi memicu ilmuwan untuk segera menemukan berbagai material yang dapat
mensubstitusi fungsi dari bahan bakar fosil. Berbagai penelitian dilakukan di
setiap institusi pendidikan hingga ditemukan material Mrya. Keunggulan dari
material Mrya ini adalah fungsinya sebagai pengganti bahan bakar fosil dan
pengatur suhu dari pembakaran. Dengan menggunakan material ini setiap proses
pembakaran secara langsung akan menjadi efisien sehingga penggunaan energi
alternatif tidak lagi menjadi harapan utama bagi penduduk dunia. Ayah Salo
bercerita,
“Tahukah kamu anakku, Salo. Zaman
di mana bumi ini sudah berubah bentuk namun tetap berputar pada porosnya yang
sedikit bergeser karena kelalaian manusia, ketika itu terjadi tiga krisis besar
yang kita hadapi. Pertama krisis energi, disusul oleh krisis pangan dan
terakhir krisis air. Krisis energi bukanlah yang terburuk dari musibah yang
terjadi karena selayaknya energi di dunia ini tidak akan pernah hilang. Seperti
kata seorang penemu di abad 19, Einstein, energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan, namun energi dapat berubah bentuk. Ketika energi fosil mulai
menghilang, kita hanya perlu mencari reinkarnasi dari energi-energi yang
sebelumnya pernah ada. Tidak sulit di masa itu bagi ilmuwan di muka bumi ini.
Mereka sangat cerdas hingga dapat menjadikan gerakan kedipan mata mereka
menjadi energi listrik”.
No comments:
Post a Comment