Berikut opini saya yang sempat diterbitkan di Republika.
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Tidak hanya kebutuhan pangan, energy dan air yang menjadi masalah di Tanah Air. Kebutuhan transportasi publik dan infrastruktur jalan juga sekarang ini menjadi salah satu kendala terbesar di Indonesia.
Pertumbuhan populasi yang signifikan berbanding terbalik dengan pertumbuhan kebutuhan transportasi penduduk. Hal ini senada yang diungkapkan Direktur PT Jasa Marga Hasanuddin dalam seminar pembangunan jalan tol di Universitas Indonesia, Jumat (21/3).
Hasanudin menyampaikan, industri jalan tol di Indonesia masih belum menjanjikan sehingga masih minimnya investor yang mau bermain disektor ini. Padahal menurutnya, salah satu kunci pertumbuhan perekonomian bangsa ditunjang dengan transportasi jalan yang baik.
Pengembalian investasi pembangunan yang lama menjadi salah satu alasan investor enggan terjun ke bisnis ini. Di Indonesia khususnya sebagian ada beberapa pembangunan yang tidak cukup balik modal diakhir masa invetasi yang direncanakan. Berkaca dari fenomena tersebut, permasalahan terkait kurangnya minat investor untuk berinvestasi di sektor jalan tol sebenarnya dapat dipecahan dengan pendekatan value engineering.
Menurut Zimmerman dan Hart (1982), Value Engineering merupakan sebuah teknik manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis sehingga diperoleh keseimbangan fungsional antara biaya, kinerja proyek dan produk yang dihasilkan.
Dengan menambah fungsi jalan tentu akan meningkatkan nilai tambah yang dimiliki jalan. Rancangan jembatan Selat Sunda yang dibangun ID-TECH (Integrated Design and Technology) misalnya.
Jika proyek ini hanya dibangun dalam bentuk jembatan saja, tentunya nilai rate of return (ROR) yang diterima di akhir tahun rencana belum menutupi biaya investasi dari proyek ini, maka bersama timnya Ali Berawi, PhD. mulai melakukan terobosan dengan menambahkan fungsi-fungsi tambahan sehingga nilai ROR dari pembangunan megaproyek ini dapat menarik minat investor.
Seperti contoh sebuah rumah dengan harga Rp 100 juta tidak akan menghasilkan apa-apa dibandingkan dengan sebuah rumah yang dilengkapi dengan toko di bagian bawahnya. Pemilik dapat menjadikan rumah sekaligus tempat ia berbisnis dimana ia dapat memotong biaya sewa toko, transportasi pulang-pergi dari tempat kerja ke rumah dan biaya-biaya tambahan lainnya yang dikeluarkan ketika ia harus memiliki toko di tempat lain.
Contoh sederhana ini merupakan gambaran umum dari teori pendekatan Value Engineering pada sebuah proyek. Konsep yang sama juga bisa diterapkan pada pembangunan jalan tol. Dengan penambahan fungsi dari jalan tol dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ROR dari proyek tersebut. Dengan begini pengembalian investasi sesuai dengan waktu yang direncanakan bahkan diharapkan bisa lebih cepat. Sehingga minat investor menjadi lebih tinggi.
Kehadiran investor sendiri di Indonesia sangat penting. Pembangunan proyek publik ini masih membutuhkan bantuan investor asing karena dana APBN masih belum mumpuni untuk membiayai belanja negara ditambah dengan pembangunan infrastrukturnya.
Tentunya kerjasama antara pihak private dan publik, dengan sistem kerjasama PPP (Public Private Partnership) dapat menjadi sebuah jalan terang untuk menangani kasus-kasus seperti ini.
Di Indonesia sendiri pembangunan jalan darat bukan jalan satu-satunya meningkatkan infrastruktur jalan. Sebagai negara kepualauan yang terpisahkan oleh laut dan terdiri dari ribuan pulau, peningkatkan transportasi laut menjadi satu pilihan yang menjanjikan bagi Indonesia.
Perluasan pelabuhan dan penambahan armada kapal yang beroperasi diperlukan agar dapat memaksimalkan transportasi perairan Indonesia. Ditambah perbaikan dan penambahan fasilitas, pengaturan jaringan sistem sebuah pelabuhan dapat menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk sukses di bidang transportasi airnya. Kapal-kapal perintis antar pulau dapat menjadi salah satu transportasi andalan di wilayah pedalaman.
Namun tentunya peningkatan transportasi perairan ini bisa sejalan dengan pembangunan transportasi darat. Indonesia masih memerlukan tol sebagai sarana penunjang transportasi darat di kelima pulau besar yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/rol-to-campus/ui/14/04/11/n3vc1p-pendekatan-value-engineering-di-negara-maritim
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Tidak hanya kebutuhan pangan, energy dan air yang menjadi masalah di Tanah Air. Kebutuhan transportasi publik dan infrastruktur jalan juga sekarang ini menjadi salah satu kendala terbesar di Indonesia.
