Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Wednesday, June 26, 2013

Kebutuhan Air Bersih Jakarta



Kota Jakarta memiliki kesamaan dengan kota-kota lainnya yang memerlukan akses air bersih yang memadai, apalagi dengan jumlah populasinya yang semakin membengkak. Beban populasi Jakarta ternyata juga memiliki imbas positif dalam hal perkembangan ekonomi daerah ini. Dari hasil keputusan yang perkumpulan negara-negara se-Asia Tenggara, Singapura, Jakarta dan Kuala Lumpur ditetapkan sebagai prominent hub di wilayah ASEAN. ASEAN Community yang akan diimplementasikan pada tahun 2015 mendatang menuntut Jakarta untuk setara dengan European Community baik dalam hal ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan Jakarta dapat menjadi prominent hub dari ASEAN Community bersama Singapura dan Kuala Lumpur. Dalam hal perkembangannya Jakarta dituntut untuk terus melangkah lebih cepat dibandingkan dengan ibukota negara-negara di ASEAN lainnya agar posisinya tidak tergantikan dengan negara lain. Seiring perkembangannya, hingga saat ini Jakarta tengah mengalami tiga masalah terbesar yang tengah dihadapi yakni implementasi pertumbuhan kota yang berbeda dengan rancangan tata kota, populasi yang terus berkembang dan masalah air bersih. Oleh sebab itu, permasalahan terkait air bersih di Jakarta yang nantinya akan menjadi daerah prominent hub sangat penting diselesaikan secara saksama. Permasalahan air bersih mulai menjadi perhatian pemerintah sejak tahun 1997 dengan adanya permbentukan kerjasama antara PD PAM dengan Lyonnaise des Eaux (sekarang Suez Environment) dari Perancis dan Thames Water International dari Inggris. Namun, kerjasama yang dilakukan tidak mendapat hasil yang maksimal karena saat ini masih terdapat beberapa permasalahan terkait sumber air bersih Jakarta.
Berbicara mengenai air bersih sama halnya dengan berbicara tentang kehidupan di masa yang akan datang. Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan. Ketersediaan air bersih disetarakan dengan pemenuhan kebutuhan hak asasi setiap manusia. Hal ini terlihat juga dalam UUD 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa segala sumber daya yang memenuhi hajat hidup orang banyak dikelola oleh negara. Oleh sebab itu penting bagi pemerintah untuk melaksanakan program pembangunan yang berkelanjutan, dimana nanti pelaksanaannya juga bergantung pada aspirasi masyarakat dan pihak ketiga yang berkepentingan. Berdasarkan hasil perkiraan para ahli, dari sejumlah besar kebutuhan air bersih yang dibutuhkan Jakarta saat ini baru 33%-nya yang dapat dipenuhi oleh PAM Jaya. Hal ini dapat terjadi karena semakin hari semakin banyak permintaan (demand) air bersih baik dari segi kuantitas (akibat pertumbuhan populasi dan ekonomi) dan kualitas (semakin kritisnya konsumen dan aktivitas kota yang semakin kompleks).
Belum terpenuhinya kebutuhan air Jakarta pada umumnya disebabkan oleh kinerja pelayanan air bersih yang tidak memadai, keterbatasan sumberdaya finansial, cakupan pelayanan yang sangat rendah, serta tingkat kehilangan air yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil survey, pada tahun 1996 cakupan area pelayanan air bersih di Jakarta hanya mencapai 41%, dimana tingkat Non Revenue Water (NRW) yang mencapai 57% selain itu kondisi pasokan air untuk memenuhi kebutuhan air Jakarta masih dianggap lemah. Dalam hal penyediaan air bersih, pelanggan yang tersambung dengan akses air PAM ternyata belum tentu mendapatkan pasokan air yang memadai. Sebagian besar masyarakat Jakarta yang tidak tersambung dengan akses air bersih cenderung menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air hariannya. Tidak hanya itu, ternyata langkah ini juga diikuti oleh sebagian besar industri dan komersial (seperti hotel, apartemen, restoran dan lain sebagainya), sehingga penggunaan air tanah secara berlebihan menyebabkan penurunan muka tanah di Jakarta. Fakta  yang mengejutkan (Hasanuddin Z. Abidin, 2005) mendapati bahwa penurunan muka tanah di Jakarta dapat mencapai level 12 cm per tahun (dimana keadaan ini terjadi di Jakarta Timur bagian utara dan Jakarta Barat bagian Utara). Sehingga dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa penting adanya suatu sistem terintegrasi yang dapat mengatur siklus air dan mengoptimalkan suplay air bersih yang ada di Jakarta.
Selain faktor suplay air yang belum maksimal di Jakarta, kualitas air bersih yang ada di Jakarta juga masih tergolong jauh dari jenis air yang ada di negara-negara maju (hal ini ditandai dengan air keran yang dapat langsung diminum). Hal ini tentu saja akan menimbulkan efek domino lain berupa peningkatan kebutuhan energi dalam hal pematangan air untuk siap diminum. Selain itu, tarif rata-rata PAM Jakarta yang lebih tinggi di banding dengan kota-kota besar di Asia Tenggara (seperti Bangkok, Manila, Kuala Lumpur, Johor Baru dan Singapura) karena belum tercapainya efisiensi proses provision, produksi dan delivery air bersih. Selain itu, kondisi air baku yang semakin rusak akibat adanya perubahan lingkungan secara signifikan menyebabkan air bersih di Jakarta semakin langka meskipun sumber mata airnya melimpah.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer