Tidak mudah terlepas dari ombang-ambing rasa yang semakin menjadi dari hari ke hari
Tidak mudah pula menyatukan logika dan rasa dalam satu kesatuan yang utuh
Tiada pula yang dapat menepis segala keinginan yang tumbuh bersama hari yang senantiasa menanti
Takkan jera pula godaan-godaan untuk menghampiri dan ciptakan sebuah khianat
Hendaknya kita sebagai insan yang masih memiliki nurani untuk tetap menjaga setiap kepercayaan yang diberi. Memaafkan apa-apa yang telah terjadi dan mulai berlapang ada atas setiap sebab dan akibat yang ada. Tiada yang tersalah jika semua kita memiliki kacamata kebijaksanaan dalam menilai dan menemui rintangan bersama hati dan kepala yang dingin. Di malam bersama hujan gerimis di Depok saat ini, saya kembali merenung bersama beberapa peristiwa yang telah terjadi akhir-akhir ini dan saya merasa semuanya tidak boleh dibenarkan. Akal sehat dan hati harus berjalan beriringan. Mungkin logika kita berkata 'iya' namun hati menjerit untuk 'tidak'.
Di tengah kesibukan yang semakin memadat bersama segala jenis deadline yang semakin membuat otak semakin tercekat, saya betapa amat menyadari bahwa 'kepercayaan' adalah satu hal yang teramat sangat mahal harganya. Tiada boleh dilanggar dan tiada boleh disingkirkan meski beralaskan simpul-simpul logika yang memang senantiasa menang. Tiada boleh bagi kita untuk menyakiti hati siapa pun dengan cara yang picik dan tiada pula dibenarkan bagi kita untuk membela setiap tindakan yang akan menyakitkan hati orang meski dibaliknya terdapat beribu alasan yang kuat.
Di dunia ini, kita bukan seorang pengacara atau hakim pembela yang setiap putusan akhirnya adalah final. Sesungguhnya ada tangan-tangan Maha Besar yang telah mengatur semuanya dan tiada boleh kita langgar dan rusak sebuah kepercayaan dari seseorang kepada kita. Tiada boleh kita langgar dan tidak pula boleh diabaikan. Meski itu salah dari kacamata kita, belum tentu salah dari kacamata mereka. Setiap kita punya alasan dan punya pembelaan. Biarlah Tuhan yang menentukan dan jangan jadikan diri kita hina dengan membuang mahkota 'kepercayaan' yang telah diberi.
Terima kasih kepada setiap siapa-siapa dan apa-apa yang telah mengingatkan diri ini. Sesungguhnya lalai merupakan suatu ujian diri untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih indah di akhir kelak. Semoga kepercayaan yang telah diberi tetap terjaga dari kini hingga nanti.
Tidak mudah pula menyatukan logika dan rasa dalam satu kesatuan yang utuh
Tiada pula yang dapat menepis segala keinginan yang tumbuh bersama hari yang senantiasa menanti
Takkan jera pula godaan-godaan untuk menghampiri dan ciptakan sebuah khianat
Hendaknya kita sebagai insan yang masih memiliki nurani untuk tetap menjaga setiap kepercayaan yang diberi. Memaafkan apa-apa yang telah terjadi dan mulai berlapang ada atas setiap sebab dan akibat yang ada. Tiada yang tersalah jika semua kita memiliki kacamata kebijaksanaan dalam menilai dan menemui rintangan bersama hati dan kepala yang dingin. Di malam bersama hujan gerimis di Depok saat ini, saya kembali merenung bersama beberapa peristiwa yang telah terjadi akhir-akhir ini dan saya merasa semuanya tidak boleh dibenarkan. Akal sehat dan hati harus berjalan beriringan. Mungkin logika kita berkata 'iya' namun hati menjerit untuk 'tidak'.
Di tengah kesibukan yang semakin memadat bersama segala jenis deadline yang semakin membuat otak semakin tercekat, saya betapa amat menyadari bahwa 'kepercayaan' adalah satu hal yang teramat sangat mahal harganya. Tiada boleh dilanggar dan tiada boleh disingkirkan meski beralaskan simpul-simpul logika yang memang senantiasa menang. Tiada boleh bagi kita untuk menyakiti hati siapa pun dengan cara yang picik dan tiada pula dibenarkan bagi kita untuk membela setiap tindakan yang akan menyakitkan hati orang meski dibaliknya terdapat beribu alasan yang kuat.
Di dunia ini, kita bukan seorang pengacara atau hakim pembela yang setiap putusan akhirnya adalah final. Sesungguhnya ada tangan-tangan Maha Besar yang telah mengatur semuanya dan tiada boleh kita langgar dan rusak sebuah kepercayaan dari seseorang kepada kita. Tiada boleh kita langgar dan tidak pula boleh diabaikan. Meski itu salah dari kacamata kita, belum tentu salah dari kacamata mereka. Setiap kita punya alasan dan punya pembelaan. Biarlah Tuhan yang menentukan dan jangan jadikan diri kita hina dengan membuang mahkota 'kepercayaan' yang telah diberi.
Terima kasih kepada setiap siapa-siapa dan apa-apa yang telah mengingatkan diri ini. Sesungguhnya lalai merupakan suatu ujian diri untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih indah di akhir kelak. Semoga kepercayaan yang telah diberi tetap terjaga dari kini hingga nanti.
No comments:
Post a Comment