Pertumbuhan populasi yang signifikan berbanding terbalik dengan pertumbuhan kebutuhan transportasi penduduk. Hal ini senada yang diungkapkan Direktur PT Jasa Marga Hasanuddin dalam seminar pembangunan jalan tol di Universitas Indonesia, Jumat (21/3).
Hasanudin menyampaikan, industri jalan tol di Indonesia masih belum menjanjikan sehingga masih minimnya investor yang mau bermain disektor ini. Padahal menurutnya, salah satu kunci pertumbuhan perekonomian bangsa ditunjang dengan transportasi jalan yang baik.
Pengembalian investasi pembangunan yang lama menjadi salah satu alasan investor enggan terjun ke bisnis ini. Di Indonesia khususnya sebagian ada beberapa pembangunan yang tidak cukup balik modal diakhir masa invetasi yang direncanakan. Berkaca dari fenomena tersebut, permasalahan terkait kurangnya minat investor untuk berinvestasi di sektor jalan tol sebenarnya dapat dipecahan dengan pendekatan value engineering.
Menurut Zimmerman dan Hart (1982), Value Engineering merupakan sebuah teknik manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis sehingga diperoleh keseimbangan fungsional antara biaya, kinerja proyek dan produk yang dihasilkan.
Dengan menambah fungsi jalan tentu akan meningkatkan nilai tambah yang dimiliki jalan. Rancangan jembatan Selat Sunda yang dibangun ID-TECH (Integrated Design and Technology) misalnya.
Jika proyek ini hanya dibangun dalam bentuk jembatan saja, tentunya nilai rate of return (ROR) yang diterima di akhir tahun rencana belum menutupi biaya investasi dari proyek ini, maka bersama timnya Ali Berawi, PhD. mulai melakukan terobosan dengan menambahkan fungsi-fungsi tambahan sehingga nilai ROR dari pembangunan megaproyek ini dapat menarik minat investor.
Seperti contoh sebuah rumah dengan harga Rp 100 juta tidak akan menghasilkan apa-apa dibandingkan dengan sebuah rumah yang dilengkapi dengan toko di bagian bawahnya. Pemilik dapat menjadikan rumah sekaligus tempat ia berbisnis dimana ia dapat memotong biaya sewa toko, transportasi pulang-pergi dari tempat kerja ke rumah dan biaya-biaya tambahan lainnya yang dikeluarkan ketika ia harus memiliki toko di tempat lain.
Contoh sederhana ini merupakan gambaran umum dari teori pendekatan Value Engineering pada sebuah proyek. Konsep yang sama juga bisa diterapkan pada pembangunan jalan tol. Dengan penambahan fungsi dari jalan tol dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ROR dari proyek tersebut. Dengan begini pengembalian investasi sesuai dengan waktu yang direncanakan bahkan diharapkan bisa lebih cepat. Sehingga minat investor menjadi lebih tinggi.
Kehadiran investor sendiri di Indonesia sangat penting. Pembangunan proyek publik ini masih membutuhkan bantuan investor asing karena dana APBN masih belum mumpuni untuk membiayai belanja negara ditambah dengan pembangunan infrastrukturnya.
Tentunya kerjasama antara pihak private dan publik, dengan sistem kerjasama PPP (Public Private Partnership) dapat menjadi sebuah jalan terang untuk menangani kasus-kasus seperti ini.
Di Indonesia sendiri pembangunan jalan darat bukan jalan satu-satunya meningkatkan infrastruktur jalan. Sebagai negara kepualauan yang terpisahkan oleh laut dan terdiri dari ribuan pulau, peningkatkan transportasi laut menjadi satu pilihan yang menjanjikan bagi Indonesia.
Perluasan pelabuhan dan penambahan armada kapal yang beroperasi diperlukan agar dapat memaksimalkan transportasi perairan Indonesia. Ditambah perbaikan dan penambahan fasilitas, pengaturan jaringan sistem sebuah pelabuhan dapat menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk sukses di bidang transportasi airnya. Kapal-kapal perintis antar pulau dapat menjadi salah satu transportasi andalan di wilayah pedalaman.
Namun tentunya peningkatan transportasi perairan ini bisa sejalan dengan pembangunan transportasi darat. Indonesia masih memerlukan tol sebagai sarana penunjang transportasi darat di kelima pulau besar yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/rol-to-campus/ui/14/04/11/n3vc1p-pendekatan-value-engineering-di-negara-maritim